New Normal dan Ayah yang Membisu
loading...
A
A
A
Pada tahap ini, Julianto menambahkan, banyak emosi yang muncul. Mereka tidak mengerti harus melakukan apa dan pada akhirnya kekerasan menjadi hal yang “diagungkan”.
Anak-anak praremaja yang tidak akrab dengan ayahnya akan sulit membangun pertemanan yang sehat. Dia akan merasa kesepian, hingga akhirnya dia mau berteman dengan siapa saja. Tanpa ada seleksi. Akibatnya ia bisa terserat dalam pergaulan yang buruk. Mereka cenderung akan mencari pengakuan bagi dirinya.
Bangun Komunikasi Kembali
Charles H Cooley mengklasifikasikan komunikasi dengan ayah menjadi bagian komunikasi kelompok primer. Artinya memiliki kerja sama dan hubungan secara tatap muka yang sangat dekat.
Begitu utamanya komunikasi ini, sehingga bila ada yang “hilang” atau tidak terjalin dengan baik, akan sangat terasa pengaruhnya.
Pertanyaan berikutnya, kalau sudah terjadi apa yang bisa dilakukan seorang ayah? Keberadaan ayah selama WHF bisa menjadi jawaban. Selama masa pandemik dan banyak berdiam diri di rumah, ayah bisa memperbaiki komunikasi yang selama ini dirasa kurang baik. Sehingga saat kehidupan new normal mulai dijalankan, tidak ada lagi “tembok” yang menghalangi.
Julianto yang juga seorang terapis keluarga, menyarankan ayah untuk melakukan hal-hal berikut: Pertama, meminta maaf pada anak-anak karena sudah mengabaikan mereka saat kecil. Kedua, memberi waktu dan perhatian lebih banyak. Jika ini tidak dilakukan, anak akan mempercayai ayahnya benar-benar menyadari kesalahannya.
Ketiga, tunjukkan kualitas hubungan yang baik dengan ibu, agar anak-anak merasa nyaman berada di rumah. Keempat, cintai anak-anak dan beri kesempatan kedua bila ada salah.
Kehidupan new normal bagi seorang ayah, tidak hanya mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah secara ketat, tapi juga membangun komunikasi yang lebih baik dengan anak-anak.
Bagi mereka, kehadiran orang tua menjadi sosok yang dijadikan panutan, pelindung bahkan tempat mencurahkan segala macam masalah.
Anak-anak praremaja yang tidak akrab dengan ayahnya akan sulit membangun pertemanan yang sehat. Dia akan merasa kesepian, hingga akhirnya dia mau berteman dengan siapa saja. Tanpa ada seleksi. Akibatnya ia bisa terserat dalam pergaulan yang buruk. Mereka cenderung akan mencari pengakuan bagi dirinya.
Bangun Komunikasi Kembali
Charles H Cooley mengklasifikasikan komunikasi dengan ayah menjadi bagian komunikasi kelompok primer. Artinya memiliki kerja sama dan hubungan secara tatap muka yang sangat dekat.
Begitu utamanya komunikasi ini, sehingga bila ada yang “hilang” atau tidak terjalin dengan baik, akan sangat terasa pengaruhnya.
Pertanyaan berikutnya, kalau sudah terjadi apa yang bisa dilakukan seorang ayah? Keberadaan ayah selama WHF bisa menjadi jawaban. Selama masa pandemik dan banyak berdiam diri di rumah, ayah bisa memperbaiki komunikasi yang selama ini dirasa kurang baik. Sehingga saat kehidupan new normal mulai dijalankan, tidak ada lagi “tembok” yang menghalangi.
Julianto yang juga seorang terapis keluarga, menyarankan ayah untuk melakukan hal-hal berikut: Pertama, meminta maaf pada anak-anak karena sudah mengabaikan mereka saat kecil. Kedua, memberi waktu dan perhatian lebih banyak. Jika ini tidak dilakukan, anak akan mempercayai ayahnya benar-benar menyadari kesalahannya.
Ketiga, tunjukkan kualitas hubungan yang baik dengan ibu, agar anak-anak merasa nyaman berada di rumah. Keempat, cintai anak-anak dan beri kesempatan kedua bila ada salah.
Kehidupan new normal bagi seorang ayah, tidak hanya mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah secara ketat, tapi juga membangun komunikasi yang lebih baik dengan anak-anak.
Bagi mereka, kehadiran orang tua menjadi sosok yang dijadikan panutan, pelindung bahkan tempat mencurahkan segala macam masalah.