Usai Pandemi Covid-19, Dinilai Ada Sejumlah Potensi dan Tantangan UMKM

Senin, 08 Januari 2024 - 06:04 WIB
loading...
Usai Pandemi Covid-19,...
Ketua Umum Perkumpulan Bumi Alumni (PBA) Ary Zulfikar menyajikan analisis mengenai potensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di awal tahun 2024. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Ketua Umum Perkumpulan Bumi Alumni (PBA) Ary Zulfikar menyajikan analisis mengenai potensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di awal tahun 2024.

Hal itu disampaikan Ary saat menjadi pembicara di Seminar Bisnis Awal Tahun bertajuk 'Mempersiapkan Produk dan Membangun Pasar Ekspor UMKM, Kamis 4 Januari 2024.

Ia memulai presentasinya dengan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. "Pertumbuhan kita cukup menggembirakan pada tahun 2023. Di tengah ketidakpastian yang masih dirasakan oleh negara-negara Eropa dan Amerika akibat pascapandemi, Indonesia berhasil mencapai pertumbuhan sebesar lima persen," ujar pria yang akrab disapa Azoo ini, Senin (8/1/2024).

Menurut Direktur Eksekutif Hukum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) tersebut, pertumbuhan ini turut disumbangkan oleh bidang UMKM.

Meskipun sempat mengalami penurunan, lanjut Azoo, UMKM tetap bertahan dan menerima berbagai kebijakan untuk mempermudah operasional mereka selama masa pandemi.

Azoo lantas menyoroti perbandingan angka UMKM di Indonesia, yang secara statistik memiliki nilai terbesar di Asia Tenggara. "Potensi UMKM kita sangat besar, unggul di antara negara-negara sejenis seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina," ungkapnya.

Kendati demikian, ia menitikberatkan perhatian pada tantangan utama yang dihadapi pelaku UMKM, terutama terkait dengan permodalan dan pemasaran.

Dalam konteks permodalan UMKM, ia menilai informasi mengenai sumber pendanaan usaha sangat minim di kalangan pelaku UMKM. Selain itu, syarat kredit bank, yang dinilai memiliki mekanisme credit scoring kurang mengakomodasi business cycle dari UMKM, juga menjadi kendala.

Azoo menuturkan, literasi keuangan yang minim di kalangan pelaku UMKM turut mempengaruhi penilaian lembaga keuangan terhadap kelayakan kredit, seperti kurangnya perhatian pada laporan keuangan dan pencampuran keuangan pribadi dengan usaha.

"Persoalannya adalah banyak dari pelaku UMKM, terutama yang beroperasi di sektor mikro, kurang memahami bagaimana mengelola keuangan dengan baik, sehingga tidak ada data atau riwayat transaksi yang memadai," tuturnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1055 seconds (0.1#10.140)