Said Abdullah Sebut Zakat Fitrah Bentuk Kepedulian Terhadap Sesama
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua DPD PDIP Jatim MH. Said Abdullah mengajak umat Muslim untuk menunaikan zakat fitrah. Sebab, membayar zakat fitrah merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama sekaligus wujud dari kesalehan sosial.
“Di ujung Ramadan, umat Muslim yang mampu diwajibkan untuk berzakat fitrah. Hal itu menegaskan Islam bukan semata urusan transendensi. Zakat Fitrah adalah pesan atas pentingnya bagi semua muslim menjaga kesalehan sosial, sebagai satu tarikan nafas dengan kesalehan ritual,” ujarnya, Minggu (7/4/2024).
Menurut Said Abdullah, di Indonesia semangat berbagi sudah mentradisi, terutama di desa desa. Saling berbagi bahan makanan dan makanan bukanlah sesuatu yang istimewa, hal itu menjadi praktik hidup sehari hari masyarakat Indonesia. Bahkan saling menukarkan tenaga, dengan bergotong royong membangun rumah tetangga, dan fasilitas umum dengan mudah dijumpai di desa-desa. ”Modal sosial ini perlu terus kita rawat, kita wariskan tradisi baik ini kepada anak cucu kita,” katanya.
Penelitian Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index, pada 2022 mencatatkan masyarakat Indonesia kembali dinilai paling dermawan sedunia. Posisi tertinggi itu, merupakan kali ketiga disandang masyarakat Indonesia. Semangat kepedulian dan tolong menolong masyarakat Indonesia mengalahkan Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru dan Kenya.
”Sangat luar biasa. Mudah sekali melacak tingginya semangat kepedulian masyarakat Indonesia. Cobalah simak bila terjadi musibah di bagian negeri ini seperti banjir, gempa bumi, kecelakaan dan musibah lainnya. Semangat kebersamaan untuk saling membantu sangat luar biasa. Mudah sekali berbagai lembaga menghimpun dana bantuan dari seluruh kalangan masyarakat,” katanya.
Namun sikap mental dan konsistensi memang sangat manusiawi, terkadang semangat peduli dan berbagai, semangat gotong royong mengalami pasang-surut, dengan segala problematika yang menyertainya. ”Melalui momentum Ramadan yang kita jalani ini menjadi kesempatan emas kita menyegarkan kembali, mengisi kembali energi kedisiplinan dan konsistensi kita untuk peduli dan berbagai, menjaga mental gotong royong tetap menyala dalam hati,” ujarnya.
Pada bulan Ramadan ini juga bisa disaksikan dan dirasakan berbagai aktivitas sosial seperti pembagian takjil atau makanan berbuka puasa, santunan anak yatim dan kalangan kurang mampu, pasar murah dan lainnya. ”Mosaik indah, warna warni aktivitas sosial sepanjang Ramadan hendaknya menjaga sikap mental kita untuk terus berbagi dan peduli, menjaga diri tangan di atas untuk terus memberi,” ucapnya.
Said Abdullah yakin meski Ramadan berlalu, energi untuk terus peduli dan berbagi tetap terjaga dengan baik. Apalagi banyak ritus ritus keagamaan dan budaya masyarakat Indonesia yang selalu mengingatkan untuk tidak berpaling dari semangat peduli dan berbagi.
”Ramadan meninggalkan berbagai kesan pada setiap orang. Bahkan Ramadan juga memberi kesan bagi warga nonmuslim, mereka ikut berjualan dan membeli takjil. Ikut meramaikan ngabuburit sebagai tradisi khas Islam Nusantara,” paparnya.
Said Abdullah menambahkan, saat Hari Raya Idulfitri seluruh masyarakat saling bermaaf-maafan dan berbagi makanan. Sedangkan, pada Idul Adha berbagi daging hewan kurban.
”Setiap Ramadhan kita kembali di ingatkan, alarm zakat fitrah menyala sebagai tanda, bahwa dunia dan seisinya adalah sarana kita berbagi dan peduli. Idulfitri menggugurkan seluruh keangkuhan diri, untuk saling bersimpuh, saling maaf memaafkan,” ucapnya.
