Doktor Lulusan Harvard Sukidi Ajak Masyarakat Bersikap Kritis pada Kekuasaan

Selasa, 30 April 2024 - 22:00 WIB
loading...
Doktor Lulusan Harvard...
Seminar Nasional: Agama dan Negara dalam Diskursus Keindonesiaan Kontemporer di kampus Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, Selasa (30/04/2025). FOTO/MPI/ARI SANDITA
A A A
JAKARTA - Doktor lulusan Universitas Harvard, Sukidi mengajak semua lapisan masyarakat untuk ber sikap kritis pada kekuasaan atas kerusakan moral saat ini. Selain itu, intelektual Muhammadiyah itu juga mengajak untuk membersamai kaum papa dan kaum lemah.

Hal ini disampaikan Sukidi dalam Seminar Nasional: Agama dan Negara dalam Diskursus Keindonesiaan Kontemporer di kampus Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, Selasa (30/04/2025). Dalam seminar itu, Sukidi mengatakan bahwa semua orang bisa menyaksikan kejadian kebenaran dihancurkan agar batas-batas moral yang baik dan buruk, benar dan salah itu menjadi remang. Akibatnya, orang kehilangan panduan moral untuk melihat mana yang baik dan buruk, benar dan salah.

"Karena kebenaran dihancurkan, maka yang terjadi adalah pascakebenaran, pascakebenaran adalah tahapan awal menuju pada fasisme," kata Sukid dalam seminar tersebut, Selasa (30/4/2024).



Sukidi mengutip pesan salah satu pendiri Amerika Serikat, Alexander Hamilton, tidak sedikit di antara mereka yang naik ke tampuk kekuasaan atas nama demokrasi, tapi akhirnya berakhir sebagai seorang tirani. Dewasa ini, kaum intelektual telah berada dalam hegemoni kekuasaan yang tirani itu sendiri.

"Ketika etika diinjak-injak, ketika kecurangan merajalela, ketika penyalahgunaan kekuasan terjadi, maka kaum intelektual di kampus itu berdiam diri. Kalaupun ada, makanya satu-satunya rektor di Indonesia yang berani mengatakan bahwa demokrasi dibunuh oleh, lanjutkan sendiri, itu hanya dia (Rektor UII Prof Fathul Wahid) dan atas keberanian dia saya memberikan apresiasi," tuturnya.

"Kita dalam situasi yang amat sangat bahaya, tapi kita tidak sadari. Konstitusi akhirnya mengalami sehelai kertas saja," imbuhnya.

Sukidi menilai Indonesia saat ini dalam situasi berbahaya, konstitusi seolah hanya berupa sehelai kertas belaka. Dia khawatir, konsitusi, undang-undang, ketetapan MPR dan lainnya sekedar sehelai kertas, tak mampu mengubah masyarakat dan penyelenggara negara, yang mana menjadi alarm terbesar bagi Indonesia.



Batas-batas baik dan buruk, benar dan salah telah menjadi remang, sehingga orang tidak tahu lagi mana yang baik dan buruk, benar dan salah, semua akhirnya tergantung kekuasaan.

"Pak Mahfud MD pernah berpesan pada saya jika penyalahgunaan kekuasaan dibenarkan akhirnya ini memberikan satu preseden bahwa akhirnya kekuasaan yang menentukan segalanya, kekuatan kekuasan dan uang itu sendiri," terangnya.

Sukidi lantas menyampaikan pesan ekonom Adam Smith yang juga pernah menulis tentang Teori Moral Sentimen. Kebiasaan orang untuk mengagumi dan memuji pada mereka yang berkuasa dan kaya pada satu sisi, dan di sisi lain mengabaikan mereka yang miskin dan dalam kondisi lemah adalah pertanda tentang kerusakan sentimen moral. Maka itu, Sukidi mengajak agar semua lapisan masyarakat bersikap kritis pada kekuasan atas kerusakan sentimen moral yang terjadi selama ini.

"Kebiasaan orang untuk mengagumi dan memuji pada mereka yang berkuasa dan kaya pada satu sisi dan di sisi lain mengabaikan mereka yang miskin dan dalam kondisi lemah adalah pertanda tentang kerusakan sentimen moral, dan itu yang terjadi hari ini, mereka tunduk pada kekuatan uang, mereka tunduk pada kekuasaan sambil melupakan kaum lemah kaum tak berdaya, mereka yang tak dipelihara oleh negara terlantar kaum fakir-miskin, karena itu saya mengajak pada semuanya tuk bersikap kritis pada kekuasaan sambil membersamai kaum papa, kaum lemah," katanya.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Generasi Muda FKPPI...
Generasi Muda FKPPI Komitmen Jaga Demokrasi di Tengah Transformasi Peran TNI
Strategi Baru Kekuasaan:...
Strategi Baru Kekuasaan: dari Brainwashing ke Emotional Hijacking?
China yang Demokratis...
China yang Demokratis Ada di Taipei: Refleksi 50 Tahun Wafatnya Chiang Kai-shek
Antara Hukum dan Kekuasaan
Antara Hukum dan Kekuasaan
SBY Sebut Pemimpin Haus...
SBY Sebut Pemimpin Haus Jabatan Cenderung Perpanjang Kekuasaan, Termasuk Ubah Konstitusi
BMI Ajak Generasi Muda...
BMI Ajak Generasi Muda Tidak Lelah Menjaga Demokrasi
Sampaikan Warisan Gus...
Sampaikan Warisan Gus Dur, Yenny Wahid: Gunakan Kekuasaan untuk Layani Masyarakat, Bukan Diri Sendiri
Setara Institute Nilai...
Setara Institute Nilai Kualitas Demokrasi Pilpres dan Pilkada 2024 Rendah
Demokrasi Digital Tunjuk...
Demokrasi Digital Tunjuk Tiga Advisor: Titi Anggraini, Meidy Fitranto, dan Emmy Samira
Rekomendasi
Spanyol dan Portugal...
Spanyol dan Portugal Lumpuh, Kereta Api Macet, Transaksi Hanya dengan Uang Tunai
Wuling Bakal Kenalkan...
Wuling Bakal Kenalkan Sunshine EV di PEVS 2025? Bisa untuk Food Truck hingga Antar Barang!
Meski Digaji Rp37 Juta,...
Meski Digaji Rp37 Juta, Tentara Israel Mengaku Dieksploitasi dan Risikonya Sangat Berat
Berita Terkini
Jelang Pemungutan Suara...
Jelang Pemungutan Suara Ulang di Boven Digoel, Michael Sianipar: Perindo Hadir Total
22 menit yang lalu
Partai Perindo Mulai...
Partai Perindo Mulai Fokus Kembangkan Kekuatan di Wilayah Urban
1 jam yang lalu
AFI Minta Pemerintah...
AFI Minta Pemerintah Perkuat Produk Lokal dan Pengawasan Barang Impor
1 jam yang lalu
Dosen dan Mahasiswa...
Dosen dan Mahasiswa Minta Revisi UU Penyiaran Segera Dilakukan
1 jam yang lalu
DPR Apresiasi Pemerintahan...
DPR Apresiasi Pemerintahan Prabowo Dorong Pemerataan Pembangunan Luar Pulau Jawa
3 jam yang lalu
Giliran PKS Beri Sinyal...
Giliran PKS Beri Sinyal Dukung Prabowo di Pilpres 2029
3 jam yang lalu
Infografis
Mengapa Taiwan Khawatir...
Mengapa Taiwan Khawatir akan Diinvasi China pada 2027?
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved