Pasca-R20: Agama sebagai Solusi global dan Agenda Kemanusiaan?
Rabu, 09 November 2022 - 13:12 WIB
Ridwan
Direktur Center of Muslim Politics and World Society (COMPOSE) Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII)
Direktur Riset Alpha-I (olrganisasi penerima beasiswa USAID Indonesia).
PAGELARAN Religion Twenty (R20), sebuah pertemuan tingkat tinggi pemuka agama dunia dan official engagement dari G20, telah usai di Bali (3 November 2022). Hal ini ditandai dengan penyerahan bendera secara simbolis oleh KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) kepada delegasi India yang diterima oleh Sri Ram Madhav Varanasi dan His Holiness, Mahamahopadhyaya Swami Bahdreshdas.
Penyerahan bendera disaksikan seluruh peserta yang memadati Grand Ballroom Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali. Delegasi India yang menerima bendera R20 dikarenakan India akan menjadi tuan rumah R20 tahun depan yang sekaligus sebagai Presidensi G20 tahun 2023.
Setelah itu, sejumlah delegasi R20 melakukan kunjungan ke Yogyakarta. Di sana, delegasi R20 melakukan beberapa kegiatan, di antaranya merumuskan Rencana Tindak Lanjut (RTL) R20, makan malam dan dialog, dan juga kunjungan kebudayaan ke Candi Prambanan, Candi Borobudur dan Pesantren Padanaran.
Selain itu, yang penting juga dicatat adalah kunjungan delegasi R20 ke kampus Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, yang memiliki sebuah situs peninggalan purbakala berwujud Candi Kimpulan di area kampus (depan perpustakaan UII). Sebuah kunjungan yang bermakna perjalanan dan pengalaman budaya yang berlandaskan keragaman.
Sebagai sebuah akibat, pemberitaan dalam dan luar negeri cukup semarak, termasuk yang pro dan kontra, puja puji dan serapah, yang menyertai perhelatan tahunan pertama tersebut. Namun, yang pasti dengan berbagai kritikan tersebut, akan dikaji dibawah, R20 menunjukkan relevansinya.
Tulisan ini hendak urun rembug mereviu dan mendiskusikan ulang pelaksanaan R20, yang mengusung tema berjudul Revealing and Nurturing Religion as a Source of Global Solution, untuk mendapatkan sebuah perspektif yang lebih luas. Penulis juga, untuk beberapa derajat akan membahas beberapa kritikan secara objektif terkait pelaksanaan R20 yang dinilai dangkal dan hanya merayakan keragaman dan tidak berpihak pada agenda kemanusiaan.
Direktur Center of Muslim Politics and World Society (COMPOSE) Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII)
Direktur Riset Alpha-I (olrganisasi penerima beasiswa USAID Indonesia).
PAGELARAN Religion Twenty (R20), sebuah pertemuan tingkat tinggi pemuka agama dunia dan official engagement dari G20, telah usai di Bali (3 November 2022). Hal ini ditandai dengan penyerahan bendera secara simbolis oleh KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) kepada delegasi India yang diterima oleh Sri Ram Madhav Varanasi dan His Holiness, Mahamahopadhyaya Swami Bahdreshdas.
Penyerahan bendera disaksikan seluruh peserta yang memadati Grand Ballroom Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali. Delegasi India yang menerima bendera R20 dikarenakan India akan menjadi tuan rumah R20 tahun depan yang sekaligus sebagai Presidensi G20 tahun 2023.
Setelah itu, sejumlah delegasi R20 melakukan kunjungan ke Yogyakarta. Di sana, delegasi R20 melakukan beberapa kegiatan, di antaranya merumuskan Rencana Tindak Lanjut (RTL) R20, makan malam dan dialog, dan juga kunjungan kebudayaan ke Candi Prambanan, Candi Borobudur dan Pesantren Padanaran.
Selain itu, yang penting juga dicatat adalah kunjungan delegasi R20 ke kampus Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, yang memiliki sebuah situs peninggalan purbakala berwujud Candi Kimpulan di area kampus (depan perpustakaan UII). Sebuah kunjungan yang bermakna perjalanan dan pengalaman budaya yang berlandaskan keragaman.
Sebagai sebuah akibat, pemberitaan dalam dan luar negeri cukup semarak, termasuk yang pro dan kontra, puja puji dan serapah, yang menyertai perhelatan tahunan pertama tersebut. Namun, yang pasti dengan berbagai kritikan tersebut, akan dikaji dibawah, R20 menunjukkan relevansinya.
Tulisan ini hendak urun rembug mereviu dan mendiskusikan ulang pelaksanaan R20, yang mengusung tema berjudul Revealing and Nurturing Religion as a Source of Global Solution, untuk mendapatkan sebuah perspektif yang lebih luas. Penulis juga, untuk beberapa derajat akan membahas beberapa kritikan secara objektif terkait pelaksanaan R20 yang dinilai dangkal dan hanya merayakan keragaman dan tidak berpihak pada agenda kemanusiaan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda