Jangan sampai Besar Pasak daripada Tiang
Sabtu, 11 Maret 2023 - 11:48 WIB
Di tataran teknis, kartu kredit menggunakan kartu untuk melakukan transaksi, sedangkanpay latercukup dengan melakukan pemindaian QRcodesaja.
Beragam kemudahan ini tentu perlu diimbangi kesiapan masyarakat agar terhindar dari risiko yang akan terjadi. Bayangkan saja, seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa sedikitnya dua dari lima pelanggan di Inggris melakukan peminjaman untuk melunasi tagihanpay later.
Model ini tak ubahnya seperti gali lubang tutup lubang. Maka, fenomena ini perlu kita waspadai bersama agar tidak terjadi di Indonesia. Apalagi, bila peminjaman tersebut akan dilakukan di pinjaman ilegal.
Risiko gali lubang tutup lubang dan gagal bayar mungkin saja terjadi akibat pengeluaran lebih besar daripada penghasilan. Apalagi, apabila ‘utang’ tersebut hanya untuk memenuhi gaya hidup dan tak sanggup membayarnya.
Harus diperhatikan bahwa metode pembayaranpay lateradalah salah satu cara pembayaran, bukan sebagai ‘uang tambahan’. Hal ini yang perlu menjadi fokus bersama agar metode pembayaran yang ada menjadi tepat sasaran dan dapat digunakan secara bijak.
Sosialisasi dan edukasi tentu menjadi satu hal yang harus terus menerus dilakukan baik oleh otoritas, swasta, serta masyarakat itu sendiri. Tidak cukup hanya sosialisasi mengenai pentingnya mengatur keuangan, namun juga pentingnya menjaga privasi data agar terhindar dari kejahatan sepertiscam,phising, dan lainnya.
Dalam jangka pendek, sosialisasi yang masif dan terus menerus dapat dilakukan oleh berbagai pihak, misalnya melalui media sosial. Hal ini dimungkinkan terjadi mengingat konten media sosial adalah konten yang paling banyak dibuka oleh masyarakat. Dalam jangka panjang, sosialisasi sejak dini dapat dilakukan dengan memasukkan masalah inklusi keuangan pada materi pelajaran di sekolah.
Lantas, sudah siapkan kita masuk ke era digital? Jika dilihat secara inovasi, adanya berbagai sistem pembayaran ini merupakan hal yang sangat baik dalam mencapai inklusi keuangan ke seluruh masyarakat Indonesia. Dari situ diharapkan akan menjadi dasar untuk melakukan peminjaman, investasi, dan asuransi yang ketiganya membutuhkan metode pembayaran untuk mengimplementasikannya.
Nah, pekerjaan rumah kita berikutnya adalah perlunya saling mengingatkan agar tetap bijak dalam menggunakan inovasi metode pembayaran yang ada. Jangan sampai kita terjerumus seperti pada istilah ‘besar pasak daripada tiang’.
*Tulisan ini adalah pandangan pribadi dan tidak mewakili lembaga tempat bekerja
Beragam kemudahan ini tentu perlu diimbangi kesiapan masyarakat agar terhindar dari risiko yang akan terjadi. Bayangkan saja, seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa sedikitnya dua dari lima pelanggan di Inggris melakukan peminjaman untuk melunasi tagihanpay later.
Model ini tak ubahnya seperti gali lubang tutup lubang. Maka, fenomena ini perlu kita waspadai bersama agar tidak terjadi di Indonesia. Apalagi, bila peminjaman tersebut akan dilakukan di pinjaman ilegal.
Risiko gali lubang tutup lubang dan gagal bayar mungkin saja terjadi akibat pengeluaran lebih besar daripada penghasilan. Apalagi, apabila ‘utang’ tersebut hanya untuk memenuhi gaya hidup dan tak sanggup membayarnya.
Harus diperhatikan bahwa metode pembayaranpay lateradalah salah satu cara pembayaran, bukan sebagai ‘uang tambahan’. Hal ini yang perlu menjadi fokus bersama agar metode pembayaran yang ada menjadi tepat sasaran dan dapat digunakan secara bijak.
Sosialisasi dan edukasi tentu menjadi satu hal yang harus terus menerus dilakukan baik oleh otoritas, swasta, serta masyarakat itu sendiri. Tidak cukup hanya sosialisasi mengenai pentingnya mengatur keuangan, namun juga pentingnya menjaga privasi data agar terhindar dari kejahatan sepertiscam,phising, dan lainnya.
Dalam jangka pendek, sosialisasi yang masif dan terus menerus dapat dilakukan oleh berbagai pihak, misalnya melalui media sosial. Hal ini dimungkinkan terjadi mengingat konten media sosial adalah konten yang paling banyak dibuka oleh masyarakat. Dalam jangka panjang, sosialisasi sejak dini dapat dilakukan dengan memasukkan masalah inklusi keuangan pada materi pelajaran di sekolah.
Lantas, sudah siapkan kita masuk ke era digital? Jika dilihat secara inovasi, adanya berbagai sistem pembayaran ini merupakan hal yang sangat baik dalam mencapai inklusi keuangan ke seluruh masyarakat Indonesia. Dari situ diharapkan akan menjadi dasar untuk melakukan peminjaman, investasi, dan asuransi yang ketiganya membutuhkan metode pembayaran untuk mengimplementasikannya.
Nah, pekerjaan rumah kita berikutnya adalah perlunya saling mengingatkan agar tetap bijak dalam menggunakan inovasi metode pembayaran yang ada. Jangan sampai kita terjerumus seperti pada istilah ‘besar pasak daripada tiang’.
*Tulisan ini adalah pandangan pribadi dan tidak mewakili lembaga tempat bekerja
Lihat Juga :
tulis komentar anda