Fungsi dan Peran Pasar di Perbatasan Pulau Sebatik
Kamis, 17 Desember 2020 - 20:25 WIB
Bagaimana prospek kewirausahaan petani perempuan yang mulai menggeliat di Sebatik dapat dikembangkan sebagai target memutus ketergantungan total dalam pengadaan barang-barang, terutama makanan olahan untuk kebutuhan rumah tangga.
Pemerintah daerah Nunukan pun meyakini peningkatan kewirausahaan petani perempuan membawa implikasi terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga dan sekaligus peningkatan pendidikan, pengetahuan dan kualitas perempuan Sebatik.
Peran yang dimainkan oleh perempuan dalam memberdayakan dirinya untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan masyarakat di Sebatik cukup kompleks. Di sisi lain tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki wanita juga memengaruhinya dalam memilih kegiatan-kegiatan ekonomi yang bisa ditekuninya. Faktor-faktor tersebut juga memengaruhi sikap wanita dalam memanfaatkan waktu dan pendapatan mereka.
Wilayah perbatasan dapat dijadikan peluang bagi percepatan pembangunan daerah yang letaknya sangat berdekatan langsung dengan negara tetangga. Hal ini merupakan pasar potensial yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat internal daerah namun juga untuk masyarakat secara nasional.
Kebijakan agribisnis pemerintah pusat dan khususnya pemerintah daerah harus terus berpihak pada masyarakat dalam melanjutkan membangun perekonomian menjadi lebih maju dan makmur.
Pemberdayaan perempuan dan pembangunan ekonomi akan saling memperkuat dan akhirnya perempuan menjadi mitra pembangunan ekonomi dalam masyarakat.
Kepentingan percepatan pembangunan wilayah perbatasan ditujukkan untuk melindungi segenap penduduk dan kedaulatan seluruh wilayah negara, mengamankan pembangunan wilayah dan memelihara kerja sama dengan negara tetangga guna mewujudkan prinsip hidup berdampingan secara damai, aman dan sejahtera.
Kebutuhan dan kepentingan percepatan dalam pembangunan wilayah perbatasan harus memperhatikan berbagai sudut pandang diantaranya adalah: aspek geografis, aspek demografi, aspek sumber daya alam, aspek ideologi, aspek politik, aspek ekonomi, aspek sosial kemasyarakatan dan aspek hankam.
Prioritas utama dalam memberdayakan perempuan petani di perbatasan setidaknya harus memerhatikan aspek geografis, aspek sumber daya alam dan paling utama aspek budaya ekonomi pengusaha kecil dan menengah yang tetap berorientasi pada jaringan kekerabatan, terikat pada ekonomi moral dan ritual keagamaan.
Para wanita Sebatik memiliki peluang terhadap prospek mengolah hasil pertaniannya menjadi makanan olahan. Hanya saja kualitas pendidikan dan pengetahuan serta budaya masyarakat masih menempatkan perempuan sebagai pelengkap dalam sistem perekonomian desa, sehingga sangat berpengaruh terhadap produk-produk yang dihasilkan.
Pemerintah daerah Nunukan pun meyakini peningkatan kewirausahaan petani perempuan membawa implikasi terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga dan sekaligus peningkatan pendidikan, pengetahuan dan kualitas perempuan Sebatik.
Peran yang dimainkan oleh perempuan dalam memberdayakan dirinya untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan masyarakat di Sebatik cukup kompleks. Di sisi lain tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki wanita juga memengaruhinya dalam memilih kegiatan-kegiatan ekonomi yang bisa ditekuninya. Faktor-faktor tersebut juga memengaruhi sikap wanita dalam memanfaatkan waktu dan pendapatan mereka.
Wilayah perbatasan dapat dijadikan peluang bagi percepatan pembangunan daerah yang letaknya sangat berdekatan langsung dengan negara tetangga. Hal ini merupakan pasar potensial yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat internal daerah namun juga untuk masyarakat secara nasional.
Kebijakan agribisnis pemerintah pusat dan khususnya pemerintah daerah harus terus berpihak pada masyarakat dalam melanjutkan membangun perekonomian menjadi lebih maju dan makmur.
Pemberdayaan perempuan dan pembangunan ekonomi akan saling memperkuat dan akhirnya perempuan menjadi mitra pembangunan ekonomi dalam masyarakat.
Kepentingan percepatan pembangunan wilayah perbatasan ditujukkan untuk melindungi segenap penduduk dan kedaulatan seluruh wilayah negara, mengamankan pembangunan wilayah dan memelihara kerja sama dengan negara tetangga guna mewujudkan prinsip hidup berdampingan secara damai, aman dan sejahtera.
Kebutuhan dan kepentingan percepatan dalam pembangunan wilayah perbatasan harus memperhatikan berbagai sudut pandang diantaranya adalah: aspek geografis, aspek demografi, aspek sumber daya alam, aspek ideologi, aspek politik, aspek ekonomi, aspek sosial kemasyarakatan dan aspek hankam.
Prioritas utama dalam memberdayakan perempuan petani di perbatasan setidaknya harus memerhatikan aspek geografis, aspek sumber daya alam dan paling utama aspek budaya ekonomi pengusaha kecil dan menengah yang tetap berorientasi pada jaringan kekerabatan, terikat pada ekonomi moral dan ritual keagamaan.
Para wanita Sebatik memiliki peluang terhadap prospek mengolah hasil pertaniannya menjadi makanan olahan. Hanya saja kualitas pendidikan dan pengetahuan serta budaya masyarakat masih menempatkan perempuan sebagai pelengkap dalam sistem perekonomian desa, sehingga sangat berpengaruh terhadap produk-produk yang dihasilkan.
tulis komentar anda