Melindungi Minat Baca Anak
loading...
A
A
A
Pada proses inilah peran perpustakaan sangat dinantikan. Meski orang tua memiliki peran penting, tetapi kesadaran dan dukungan orang tua masih rendah. Jarang orang tua yang menjadikan buku sebagai hadiah untuk anak-anaknya. Apalagi orang tua yang memiliki waktu untuk membacakan buku kepada anak-anak tentu jumlahnya semakin sedikit.
Saat ini jumlah perpustakaan di Indonesia merupakan yang terbanyak kedua di dunia. Pada tahun 2018, di Indonesia terdapat 154.358 perpustakaan yang terdiri perpustakaan umum dan sekolah. Setiap tahun Perpusnas juga membangun 500 perpustakaan desa. Meski jumlahnya banyak, kualitas perpustakaan masih belum memenuhi standar nasional perpustakaan. (perpusnas.go.id.)
Meski demikian, keterbatasan itu tidak menjadi alasan bagi perpustakaan untuk memberikan layanan terbaiknya bagi upaya menumbuhkembangkan minat baca anak-anak. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam menciptakan perpustakaan ramah anak yaitu:Pertama, penataan ruang yang nyaman. Ruang baca didesain agar berfungsi sebagai sumber informasi, edukasi dan rekreasi. Konsep belajar sambil bermain menjadi pertimbangan utama dalam merancang ruang. Ruang baca dirancang agar anak nyaman beraktifitas seperti membaca buku dan bermain permainan edukatif. Selain itu, dinding ruang dapat dicat dengan warna kontras atau gambar imajinatif. Kombinasi warna dinding mencerminkan suasana ceria sehingga anak-anak tertarik untuk membaca di perpustakaan.
Kedua, penyusunan koleksi buku anak dapat dilakukan sesuai dengan perjenjangan. Buku anak dapat disusun berdasarkan target pembaca, seperti batita (1-3 tahun), balita (3-5 tahun ke atas), pembaca awal (6-7 tahun), dan pembaca lanjut (8-9 tahun). Penyusunan koleksi berdasarkan jenjang dapat memudahkan pengunjung untuk mencari buku-buku anak yang sesuai dengan kebutuhannya. Ketiga, mengadakan kegiatan yang melibatkan anak-anak. Membaca buku bukan sekadar membaca, anak-anak dapat dilatih untuk mengungkapkan isi bacaan. Kegiatan lomba bertutur untuk anak-anak usia SD/MI yang digagas Perpusnas merupakan salah satu cara agar minat baca anak terus berkembang. Kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan minat baca yaitu menggambar, bercerita, bermain permainan edukatif, atau menulis untuk anak-anak.
Keempat, layanan yang ramah anak. Petugas perpustakaan memiliki peran penting dalam menumbuhkembangkan minat baca. Layanan yang ramah, cepat, dan baik akan membuat anak-anak ingin berkunjung kembali ke perpustakaan. Sebaliknya, layanan yang kurang baik dapat membuat anak tidak betah di perpustakaan, apalagi untuk berkunjung lagi. Layanan yang baik tentu akan berdampak pada tumbuh kembangnya minat baca anak. Kelima, digitalisasi perpustakaan dalam bentuk e-library atau cyber library. Pengelolaan perpustakaan dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk memberikan layanan. Layanan perpustakaan dapat dilakukan menggunakan jaringan internet. Pengunjung tidak harus datang ke perpustakaan untuk meminjam buku. Mereka dapat mengakses bahan bacaan dari mana saja.
Digitalisasi perpustakaan juga dilakukan dengan menyediakan bahan bacaan digital. Saat ini, bahan bacaan bukan hanya berbentuk buku cetak, tetapi tersedia dalam buku elektronik (e-book) atau buku digital. Anak-anak dapat mengakses buku digital yang dilengkapi dengan animasi dan suara sehingga mereka tertarik untuk membacanya.
