Belajar Adil dari Yap Thiam Hien, Pembela Kaum Tertindas

Selasa, 21 September 2021 - 06:00 WIB
loading...
A A A
Apalagi saat Yap ditahan karena kasus Malari, ketangguhan Khing yang disebutnya "Menteri Dalam Negeri" oleh Yap sungguh diuji. Dengan sisa tabungan Khing membeli mobil untuk dijalankan sebagai taksi jam-jaman. Keadaan yang pas-pasan itu memaksanya juga untuk menukar minuman keras dari bingkisan Natal dan Tahun Baru dengan kebutuhan sehari-hari di Pasar Cikini.

Sekali waktu Yap baru keluar dari penjara untuk kasus Malari. Tiba di rumah pukul 23.00, belum sempat duduk santai, Yap sudah mengatakan akan membela seseorang yang kasusnya cukup berat dengan risiko dan komplikasi cukup besar. Sampai-sampai Khing mengancam akan pergi dari rumah kalau dia tetap ngotot menangani kasus itu.

Puluhan tahun bergelut dengan kasus tak menjadikan mata hatinya tumpul, bahkan empatinya terhadap yang terpidana semakin tumbuh mendorongnya mendirikan dan mengetuai Prison Fellowship, organisasi yang melayani narapidana. Kepeduliannya pada hak-hak asasi manusia semakin menajam ketika ia bergabung dalam Regional Council on Human Rights in Asia, juga anggota Asian Comission on Human Rights.

Bahkan pada 1987 ia masih berani dan "galak" untuk mulai terlibat dalam InterNGO Conference on Indonesia (INGI). Organisasi ini bertujuan mengembangkan partisipasi rakyat dan LSM dalam pembangunan masyarakat dan negara. Justru untuk menghadiri pertemuan INGI ini (April 1989), Yap berangkat ke Belgia. Meski suratan takdir bicara lain.

Istrinya mengisahkan sudah berjanji bertemu di Singapura. Rencananya mereka akan berjalan-jalan dulu selama dua hari di sana sebelum pulang bersama ke Tanah Air. Koper sudah dikemasi, exit permit (waktu itu diperlukan bagi yang akan ke luar negeri-Red) juga sudah diurus.

Tiba-tiba tengah malam ada kabar bahwa Yap sakit. Aortanya pecah dan perlu dioperasi sehingga dibutuhkan izin dari istri. Khing mengatakan tak perlu menunggu dirinya tiba di sana. Dia meminta dokter melakukan yang terbaik. Namun, di dalam hati Khing sudah merasa.

Sementara itu nun jauh di sana, sakit Yap semakin parah. Yap Thiam Hien mengakhiri perjuangannya yang tak kenal lelah pada Senin 25 April 1989 di RS St Agustinus, Veurne, 135 km dari Brussels. Jauh dari keluarga, namun di tengah teman dan rekan seperjuangan seperti yang sering terjadi di sepanjang hidupnya.

Jenazahnya diterbangkan ke Jakarta. Lima hari kemudian, diiringi ribuan pelayat, jenazahnya dikebumikan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir Jakarta.

Selama hidupnya, Yap dikenal sebagai seorang Kristen yang saleh dan aktif dalam kegiatan gereja. Ia ikut mendirikan Universitas Kristen Indonesia dan pernah duduk dalam salah satu komisi dari Dewan Gereja-gereja se-Dunia dan International Commission of Jurists. Arief Budiman, aktivis yang merupakan kakak Soe Hok Gie pernah menjuluki Yap sebagai seorang "triple minority" di Indonesia, yaitu Tionghoa, Kristen, dan Jujur.

*Disadur dari Wikipedia dan sumber-sumber lainnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1974 seconds (0.1#10.140)