PDIP Hormati Posisi Politik Kader Nonpartai Peserta Sekolah Cakada
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gelaran Sekolah Partai untuk calon kepala daerah (cakada) gelombang III yang digelar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dinilai sangat istimewa lantaran didominasi oleh peserta berasal dari kader-kader nonpartai.
(Baca juga: Solusi Pilkada di Masa Pandemi, Revisi UU atau Terbitkan Perppu)
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan hal tersebut, merupakan cerminan dari jalan politik gotong royong yang ditempuh partai berlambang kepala banteng moncong putih tersebut.
(Baca juga: Penundaan Pilkada, Rem Darurat Cegah Kluster Baru Covid-19)
"Sekolah partai kali ini sangat istimewa. Sebab jalan politik yang dianut PDIP adalah politik peradaban, politik membangun bangsa. Karenanya jalan yang diambil PDIP adalah politik terbuka, jalan politik gotog royong," kata Hasto dalam siaran pers, Selasa (15/9/2020).
(Baca juga: PDIP Dukung Pemerintah Tetap Melaksanakan Pilkada 9 Desember)
Hasto mengakui bahwa PDIP tak bisa berjalan sendiri dalam menyelesaikan persoalan bangsa yang begitu besar. Karenanya, dalam gelaran Pilkada serentak 2020 PDIP bekerja sama dengan partai lain dalam mengusung calon kepala daerah. Di antaranya dengan Partai Golkar 49 calon, PKB 38 calon, Partai Gerindra 36 calon, PAN calon, Partai Demokrat 33 calon, Partai NasDem 20 calon dan Partai Hanura 19 calon.
Hasto mengatakan, melalui sekolah kader ini PDIP ingin menyatukan visi dan misi dengan para cakada yang diusung mengenai Pancasila sebagai landasan mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Hasto juga menegaskan bahwa pihaknya menghormati posisi politik para peserta sekolah partai yang berasal bukan dari PDIP.
"PDIP bukan partai yang suka bajak kader partai lain. Kami menghormati posisi politik dari peserta sekolah partai yang tidak berasal dari PDIP tetapi didukung oleh PDIP. Karena didukung PDIP maka seluruh elemen kepartaian akan bekerjasama. Dimulai calon bekerja sama, partai bekerja sama, sehingga semuanya menjadi satu kekuatan gotong royong sesuai warna politik masing-masing," kata Hasto.
(Baca juga: Solusi Pilkada di Masa Pandemi, Revisi UU atau Terbitkan Perppu)
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan hal tersebut, merupakan cerminan dari jalan politik gotong royong yang ditempuh partai berlambang kepala banteng moncong putih tersebut.
(Baca juga: Penundaan Pilkada, Rem Darurat Cegah Kluster Baru Covid-19)
"Sekolah partai kali ini sangat istimewa. Sebab jalan politik yang dianut PDIP adalah politik peradaban, politik membangun bangsa. Karenanya jalan yang diambil PDIP adalah politik terbuka, jalan politik gotog royong," kata Hasto dalam siaran pers, Selasa (15/9/2020).
(Baca juga: PDIP Dukung Pemerintah Tetap Melaksanakan Pilkada 9 Desember)
Hasto mengakui bahwa PDIP tak bisa berjalan sendiri dalam menyelesaikan persoalan bangsa yang begitu besar. Karenanya, dalam gelaran Pilkada serentak 2020 PDIP bekerja sama dengan partai lain dalam mengusung calon kepala daerah. Di antaranya dengan Partai Golkar 49 calon, PKB 38 calon, Partai Gerindra 36 calon, PAN calon, Partai Demokrat 33 calon, Partai NasDem 20 calon dan Partai Hanura 19 calon.
Hasto mengatakan, melalui sekolah kader ini PDIP ingin menyatukan visi dan misi dengan para cakada yang diusung mengenai Pancasila sebagai landasan mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Hasto juga menegaskan bahwa pihaknya menghormati posisi politik para peserta sekolah partai yang berasal bukan dari PDIP.
"PDIP bukan partai yang suka bajak kader partai lain. Kami menghormati posisi politik dari peserta sekolah partai yang tidak berasal dari PDIP tetapi didukung oleh PDIP. Karena didukung PDIP maka seluruh elemen kepartaian akan bekerjasama. Dimulai calon bekerja sama, partai bekerja sama, sehingga semuanya menjadi satu kekuatan gotong royong sesuai warna politik masing-masing," kata Hasto.
(maf)