Pengguna Internet Makin Banyak, Bisnis Hoaks Kian Subur  

Sabtu, 21 Agustus 2021 - 08:27 WIB
loading...
A A A
Selain itu taraf ketersediaan akses informasi yang tepat bagi seluruh kalangan, akses informasi yang berimbang, utuh, dan tidak sepotong-potong (bukanclickbait), serta konten informasi yang mudah dicerna oleh masyarakat harus terus ditingkatkan.

Dia menyayangkan maraknya hoaks yang disinyalir dijadikan sebagai ajang bisnis untuk kepentingan tertentu. Meski memang memiliki manfaat ekonomi yang signifikan, menyebarkan hoaks bukanlah cara yang dapat dibenarkan. Terlebih di tengah kondisi pandemi. Penyebaran hoaks bahkan berujung pada hilangnya nyawa karena percaya atas info sesat-menyesatkan itu.

“Kami menyayangkan fenomena di mana hoaks menjadi bisnis yang menggiurkan. Viralnya suatu konten memang memiliki manfaat ekonomi yang cukup signifikan. Namun bukan berarti kondisi tersebut dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak tepat, termasuk menyebarkan hoaks. Kami meminta oknum-oknum penyebar hoaks untuk segera berhenti dan mengalihkan energi serta sumber daya yang dimiliki untuk membantu penanganan Covid-19,” tegasnya.



Dedy juga mengingatkan publik, termasuk pejabat pemerintah, agar bijak dalam memberikan pernyataan, misalnya di media sosial. Menurutnya, penanganan hoaks dan disinformasi adalah kerja bersama lintasstakeholder. Penanganan yang diberikan tidak akan berbeda, baik kepada masyarakat, tokoh publik maupun pejabat bilamana ada pernyataan yang menjurus hoaks atau tak benar.

Direktur Media Kernels Indonesia Ismail Fahmi mengungkapkan, para pelaku bisnis berita bohong (hoaks) merupakan orang-orang yang mampu melihat peluang dari signifikansi internet dan media sosial walaupun peluang tersebut berarti perbuatan kriminal.

Kelompok penebar berita hoaks terbagi menjadi dua, yakni tim produksi dan distribusi. Tim produksi bertugas untuk mencari bahan yang nantinya akan diolah menjadi berita hoaks. Kemudian produk berita bohong tersebut ‎disebarkan melalui tim distribusi.

"Kalau mereka melakukan kedua hal itu, artinya ada maksud tertentu atau order tertentu sehingga tinggal dilacak siapa yang punya ide membuat berita hoaks ini dan pemodalnya," katanya saat dihubungiKORAN SINDOkemarin.

Adapun untuk proses distribusi konten hoaks dan ujaran kebencian, hal itu tidak dilakukan oleh tim. Biasanya mereka menyasar daerah tertentu. Contohnya ketika dilakukan survei, kawasan A tidak menyenangi tokoh politik tertentu, hal ini menjadi modal awal tim kelompok ujaran kebencian melancarkan serangannya.

Nantinya konten hasil produksi akan didistribusikan dengan menyasar pengguna media sosial di wilayah yang telah ditentukan. ’’Dari situ konten dengan mudah menyebar melalui orang per orang sehingga tujuan akhirnya tercapai, yakni meyerang tokoh atau isu yang dimaksud,’’ tuturnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1311 seconds (0.1#10.140)