Pasca-R20: Agama sebagai Solusi global dan Agenda Kemanusiaan?

Rabu, 09 November 2022 - 13:12 WIB
Tujuan R20 juga menjamin agama dapat berfungsi sebagai sumber solusi yang murni di abad 21. Hal itu dibuktikan dengan mengundang pemuka agama yang datang dari berbagai wilayah serta secara jujur mengakui bahwa agama pernah diperalat untuk tujuan-tujuan politik yang mengorbankan manusia.

Aspek pengakuan ini misalnya diungkapkan Dr. Jacqueline C. Rivers, Executive Director, Seymour Institute for Black Church and Policy Studies (Jamaica) “From Truth to Reconciliation, Forgiveness, and Peaceful Co-Existence”. Saya berkesempatan makan siang dengan Jacquai dalam acara R20 dan mendengarkan pandangannya tentang R20. Dalam perjumpaan itu, dia menekankan bahwa kita bisa menghasilkan suatu dunia di mana manusia yang beragama bisa hidup berdampingan dengan damai.

“Ketika Indonesia memainka peran penting dalam pergerakan global, ada peran yang bisa saya lakukan yakni membawa suatu niatan dari dunia barat. kita perlu mengakui semua konflik yang terjadi bagi orang-orang Kristiani. Pengakuan adalah hal paling mendasar sebelum melanjutkan ke langkah selanjutnya. Abraham Lincoln mengatakan bahwa setiap tetesan darah dalam perbudakan, perang dunia, yang kita perlu ingat bahwa Tuhan itu adil. Dia akan membalas semua tindakan perbudakan yang keji dan kejam, kita perlu menghapus semua bentuk diskriminasi dan perbudakan”, katanya dengan meyakinkan.

Peran R20 adalah untuk memfasilitasi percakapan. Faktor terakhir adalah mengampuni, di mana kita perlu mengampuni diri kita sendiri dan mengampuni orang lain, karena Tuhan sudah terlebih dahulu mengampuni kita.

Para pembicara lain dari berbagai dunia juga mengungkapkan hal yang senada. Singkatnya, model dialog agama yang dikembangkan R20 adalah model dialog agama yang pro pembangunan perdamaian.

Sementara, pelibatan delegasi India dalam R20, selain sebagai presidensi G20 tahun depan, pelibatan mereka dalam diskusi adalah bagian dari perjumpaan untuk saling berdialog. Juga dilihat dari kerangka paradigma inklusif moderatisme, pelibatan kelompok-kelompok radikal dalam sebuah komuniktas atau lingkungan yang plural dapat membuat perubahan paradigma dan perilaku.

Untuk hal ini, kita masih menunggu apakah memang ada perubahan dalam policy dari pemerintah India terhadap minoritisasi yang dilakukan terhadap minoritas Muslim. Juga, secara tidak langsung, pembelaan terhadap komunitas agama yang mengalami persekusi, meski tidak eksplisit, terwujud dalam poin komunike yang disepakati para delegasi R20.

Sebagai sebuah pagelaran tahunan pertama dan akan berlanjut pada tahun-tahun berikutnya, R20 di Indonesia mungkin terlalu dini dinilai sebagai sebuah pertemuan yang dangkal, tidak berpihak pada kemanusiaan, dan melibatkan delegasi yang pro kekerasan.

Sikap yang bijaksana dan elegan tentunya adalah memberi kesempatan untuk melihat apakah pasca-R20 ada atau tidak ada keberpihakan pada kemanusiaan yang nyata. Juga juga apakah ada kelanjutan R20 di India tahun depan sebagai tanda bahwa paradigma inklusif moderatisme memang berlangsung.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(poe)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More