Berani Beda, Fashion Jalanan Remaja Citayam Diramal Berkembang

Senin, 18 Juli 2022 - 13:49 WIB
loading...
A A A
Dalam pandangan peneliti Pusat Riset Masyarakat dan Budaya BRIN, Henny Warsilah Widodo, munculnya fenomena remaja Citayam didorong oleh revolusi teknologi yang membuat manusia ikut bertransformasi. Melalui platform media sosial seperti Instagram dan Tiktok, para remaja, termasuk yang berada di daerah penyangga Ibu Kota ikut meniru gaya fashion jalanan remaja di Jepang dan Korea. "Media sosial telah ikut menggerakan transformasi ABG (remaja) dalam ber-fashion ala idola mereka," ujarnya saat dihubungi Sabtu (16/7/2022).

Menurutnya, fenomena fashion jalanan di Dukuh Atas menjadi menarik karena dapat melahirkan beragam ide dan kreativitas. Karena itu dia meminta pemerintah tidak perlu sampai jauh mengintervensi bentuk dan selera fashion remaja tersebut. Fashion remaja Citayam, menurut Henny, cukup menjadi fashion street saja, tidak perlu diimpikan untuk jadi fashion ala Avant Garde atau ala Paris Fashion Week.

Baca juga: Podcast Partai Perindo : Menilik Sisi Positif Citayam Fashion Week

"Di situlah muncul dunia fashion on the street ala kelompok remaja yang selalu menjadi menarik, tidak membosankan. Jadi sebatas diapresiasi saja, supaya terwadahi melalui event-event kota," ujarnya.

Dia mengingatkan pemerintah cukup merespons fenomena remaja Citayam dengan cara mengedukasi mereka untuk ikut menjaga fasilitas dan kebersihan ruang publik, tidak menganggu pengguna jalan dan penikmat kota yang lain. Selain itu, perlu pula remaja diberi literasi mengenai penggunaan teknologi digital.

"Cukup mereka diajari bagaimana cara bermedsos secara modern dan positif agar tidak tersangkut konten-konten negatif atau aksi saling bully," ujarnya.

Melawan Kemapanan?
Selain faktor kreativitas dan eksistensi remaja, fenomena remaja Citayam juga bisa dilihat dari sudut pandang lain, yakni adanya upaya melawan kemapanan industri fashion. Dosen Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta, Tantan Hermansah mengatakan, secara teoritis, apa yang dilakukan remaja Citayam bisa dikatakan sebagai upaya melakukan perlawanan atas narasi besar.

Baca juga: 3 Lokasi yang Vibes-nya Mirip 'SCBD Citayam Fashion Week', Semua Bak Model!

"Apa itu narasi besar? Tak lain adalah fashion industri. Jadi kalau orang mau gaya itu harus punya cantelan, kapstok, atau rujukan, mengikuti endorsement siapa, maka remaja Citayam dengan pede-nya menyampaikan kepada publik bahwa untuk gaya itu tidak perlu seperti artis si A, si B, atau si C, atau untuk tampil keren itu tidak mesti mengikuti fashion yang branded," ujarnya saat dihubungi Minggu (17/7).

Fenomena anak muda melawan kemapanan diakuinya bukan hal baru dalam budaya Indonesia, Bahkan dulu sampai berujung pada persoalan politik. Misalnya pada dekade 1960-an ada kebijakan anak muda dilarang gondrong. Itu karena anak muda melakukan protes sosial politik yang diekspresikan dalam bentuk penampilan, salah satunya tampil dengan rambut panjang. Juga Presiden Soekarno pernah melarang musik Barat seperti The Beatles yang disebutnya sebagai ngak ngik ngok.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1345 seconds (0.1#10.140)