Tentunya untuk mewujudkan perpustakaan digital memerlukan sarana dan prasarana yang memadai. Begitu juga untuk menciptakan perpustakaan yang ramah anak. Namun, keterbatasan sarana dan prasarana perpustakaan tidak menjadi alasan untuk berdiam diri dalam meningkatkan minat baca anak.
Saat ini jumlah perpustakaan di Indonesia merupakan yang terbanyak kedua di dunia. Pada tahun 2018, di Indonesia terdapat 154.358 perpustakaan yang terdiri perpustakaan umum dan sekolah. Setiap tahun Perpusnas juga membangun 500 perpustakaan desa. Meski jumlahnya banyak, kualitas perpustakaan masih belum memenuhi standar nasional perpustakaan. (perpusnas.go.id.)
Meski demikian, keterbatasan itu tidak menjadi alasan bagi perpustakaan untuk memberikan layanan terbaiknya bagi upaya menumbuhkembangkan minat baca anak-anak. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam menciptakan perpustakaan ramah anak yaitu:Pertama, penataan ruang yang nyaman. Ruang baca didesain agar berfungsi sebagai sumber informasi, edukasi dan rekreasi. Konsep belajar sambil bermain menjadi pertimbangan utama dalam merancang ruang. Ruang baca dirancang agar anak nyaman beraktifitas seperti membaca buku dan bermain permainan edukatif. Selain itu, dinding ruang dapat dicat dengan warna kontras atau gambar imajinatif. Kombinasi warna dinding mencerminkan suasana ceria sehingga anak-anak tertarik untuk membaca di perpustakaan.
Kedua, penyusunan koleksi buku anak dapat dilakukan sesuai dengan perjenjangan. Buku anak dapat disusun berdasarkan target pembaca, seperti batita (1-3 tahun), balita (3-5 tahun ke atas), pembaca awal (6-7 tahun), dan pembaca lanjut (8-9 tahun). Penyusunan koleksi berdasarkan jenjang dapat memudahkan pengunjung untuk mencari buku-buku anak yang sesuai dengan kebutuhannya. Ketiga, mengadakan kegiatan yang melibatkan anak-anak. Membaca buku bukan sekadar membaca, anak-anak dapat dilatih untuk mengungkapkan isi bacaan. Kegiatan lomba bertutur untuk anak-anak usia SD/MI yang digagas Perpusnas merupakan salah satu cara agar minat baca anak terus berkembang. Kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan minat baca yaitu menggambar, bercerita, bermain permainan edukatif, atau menulis untuk anak-anak.
Keempat, layanan yang ramah anak. Petugas perpustakaan memiliki peran penting dalam menumbuhkembangkan minat baca. Layanan yang ramah, cepat, dan baik akan membuat anak-anak ingin berkunjung kembali ke perpustakaan. Sebaliknya, layanan yang kurang baik dapat membuat anak tidak betah di perpustakaan, apalagi untuk berkunjung lagi. Layanan yang baik tentu akan berdampak pada tumbuh kembangnya minat baca anak. Kelima, digitalisasi perpustakaan dalam bentuk e-library atau cyber library. Pengelolaan perpustakaan dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk memberikan layanan. Layanan perpustakaan dapat dilakukan menggunakan jaringan internet. Pengunjung tidak harus datang ke perpustakaan untuk meminjam buku. Mereka dapat mengakses bahan bacaan dari mana saja.
Digitalisasi perpustakaan juga dilakukan dengan menyediakan bahan bacaan digital. Saat ini, bahan bacaan bukan hanya berbentuk buku cetak, tetapi tersedia dalam buku elektronik (e-book) atau buku digital. Anak-anak dapat mengakses buku digital yang dilengkapi dengan animasi dan suara sehingga mereka tertarik untuk membacanya.
Tentunya untuk mewujudkan perpustakaan digital memerlukan sarana dan prasarana yang memadai. Begitu juga untuk menciptakan perpustakaan yang ramah anak. Namun, keterbatasan sarana dan prasarana perpustakaan tidak menjadi alasan untuk berdiam diri dalam meningkatkan minat baca anak.
(war)