“Di ujung Ramadan, umat Muslim yang mampu diwajibkan untuk berzakat fitrah. Hal itu menegaskan Islam bukan semata urusan transendensi. Zakat Fitrah adalah pesan atas pentingnya bagi semua muslim menjaga kesalehan sosial, sebagai satu tarikan nafas dengan kesalehan ritual,” ujarnya, Minggu (7/4/2024).
Menurut Said Abdullah, di Indonesia semangat berbagi sudah mentradisi, terutama di desa desa. Saling berbagi bahan makanan dan makanan bukanlah sesuatu yang istimewa, hal itu menjadi praktik hidup sehari hari masyarakat Indonesia. Bahkan saling menukarkan tenaga, dengan bergotong royong membangun rumah tetangga, dan fasilitas umum dengan mudah dijumpai di desa-desa. ”Modal sosial ini perlu terus kita rawat, kita wariskan tradisi baik ini kepada anak cucu kita,” katanya.
Penelitian Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index, pada 2022 mencatatkan masyarakat Indonesia kembali dinilai paling dermawan sedunia. Posisi tertinggi itu, merupakan kali ketiga disandang masyarakat Indonesia. Semangat kepedulian dan tolong menolong masyarakat Indonesia mengalahkan Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru dan Kenya.
”Sangat luar biasa. Mudah sekali melacak tingginya semangat kepedulian masyarakat Indonesia. Cobalah simak bila terjadi musibah di bagian negeri ini seperti banjir, gempa bumi, kecelakaan dan musibah lainnya. Semangat kebersamaan untuk saling membantu sangat luar biasa. Mudah sekali berbagai lembaga menghimpun dana bantuan dari seluruh kalangan masyarakat,” katanya.
Namun sikap mental dan konsistensi memang sangat manusiawi, terkadang semangat peduli dan berbagai, semangat gotong royong mengalami pasang-surut, dengan segala problematika yang menyertainya. ”Melalui momentum Ramadan yang kita jalani ini menjadi kesempatan emas kita menyegarkan kembali, mengisi kembali energi kedisiplinan dan konsistensi kita untuk peduli dan berbagai, menjaga mental gotong royong tetap menyala dalam hati,” ujarnya.
Pada bulan Ramadan ini juga bisa disaksikan dan dirasakan berbagai aktivitas sosial seperti pembagian takjil atau makanan berbuka puasa, santunan anak yatim dan kalangan kurang mampu, pasar murah dan lainnya. ”Mosaik indah, warna warni aktivitas sosial sepanjang Ramadan hendaknya menjaga sikap mental kita untuk terus berbagi dan peduli, menjaga diri tangan di atas untuk terus memberi,” ucapnya.
Said Abdullah yakin meski Ramadan berlalu, energi untuk terus peduli dan berbagi tetap terjaga dengan baik. Apalagi banyak ritus ritus keagamaan dan budaya masyarakat Indonesia yang selalu mengingatkan untuk tidak berpaling dari semangat peduli dan berbagi.
”Ramadan meninggalkan berbagai kesan pada setiap orang. Bahkan Ramadan juga memberi kesan bagi warga nonmuslim, mereka ikut berjualan dan membeli takjil. Ikut meramaikan ngabuburit sebagai tradisi khas Islam Nusantara,” paparnya.
Said Abdullah menambahkan, saat Hari Raya Idulfitri seluruh masyarakat saling bermaaf-maafan dan berbagi makanan. Sedangkan, pada Idul Adha berbagi daging hewan kurban.
”Setiap Ramadhan kita kembali di ingatkan, alarm zakat fitrah menyala sebagai tanda, bahwa dunia dan seisinya adalah sarana kita berbagi dan peduli. Idulfitri menggugurkan seluruh keangkuhan diri, untuk saling bersimpuh, saling maaf memaafkan,” ucapnya.
(cip)