Berani Beda, Fashion Jalanan Remaja Citayam Diramal Berkembang
loading...
A
A
A
Baca juga: 2 Selebriti Citayam Fashion Week Bonge dan Jeje Jadi Duta Sampah Pemprov DKI
Berkaca dari fenomena tersebut, Rahmatia berpendapat fashion tidak selalu harus berbusana mahal, memakai kostum brand terkenal, dan lainnya. Kenyataannya, remaja Citayam mewakili remaja-remaja lain di Indonesia. Mereka mendeskripsikan masyarakat pada umumnya yang mayoritas hidup di dunia nyata.
Selama ini tampil fashionable kerap identik dengan busana branded, mahal, high class. Gaya tersebut, menurut Rahmatia, adalah milik minoritas yang ditampilkan oleh media sosial dan kemudian serempak diikuti sebagai kiblat mode jika orang ingin tampil fashionable.
“Kuncinya adalah nyaman menjadi diri sendiri. Oleh sebab itulah mengapa mereka (remaja Citayam) menarik perhatian? Karena tampil menjadi diri sendiri, tidak malu memakai barang lokal, tidak malu dengan baju mix match yang terkesan serampangan. Mereka berani dan percaya diri walau wajah tidak se-glowing model iklan," paparnya.
Baca juga: Fenomena Citayam Fashion Week Bisa Dikembangkan Jadi Potensi Wisata di Jakarta
Bahkan, Rahmatia tak sungkan menyatakan ketertarikannya terhadap fenomena "Citayam Fahion Week". "Kalau saja saya masih 15 tahun dan tinggal di sekitar Jakarta, mungkin saya juga ikutan nongkrong di sana. Jajan es teh sama adik saya,” ungkap Creative Director of Rahma Ayudya Carnaval Costume ini.
Dia berharap pemerintah maupun masyarakat mendukung kreativitas remaja Citayam tersebut. Keberadaan mereka bukan sebuah gangguan selama tetap menjaga kebersihan dan norma kesopanan. Tidak hanya mengandalkan peran pemerintah pusat dan daerah, tetapi juga kesadaran para pegiat seni untuk mengarahkan kegiatan mereka ke arah yang lebih positif. Misalnya, mengganti kegiatan nongkrong tanpa tujuan menjadi kegiatan live street music, stand up comedy yang bisa saja diadakan secara spontan di lokasi tanpa mengganggu lalu lintas.
Baca juga: Citayam Fashion Week Bisa Menjadi Ruang Publik untuk Anak Muda Berekspresi
Secara khusus dia memuji pembawaan remaja Citayam yang percaya diri. Itu dinilai modal utamaberkembang dan menjadikan "Citayam Fashion Week" sebagai brand atau ikon kegiatannya.
“Bagaimana mewadahi dan memfasilitasinya, ini memang PR (pekerjaan rumah) kita bersama. Mereka masih remaja, begitu banyak kreativitas yang mampu mereka ciptakan, ada bakat-bakat terpendam yang perlu ditemukan dan diarahkan. Mungkin 'Citayam Fashion Week' ini menjadi salah satu jalannya,” tandasnya.
Berkaca dari fenomena tersebut, Rahmatia berpendapat fashion tidak selalu harus berbusana mahal, memakai kostum brand terkenal, dan lainnya. Kenyataannya, remaja Citayam mewakili remaja-remaja lain di Indonesia. Mereka mendeskripsikan masyarakat pada umumnya yang mayoritas hidup di dunia nyata.
Selama ini tampil fashionable kerap identik dengan busana branded, mahal, high class. Gaya tersebut, menurut Rahmatia, adalah milik minoritas yang ditampilkan oleh media sosial dan kemudian serempak diikuti sebagai kiblat mode jika orang ingin tampil fashionable.
“Kuncinya adalah nyaman menjadi diri sendiri. Oleh sebab itulah mengapa mereka (remaja Citayam) menarik perhatian? Karena tampil menjadi diri sendiri, tidak malu memakai barang lokal, tidak malu dengan baju mix match yang terkesan serampangan. Mereka berani dan percaya diri walau wajah tidak se-glowing model iklan," paparnya.
Baca juga: Fenomena Citayam Fashion Week Bisa Dikembangkan Jadi Potensi Wisata di Jakarta
Bahkan, Rahmatia tak sungkan menyatakan ketertarikannya terhadap fenomena "Citayam Fahion Week". "Kalau saja saya masih 15 tahun dan tinggal di sekitar Jakarta, mungkin saya juga ikutan nongkrong di sana. Jajan es teh sama adik saya,” ungkap Creative Director of Rahma Ayudya Carnaval Costume ini.
Dia berharap pemerintah maupun masyarakat mendukung kreativitas remaja Citayam tersebut. Keberadaan mereka bukan sebuah gangguan selama tetap menjaga kebersihan dan norma kesopanan. Tidak hanya mengandalkan peran pemerintah pusat dan daerah, tetapi juga kesadaran para pegiat seni untuk mengarahkan kegiatan mereka ke arah yang lebih positif. Misalnya, mengganti kegiatan nongkrong tanpa tujuan menjadi kegiatan live street music, stand up comedy yang bisa saja diadakan secara spontan di lokasi tanpa mengganggu lalu lintas.
Baca juga: Citayam Fashion Week Bisa Menjadi Ruang Publik untuk Anak Muda Berekspresi
Secara khusus dia memuji pembawaan remaja Citayam yang percaya diri. Itu dinilai modal utamaberkembang dan menjadikan "Citayam Fashion Week" sebagai brand atau ikon kegiatannya.
“Bagaimana mewadahi dan memfasilitasinya, ini memang PR (pekerjaan rumah) kita bersama. Mereka masih remaja, begitu banyak kreativitas yang mampu mereka ciptakan, ada bakat-bakat terpendam yang perlu ditemukan dan diarahkan. Mungkin 'Citayam Fashion Week' ini menjadi salah satu jalannya,” tandasnya.