Pandemial Bangkit dengan Karya: Muda Menolak Dampak Pandemi

Selasa, 25 Mei 2021 - 12:50 WIB
Masa muda apalagi menghadapi situasi pandemi merupakan kejadian yang akan menjadi memori panjang kedepan, terjadi hanya sekali dan tidak dapat diulang kembali. Pandemial yang bergerak dengan karya memiliki kesadaran kolektif bahwa bangsa ini dapat bangkit dari keterpurukan ketika anak mudanya mengambil peran dan bergerak menyelesaikan permasalahan yang ada diakar rumput.

Hal ini juga yang melatarbelakangi munculnya @youthtopia.world digagas oleh Melati dan Isabela Wisjen, lalu ada @alir.air melalui Galuh Widdy yang membuat alat pencuci tangan otomatis berbasis sensor untuk disalurkan kepada masyarakat dan @bittle.wittle sebuah inisiatif dari Friderica Marrie yang menghadirkan buku interaktif tentang kewirausahaan bagi anak yang terkendala pembelajaran daring.

Hal terpenting ketika seseorang ingin mengubah taraf kehidupan adalah pentingnya memiliki pola pikir yang tepat. Dalam kondisi seperti ini, pola pikir adaptif menjadi kunci bagi menang atau tidaknya seseorang.

Pandemi masih belum memiliki titik akhir dari segi waktu, sehingga kita semua berjibaku terhadap situasi yang tidak pasti ini. Untuk menyambut ketidakpastian, pandemial wajib untuk menilai situasi, melihat ke dalam diri, kemudian berpikir apa yang bisa dilakukan di masa ini.

Karena, hidup itu sebenarnya ada di hari ini, karena besok kita tidak tahu apakah masih ada di dunia atau tidak. Apakah seseorang menjadi pemenang sukes mengejar mimpi atau tidak bergantung dari pola pikir dan langkah yang dilakukan saat ini. Bongkar pola pikir bahwa pandemi sesungguhnya banyak membawa kebaharuan pada kehidupan saat ini.

Seperti contoh, ada inisiasi unik dari remaja SMA yang bernama Clarine Winarta. Minatnya dalam seni membuatnya menginisiasi sebuah gerakan yang bernama Stork Project.

Ide awalnya ialah bagaimana gerakan ini dapat membantu seniman-seniman yang terdampak pandemi. Ada lagi contoh nyatanya dimana energi kreatif menjadi sumber penghasilan.

Di saat pandemi membuat sebagian anak muda diam, lain halnya dengan Ivana Harjadi, owner dari Ivi lashes justru berhasil mengekspor produk eyelash extension-nya ke Filipina dan Malaysia.

Sepanjang pandemi, pandemial menolak untuk diam. Hal ini mencerminkan bahwa sifat filantropis, kritis, pantang menyerah dan idealis menjadi DNA dari pandemial. Kita bisa menjemput inspirasi dari yang dilakukan Ananda Priantara melalui @satupaduindonesia, @ajakgerak yang didirikan Haikal Pramono, @pemimpin.indonesia diinisiasi oleh Dharmaji Suradika, @studenesia diprakarsai Aditya W Wardana, @bogoryouthforum digerakan Ramadhan Subakti, @gensmart_id dibersamai Reza Pahlevi, @konekinindonesia digagas Marthella Sirait, @raihcita.id digerakan Gammario Medi dan ribuan pandemial keren yang melawan pandemi dengan kekuatan dan perannya masing-masing.

Memilih untuk tidak menyerah. Melawan dengan karya, menebar inspirasi dan energi positif bagi pemuda lain. Mereka terus menjaga dan merawat imajinasi tentang bumi pijakannya, Indonesia. Melihat ini, tentunya menjadi bukti bahwa anak muda saat pandemi pun memiliki daya kreatif yang kuat jika menyalurkannya dengan baik.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More