Hijrah, Perspektif Sosiologi Ekonomi

Kamis, 16 Juli 2020 - 11:45 WIB
loading...
A A A
Gambaran konservatisme-fundamentalisme Islam yang bersenyawa atau menyatu dalam tubuh kapitalisme modern ini setidaknya terdapat dalam beberapa kegiatan ekonomi dan bisnis dalam banyak dimensi. Dalam konteks menjawab kebutuhan generasi milenial urban terhadap film misalnya, kita dapat mengkomparasikan film Catatan Si Boy dengan film Ayat-ayat Cinta.

Jika dulu pada masa Orde Baru, konstruksi identitas milenial urban itu muncul dalam figur Si Boy yang merepresentasikan pemuda ganteng, kaya dan memiliki banyak pacar, maka konstruksi tersebut kini hadir dalam figur Fahri, tokoh dalam Ayat-ayat Cinta, yang menanggapi apapun dalam tolak ukur iman.

Dalam konteks ini, kapitalisme modern seolah tidak ingin ketinggalan dengan tren yang berkembang di kalangan muslim milenial urban yang menggemari film-film bergenre syariah. Produksi film yang mengandung narasi-narasi syariah-pun dalam perkembangannya mengalami peningkatan dan memiliki pangsa pasar tersendiri di kalangan milenial muslim perkotaan.

Kelihaian kapitalisme dalam memproduksi aneka barang dan jasa yang dibutuhkan pasar muslim Indonesia khususnya kawasan perkotaan, semakin meneguhkan konstruksi identitas baru muslim milenial urban Indonesia. Beberapa pelaku usaha yang bergerak di sektor fashion muslim turut menikmati keuntungan dari meningkatnya ceruk pasar tersebut baik di sektor hulu maupun hilir.

Tidak hanya dalam sektor barang dan jasa, sebagian besar pelaku hijrah juga sering memproduksi konten-konten dakwah Islami seperti ceramah singkat para ustadz, ringkasan hadist-hadist tematik, kalimat-kalimat nasihat dan pesan-pesan moral lainnya. Mereka sering membagikan konten-konten islami dari berbagai ustadz melalui kanal media sosial seperti instagram, facebook, twitter, youtube, dan lain sebagainya. Grup-grup whatssap juga sering menjadi media distribusi konten sehingga pesan-pesan moral tersebut dengan cepat dapat diterima secara luas oleh masyarakat.

Di kalangan generasi muslim milenial perkotaan, para pelaku hijrah juga sering membagikan konten berupa kata-kata motivasi seperti motivasi untuk menjauhkan diri dari pacaran, seruan nikah muda, dan lain-lain. Tren yang paling jamak dilakukan, khususnya bagi para perempuan yang sedang memulai hijrah-nya adalah dengan menghapus foto-foto selfie yang menampakkan wajah mereka di media sosial.

Jika ingin mengunggah foto selfie, mereka akan menutupi wajah mereka dengan tangan atau meletakkan emoticon sedemikian rupa sehingga wajahnya tidak terekspos dengan sempurna. Hal ini dilakukan karena mereka meyakini bahwa wajah adalah aurat yang harus ditutupi, bukan diumbar dan menjadi konsumsi warganet.

Preferensi Generasi Milenial Muslim Perkotaan Terhadap Literasi Konten Dakwah Islam

Dari hasil kajian ditemukan fakta bahwa meskipun terhimpun dalam suatu komunitas yang sama, tetapi pelaku hijrah tidak merepresentasikan background (latar belakang sosial keagamaan) yang sama. Komunitas hijrah dalam prakteknya merefleksikan suatu komunitas cair karena tidak terikat pada kesamaan latar belakang (ideologi/organisasi sosial keagamaan).

Heterogenitas ini tampak pada basis organisasi sosial keagamaan generasi milenial muslim urban yang diikuti seperti NU, Muhammadiyah, Al-Irsyad, dan lain sebagainya.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3139 seconds (0.1#10.140)