Fungsi dan Peran Pasar di Perbatasan Pulau Sebatik
Kamis, 17 Desember 2020 - 20:25 WIB
Kebijakan dalam bidang ekonomi dan pembangunan selama ini masih menempatkan laki-laki sebagai aktor utama, padahal di Sebatik, perempuan merupakan tulang punggung perdagangan antarwilayah Sebatik-Tawau.
Perempuan Aktor Utama
Perempuan adalah aktor utama dalam produksi dan distribusi komoditas agrikultur, namun kebijakan pemerintah masih menempatkan perempuan hanya sebagai “pembantu tugas” dalam kegiatan ekonomi agrobisnis (Rosaldo & Lamphere, 1974; Arsal, Basri, & Tono, 2017; Herawati, 2016).
Kebijakan tersebut mengadopsi sistem patrinial yang merupakan sistem yang dipakai pada masyarakat Melayu pada umumnya, dimana pihak keluarga lelaki atau suami lebih bertanggung jawab mengenai kepentingan keluarga dibandingkan perempuan atau isteri.
Tugas pokok perempuan memelihara dan mengatur rumah tangga atau melakukan pekerjaan yang ringan dalam keluarga. Bagaimana kewirausahaan perempuan dalam jaringan perdagangan lintas batas? Para peneliti mendeskripsikan para petani perempuan yang mulai berwirausaha dalam mengolah hasil-hasil pertanian yang selama ini selalu merupakan komoditas yang dipasok dari Tawau.
Tantangan terbesar bagi sektor pertanian di Indonesia merupakan keterbatasan akses modal petani dan masalah ini selalu menjadi masalah klasik.
Hal demikian terjadi juga pada para petani di Sebatik. Lebih kompleks lagi, tingkat pengetahuan dan kemampuan para wanita petani dalam mengolah hasil pertaniannya juga belum mumpuni untuk bisa bersaing dengan produk-produk olahan pertanian dari Tawau.
Selama bertahun-tahun Sebatik dibanjiri produk-produk olahan pertanian seperti, biskuit dari talas, kacang, coklat serta kripik pisang, lalu dodol dan kembang gula dari Tawau.
Kebijakan baru dari pemerintah Malaysia dan Indonesia -- mengakibatkan lintas perdagangan berubah yang selama ini dari Sebatik langsung ke Tawau, mulai 2013 diharuskan melalui Nunukan-- tidak menyurutkan banjir olahan makanan di toko-toko maupun supermarket Kebalen Jaya (satu-satunya supermarket di Sebatik).
Kewirausahaan Petani Perempuan
Perempuan Aktor Utama
Perempuan adalah aktor utama dalam produksi dan distribusi komoditas agrikultur, namun kebijakan pemerintah masih menempatkan perempuan hanya sebagai “pembantu tugas” dalam kegiatan ekonomi agrobisnis (Rosaldo & Lamphere, 1974; Arsal, Basri, & Tono, 2017; Herawati, 2016).
Kebijakan tersebut mengadopsi sistem patrinial yang merupakan sistem yang dipakai pada masyarakat Melayu pada umumnya, dimana pihak keluarga lelaki atau suami lebih bertanggung jawab mengenai kepentingan keluarga dibandingkan perempuan atau isteri.
Tugas pokok perempuan memelihara dan mengatur rumah tangga atau melakukan pekerjaan yang ringan dalam keluarga. Bagaimana kewirausahaan perempuan dalam jaringan perdagangan lintas batas? Para peneliti mendeskripsikan para petani perempuan yang mulai berwirausaha dalam mengolah hasil-hasil pertanian yang selama ini selalu merupakan komoditas yang dipasok dari Tawau.
Tantangan terbesar bagi sektor pertanian di Indonesia merupakan keterbatasan akses modal petani dan masalah ini selalu menjadi masalah klasik.
Hal demikian terjadi juga pada para petani di Sebatik. Lebih kompleks lagi, tingkat pengetahuan dan kemampuan para wanita petani dalam mengolah hasil pertaniannya juga belum mumpuni untuk bisa bersaing dengan produk-produk olahan pertanian dari Tawau.
Selama bertahun-tahun Sebatik dibanjiri produk-produk olahan pertanian seperti, biskuit dari talas, kacang, coklat serta kripik pisang, lalu dodol dan kembang gula dari Tawau.
Kebijakan baru dari pemerintah Malaysia dan Indonesia -- mengakibatkan lintas perdagangan berubah yang selama ini dari Sebatik langsung ke Tawau, mulai 2013 diharuskan melalui Nunukan-- tidak menyurutkan banjir olahan makanan di toko-toko maupun supermarket Kebalen Jaya (satu-satunya supermarket di Sebatik).
Kewirausahaan Petani Perempuan
Lihat Juga :
tulis komentar anda