New Normal : Disrupsi yang Dipercepat

Sabtu, 13 Juni 2020 - 09:30 WIB
loading...
A A A
Maka, momentum pandemi ini semestinya semakin membuka mata kita bahwa benar kata adagium: tak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Artinya, perubahan itu akan selalu ada dan menjadi tuntutan hidup sepanjang masa. Hanya, secepat apa perubahan terjadi, semendesak apa “revolusi” harus mewujud, itu yang harus diantisipasi.

Pandemi Covid-19 merupakan disruptor yang sama sekali tak diduga kehadirannya. Selama ini kita menganggap pesatnya kemajuan teknologi dan kehadiran generasi milenial (generasi langgas) yang kreatif dan cenderung memilih pola simple-leisury-freedom life(praktis-santai-bebas) sebagai disruptor utama bagi perubahan pola kebutuhan ekonomi. Maka, kita lantas terhentak dan tampak sangat tidak siap ketika disruptornya berupa wabah kesehatan yang sedemikian merusak tatanan pola hidup keseharian. (Lihat Videonya: Warga Duel Lawan Buaya Selamatkan sang Ayah di Palopo)

Namun, sesungguhnya di dalam teori perubahan kita memang mengenal dua jenis perubahan, yakni evolusi dan revolusi. Situs brainly.co.id menjelaskan bahwa evolusi merupakan perubahan sosial budaya yang terjadi secara perlahan-lahan. Perubahan ini merupakan perubahan yang tidak direncanakan. Ia “mengalir” saja. Bisa terpengaruh karena kondisi alam, kondisi sumber daya, pun penemuan-penemuan baru teknologi, dalam kecepatan waktu yang lambat. Maka kita bisa melihat perubahan evolutif baru terjadi dalam kurun waktu satu generasi biologi manusia atau bahkan lebih.

Revolusi sangat berbeda. Ia berlangsung dalam waktu yang cepat dengan bentuk perubahan yang sangat menonjol. Ia bisa merupakan tuntutan zaman yang tidak direncanakan, tapi lebih banyak terjadi karena tuntutan perubahan yang terencana. Perubahan prinsip hidup suatu generasi misalnya. Kecepatan penemuan teknologi dan sosialisasi kebaruan yang berjalan sangat mudah ke seluruh penjuru dunia memicu perubahan yang cepat ini. (Lihat Infografis: Tujuh Tari Tradisional Asal Indonesia yanng Mendunia)

Pola perubahan ke arah apa yang kita sebut dengan “new normal” sekarang ini termasuk dalam konteks revolusi. Bahkan “revolusi yang dipercepat”. Disrupsi yang terakselerasi tanpa perencanaan. Lupakan teori konspirasi yang mengatakan bahwa pandemi ini adalah kesengajaan. Karena yang pasti, pandemi sudah terjadi, dan rasanya tak ada satu pun negara di dunia ini yang tak terkena imbasnya.

Maka sekali lagi, tak elok rasanya jika kita tidak semakin menyadari bahwa perubahan demi perubahan akan terjadi semakin cepat di masa mendatang ini. Cibiran, sikap sombong, dan bahkan antipati terhadap warning disrupsi rasanya tak boleh lagi kita miliki. Ia pasti datang dengan kecenderungan yang lebih cepat di umur dunia yang semakin matang ini. Yang siap akan bertahan, yang tak siap akan tertawan. Yang luwes akan juara, yang kaku akan merana. (Lihat Foto: Jalan-Jalanke Muntilan, Lihat Kerajinan Pahat Batu Peninggalan Zaman Purba)

Jadilah generasi yang siap. Pelaku kehidupan yang luwes. Menyitir kata pakar perubahan Rhenald Kasali, sebisa mungkin jadilah driver (yang mengarahkan dan memimpin perubahan), jangan sekadar menjadi passenger (penumpang perubahan yang berubah karena dipaksa keadaan). Bawa masa depan ke masa sekarang (berpikiran maju sebagai dasar melakukan perubahan), dan bukan membawa masa lalu ke masa sekarang.

Karena sekali lagi: perubahan itu abadi. Dan, semakin cepat terjadi.
(ysw)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1185 seconds (0.1#10.140)