Kritik dan Buzzer Politik
Rabu, 24 Juni 2020 - 11:03 WIB
Di musim kontestasi elektoral atau saat terjadinya polarisasi opini yang tajam seperti di musim pandemi Covid-19, selalu ada netizen yang berpolah seperti buzzer, tetapi sesungguhnya dia tidak berkelompok dan lebih merepresentasikan sikap partisan dirinya semata. Dia akan puas jika pikiran, perasaan, dan pandangannya terakomodasi dalam arus pusaran opini yang berkembang.
Ada juga buzzer specialist yang memang biasanya dia meramaikan dan memalingkan perhatian orang pada isu tertentu karena menerima proyek atau order. Sistem kerjanya berkelompok dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi lebih memadai mereka “bertarung” untuk memenangkan pengaruh.
Pengordernya bisa korporasi bisnis, figur politik, partai, atau pun pemerintah. Jadi, kerangka referensi evaluatif tindakannya adalah kepentingan, yakni keuntungan bisnis.
Sementara jika dilihat dari model bekerjanya ada pendengung yang sifatnya individual, ada juga yang kolektif. Yang individual misalnya sekadar menjadi buzzer coba-coba tanpa peta pertarungan.
Sementara yang kolektif mirip pasukan siber (cyber troops) yang jelas objek atau sasarannya, pembagian timnya, serta peta jalan pemenangannya. Realitas ini secara faktual kerap membuat dunia maya bahkan dunia nyata gegap gempita dengan serbuan masif informasi yang dilancarkan para pendengung.
Yang harus diberi catatan khusus adalah jika para pendengung mulai melakukan serangan pembunuhan karakter, mengintimidasi kritik publik hingga menyebar teror melalui persekusi dan doxing di dunia maya. Dalam istilah lain melakukan praktik kill the messenger.
Mirip kisah nyata jurnalis investigasi Garry Webb dari surat kabar lokal San Jose Mercury News yang diangkat menjadi film dengan judul Kill the Messenger. Webb menulis tiga artikel bersambung yang menghebohkan dunia dengan judul Dark Alliance di Mercury News pada tahun 1996.
Dia menulis laporan investigasi bahwa CIA bertanggung jawab atas sebagian besar pengiriman kokain ke Amerika Serikat pada tahun 1980-an. Niat baik Webb memantik serangan balik dari kelompok yang tidak suka dan terusik dengan laporannya.
Singkat kata, serangan atas pribadinya yang begitu masif membuat dia harus mengundurkan diri dari Mercury News dan akhir hidupnya tragis meninggal di usia 49 tahun dengan luka tembak di kepala. Polisi menyebut dia bunuh diri, meskipun banyak orang meyakini dia dibunuh.
Mungkin kill the messenger versi daring saat ini bentuknya bisa berupa pembunuhan karakter melalui aib, fitnah, rumor yang membuat orang yang menjadi objek intimidasi dan teror tak lagi bisa berbuat apa-apa. Dalam hal Bintang Emon, misalnya, disebar fitnah bahwa dia pengguna narkoba.
Ada juga buzzer specialist yang memang biasanya dia meramaikan dan memalingkan perhatian orang pada isu tertentu karena menerima proyek atau order. Sistem kerjanya berkelompok dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi lebih memadai mereka “bertarung” untuk memenangkan pengaruh.
Pengordernya bisa korporasi bisnis, figur politik, partai, atau pun pemerintah. Jadi, kerangka referensi evaluatif tindakannya adalah kepentingan, yakni keuntungan bisnis.
Sementara jika dilihat dari model bekerjanya ada pendengung yang sifatnya individual, ada juga yang kolektif. Yang individual misalnya sekadar menjadi buzzer coba-coba tanpa peta pertarungan.
Sementara yang kolektif mirip pasukan siber (cyber troops) yang jelas objek atau sasarannya, pembagian timnya, serta peta jalan pemenangannya. Realitas ini secara faktual kerap membuat dunia maya bahkan dunia nyata gegap gempita dengan serbuan masif informasi yang dilancarkan para pendengung.
Yang harus diberi catatan khusus adalah jika para pendengung mulai melakukan serangan pembunuhan karakter, mengintimidasi kritik publik hingga menyebar teror melalui persekusi dan doxing di dunia maya. Dalam istilah lain melakukan praktik kill the messenger.
Mirip kisah nyata jurnalis investigasi Garry Webb dari surat kabar lokal San Jose Mercury News yang diangkat menjadi film dengan judul Kill the Messenger. Webb menulis tiga artikel bersambung yang menghebohkan dunia dengan judul Dark Alliance di Mercury News pada tahun 1996.
Dia menulis laporan investigasi bahwa CIA bertanggung jawab atas sebagian besar pengiriman kokain ke Amerika Serikat pada tahun 1980-an. Niat baik Webb memantik serangan balik dari kelompok yang tidak suka dan terusik dengan laporannya.
Singkat kata, serangan atas pribadinya yang begitu masif membuat dia harus mengundurkan diri dari Mercury News dan akhir hidupnya tragis meninggal di usia 49 tahun dengan luka tembak di kepala. Polisi menyebut dia bunuh diri, meskipun banyak orang meyakini dia dibunuh.
Mungkin kill the messenger versi daring saat ini bentuknya bisa berupa pembunuhan karakter melalui aib, fitnah, rumor yang membuat orang yang menjadi objek intimidasi dan teror tak lagi bisa berbuat apa-apa. Dalam hal Bintang Emon, misalnya, disebar fitnah bahwa dia pengguna narkoba.
tulis komentar anda