Akankah Benyamin Netanyahu Ditetapkan Penjahat Perang di Palestina?

Senin, 24 Mei 2021 - 16:10 WIB
loading...
A A A
Pada 1897, Bangsa Yahudi ingin kembali ke wilayah Palestina dengan alasan tanah tersebut telah dijanjikan oleh Tuhan mereka. Bahwa penduduk asli Palestina dulunya adalah bangsa Falistin yang berasal dari wilayah dekat Yunani dan telah mendiami wilayah itu selama ribuan tahun.

Pendudukan Yahudi di Palestina dan berakhir dengan berdirinya negara Isreal merdeka, sebenarnya berawal dari berdirinya organisasi Zionis Dunia (World Zionist Organization) pada 1897. Organisasi ini mengagendakan yang utama adalah pendirian Negara bagi bangsa Yahudi di tanah Palestina.

Kemudian Yahudi Israel juga telah mendapatkan dukungan dari Inggris seperti terlihat dalam Deklarasi Balfour yang dikeluarkan pada 2 November 1917 yang intinya Inggris menyetujui tanah Palestina sebagai national home wilayah Bangsa Yahudi. Padahal di sana sudah ada orang Arab-Palestina

Perjanjian Inggris dalam wujud deklarasinya merupakan modal penting bagi Yahudi untuk mewujudkan satu negara merdeka di tanah Palestina. Yahudi dengan deklarasi Balfour menyemangati Yahudi di seluruh dunia, terutama di Eropa Timur untuk menyokong upaya mewujudkan bagi Yahudi di Palestina memiliki negara merdeka, yang diberi nama kemudian dengan negara Israel.

Sebagian ahli menyebutkan dalih bahwa orang Yahudi mempunyai hubungan sejarah lama dengan istilah yang digunakan historic right atau historic title, tidaklah ada asas dalam perundang-undangan dan tidak pula dasar hukum yang nyata. Catatan menyebutkan bahwa undang-undang antarbangsa tidak membenarkan yang demikian dan juga mengaitkan dengan sejarah lama (historic title atau historic right) tidak benar. Kedua istilah ini lebih untuk mendapatkan hak kawasan (territory) satu negara yang berkaitan dengan perairan (maritime).

Jelaslah bahwa berdasarkan undang-undang antar bangsa tidak membolehkan membangun satu negara atas dasar karena mempunyai ikatan dengan sejarah semata. Orang Yahudi yang membangun negara Israel di Palestina jelas tidak memiliki dasar hukum dan dasar argumen. Karena itu, Yahudi setelah mewujudkan Israel segera melakukan perampasan, menduduki dan menghalau penduduk Palestina yang Muslim dari tanah negeri mereka.

Israel membunuh dengan membabi buta penduduk Palestina Muslim yang tidak bersalah, sebagaimana yang terjadi dalam peristiwa Deir Yasin pada 1948 hingga saat ini. Tentara atau Irgun Yahudi-Israel telah membunuh dan menyiksa laki dan perempuan dewasa, remaja, anak-anak bahkan bayi untuk menimbul kesan kekejaman dan keganasan mereka. Tujuannya agar Muslim Palestina timbul rasa takut, terteror, dan meninggalkan tanah kelahiran mereka sehingga melapangkan jalan bagi pendudukan Yahudi-Israel di Tanah Palestina, Yerusalem khususnya.

Minimnya dukungan Liga Arab menyebabkan Israel kian ‘kuat’. Minimnya dukungan dari Liga Arab dikarenakan adanya kepentingan masing-masing sehingga membuat negara-negara Arab terpecah. Misalnya Mesir yang terobsesi Golan dan Sinai tetap miliknya. Yordania menghendaki West Bank miliknya.

Sementara Jalur Gaza dibiarkan terus diacupasi Israel dan terus berkonflik dengan Palestina. Tidak bersatunya negara Arab menyulitkan penyelesaian konflik. Selain kepentingan, Liga Arab sudah banyak menghadapi konflik internal yang terjadi di setiap anggotanya. Misalnya, Arab Saudi dengan Yaman dan Suriah yang menyelesaikan perang saudara berkepanjangan. Sementara itu, Uni Emirat Arab dan Bahrain secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Israel belum lama ini.

Penyebab Konflik yang Memanas Kembali
Konflik bermula dari upaya Israel menggusur paksa warga Palestina yang bermukim di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur. Warga pun membalas dengan upaya unjuk rasa. Polisi Israel membalas kembali dengan blokade serta ancaman pengusiran kepada siapapun yang terlibat unjuk rasa tersebut.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1325 seconds (0.1#10.140)