Vaksin Jadi Harapan Utama Memutus Rantai Covid-19

Rabu, 11 November 2020 - 08:24 WIB
loading...
Vaksin Jadi Harapan Utama Memutus Rantai Covid-19
Diperlukan langkah frontal untuk memutus rantai penularan wabah corona. Foto: dok/Reuters
A A A
JAKARTA - Penyebaran wabah corona (Covid-19) saat ini masih terus berlangsung. Di Indonesia penambahan kasus positif mencapai 4.000-an kasus per hari. Di dunia saat ini pasien positif Covid-19 mencapai lebih dari 50 juta kasus. Langkah vaksinasi dinilai sebagai jalan utama untuk memutus rantai penularan.



Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Universitas Padjadjaran Kusnandi Rusmil menegaskan bahwa Covid-19 adalah penyakit menular yang mematikan. Angka positif yang terus naik, jumlah pasien meninggal yang terus bertambah hingga proses kesembuhan yang lama menjadi bukti bahwa harus ada langkah frontal untuk memutus rantai penularan wabah dari China ini.

Vaksin Jadi Harapan Utama Memutus Rantai Covid-19


“Kita sebagai tenaga kesehatan harus mencari obatnya, harus mencari vaksinnya. Nah, kalau sudah ketemu vaksinnya, kita tentu menganjurkan untuk digunakan kepada masyarakat. Hal itu agar masyarakat kita itu terlindung dari penyakit ini sehingga mereka dapat bekerja dengan baik sehingga dapat menghasilkan untuk keluarganya dan menghasilkan untuk negara dan bangsa tentunya,” ujarnya dalam dialog khusus KCP PEN secara virtual kemarin. (Baca: Subhahanallah! Shalat Tepat Waktu Berpengaruh Pada Kesuksesan)

Dia mengatakan harus ada sosialisasi secara masif kepada masyarakat mengenai bahaya Covid-19 dan arti penting dari vaksinasi. Menurutnya masyarakat harus paham dalam kondisi darurat kesehatan seperti saat ini sehingga upaya meningkatkan imunitas tubuh melalui vaksin bisa jadi sebagai satu-satunya jalan untuk bisa hidup normal. Banyak penyakit di Indonesia terutama pneumonia di Indonesia yang berhasil dicegah dengan vaksin.

“Indonesia itu banyak TBC terutama dan itu bisa dicegah dengan vaksin. Banyak pneumonia bisa dicegah. Kemudian diare bahwa itu juga penyebab kematian di Indonesia. Itu kebanyakan anak-anak (yang terkena) oleh karena pneumonia dan diare dan itu hanya bisa dicegah dengan imunisasi sehingga kita harus peduli betul dengan imunisasi,” kata Kusnandi.

Meskipun di Indonesia cakupan bersih dari pneumonia masih 65%, menurut Kusnandi cakupan imunisasinya juga harus ditingkatkan untuk mencegah penyakit yang hanya bisa dicegah dengan vaksin. “Nah, sekarang cangkupan di Indonesia hanya 65%, sedangkan di Amerika yang sudah bersih dari segala macam pneumonia itu 97%. Nah kita hanya 65%, itu paling kurang bagus kalau dibandingkan dengan yang lain,” katanya.

Dia mengaku bahwa perlu kerja keras untuk meningkatkan cakupan imunisasi di Indonesia. Banyak kendala yang menghalangi proses vaksinasi di tanah air mulai dari keyakinan masyarakat hingga berita hoaks. “Jadi kita harus meningkatkan bekerja berat, ya harus berjuang keras bagaimana caranya cakupan imunisasi di Indonesia itu meningkat. Karena penyakit-penyakit pada anak ada yang hanya dapat dicegah oleh imunisasi,” katanya. (Baca juga: Kemendikbud Dukung Pelaksanaan Kampus Merdeka Selama Pandemi)

Mengenai uji coba vaksin Sinovac , Kusnadi mengungkapkan tahap penyuntikan telah selesai dilakukan kepada 1.620 relawan. Saat ini proses yang dilakukan hanya tinggal menunggu hasil evaluasi serta melihat efikasi vaksin. “Uji klinis vaksin Covid-19 di Bandung ada 1.620 subjek penelitian dan semuanya itu telah disuntik, selesai. Jadi sudah nggak ada suntikannya lagi, tinggal diikuti ya,” katanya.

Dia mengungkapkan sebelum dilakukan penyuntikan vaksin, seorang relawan harus diambil darahnya. Proses ini dilakukan kembali satu bulan kemudian. Setelah disuntik vaksin, darah relawan kembali diambil tiga bulan kemudian. Pengambilan darah terakhir dilakukan setelah 6 bulan pasca-penyuntikan. “Jadi dia sebelum disuntik kan diambil darahnya, diambil darah kemudian satu bulan itu diambil darahnya lagi. Kemudian 3 bulan setelah disuntik diambil darahnya lagi. Dan 6 bulan setelah suntik diambil darahnya lagi,” kata Kusnandi.

Pengambilan darah para relawan ini dilakukan untuk mengevaluasi kadar zat antivirus dalam tubuh. Selain itu pengambilan darah dilakukan untuk mengevaluasi keamanan vaksin. “Pengambilan darah untuk mengevaluasi kadar zat anti-nya di samping untuk mengevaluasi keamanan vaksin, juga untuk melihat efikasi vaksin,” ungkap Kusnandi. (Baca juga: Lima Langkah Sederhana Agar Tubuh Tetap Sehat Selama Pandemi)

Dalam uji klinis tahap III, lanjut Kusnadi, tidak semua relawan disuntik vaksin Covid-19 . Ada sebagian dari mereka yang hanya mendapatkan plasebo. “Karena nggak semuanya itu diberi vaksin, tapi ada yang plasebo. Nanti dibandingkan antara yang dapat vaksin dengan yang dapat plasebo berapa yang dapat penyakit Covid ini,” ucapnya.

Dengan begitu efikasi vaksin juga akan terlihat hasilnya. Namun Kusnandi mengatakan bahwa proses efikasi vaksin Sinovac tidak hanya dari uji klinis di Indonesia saja tetapi juga dari uji klinis vaksin Sonovac di luar negeri. “Tapi itu tentu diambil bukan dari Bandung aja. Nanti penelitian ini tentang efikasi. Karena efikasi itu harus puluhan ribu sebetulnya. Mungkin diambil juga dari Brasil ya, yang dari India dan sebagainya untuk efikasi,” urai Kusnandi.

Pakar imunisasi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki S Hadinegoro mengatakan dalam kondisi darurat kesehatan, pembuatan vaksin bisa dipercepat. Kendati demikian ada prosedur yang tetap harus dipatuhi. “Nah di dalam hal kedaruratan kita memakai suatu teknologi darurat juga, maka keluar juga yang namanya emergency use authorization karena memang betul-betul ini kedaruratan di tengah Covid-19,” katanya dalam dialog khusus KCP PEN.

Pemberian UEA ini, lanjut Sri dilakukan setelah hasil uji klinis tahap III selesai. Langkah ini untuk memastikan jika vaksin benar-benar aman untuk digunakan. “Maka dengan label darurat karena pandemi atau yang kita sebut analisis ad interim, yaitu 7 bulan dari uji vaksinasi yang terakhir dan di situ kita bisa menilai berapa tingginya antibodi yang dihasilkan oleh vaksin itu. Kemudian setelah enam bulan kita lihat lagi, berapa dia mencegah penyakitnya,” jelasnya. (Baca juga: Tata Cara Menjadi Pemilih di Saat Pandemi)

Sri juga mengungkapkan bahwa vaksin diperlukan segera untuk menurunkan Covid-19 . Apalagi katanya saat ini gelombang pertama Covid-19 di Indonesia belum selesai. Padahal negara-negara lain seperti di Eropa sudah memasuki gelombang kedua. “Tapi karena kita butuh cepat, karena puncaknya itu, gelombang wave itu belum tercapai. Orang lain sudah menunggu gelombang kedua, kita gelombang pertama saja belum sampai puncak. Ini kita harus mencari teknologi apa supaya ini landai kembali. Nah inilah pengadaan vaksin harus segera,” jelas Sri.

Sementara itu Pemerintah kembali melaporkan jumlah kasus positif Covid-19 di Tanah Air. Tercatat kasus positif virus Corona (Covid-19) hingga 10 November 2020 bertambah 3.779 kasus sehingga akumulasi sebanyak 444.348 orang. Jumlah ini merupakan hasil tracing melalui pemeriksaan 33.063 spesimen yang dilakukan dengan metode real time polymerase chain reaction (PCR) dan tes cepat molekuler (TCM). Data penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia kini dipublikasikan oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di https://www.covid19.go.id dan laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui laman https://www.kemkes.go.id/ . (Lihat videonya: Waspada Angka Kejahatan Selama Pandemi Naik)

Selain itu dilaporkan kasus yang sembuh dari Covid-19 pada hari ini tercatat bertambah 3.475 orang sehingga total sebanyak 375.741 orang sembuh. Sementara itu jumlah yang meninggal kembali bertambah 72 orang sehingga meninggal menjadi 14.761 orang. Sementara itu sebanyak 55.560 orang menjadi terduga Covid-19. Sebelumnya kemarin total kasus positif Covid-19 di Indonesia per 9 November 2020 berjumlah 440.569 orang. Untuk kasus yang sembuh sebanyak 372.266 orang, sedangkan jumlah yang meninggal sebanyak 14.689 orang. (Binti Mufarida)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1198 seconds (0.1#10.140)