Ramadan dan Optimalisasi Zakat, Infak, dan Sedekah

Jum'at, 15 Maret 2024 - 13:27 WIB
loading...
Ramadan dan Optimalisasi...
M. Masud Said. Foto/Istimewa
A A A
M. Mas'ud Said
Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Jawa Timur, Direktur Pascasarjana Unisma

RAMADAN adalah bulan istimewa, bulan ketika umat Islam dianjurkan untuk menebar kebaikan karena bulan puasa adalah bulan kasih sayang dan waktu terbaik untuk memperbanyak sedekah.

Secara hakikat, puasa Ramadan tak hanya soal pengendalian waktu makan dan minum, atau menghindari larangan sebagaimana dalam fikih konvesional puasa, namun pasti hubungannya dengan peningkatan batiniah; kesalehan sosial.

Dalam beberapa kitab fikih, dikenal bahwa salah satu nama yang lekat dengan bulan Ramadan adalah syahrul jud yaitu bulan memberi, selain dikenal sebagai syahrul muwassah yaitu bulan bermurah tangan dan bulan memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan. Puasa dengan kesalehan adalah puasa yang lebih baik. Kesalehan sosial sesungguhnya berlaku sepanjang tahun, kita harus lebih santun, lebih cinta kepada fuqoro dan masakin. Inilah kunci Indonesia lebih baik.

Nabi Muhammad saw. dalam masa hidup Beliau di bulan Ramadan meningkatkan amalan di bulan suci ini dengan memberi teladan untuk berbagi kepada sesama baik dalam bentuk zakat, infak, sedekah, wakaf, serta kebaikan lainnya.

Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam hal zakat, infak, sedekah (ZIS), dan juga wakaf. Menurut catatan nasional Baznas, potensi zakat di Indonesia tahun 2022 sekitar Rp327 triliun. Data Baznas juga mencatat bahwa Provinsi Jawa Timur yang memiliki sekitar 36 juta penduduk beragama Islam memiliki potensi Rp36 triliun.

Sedangkan Kota Surabaya yang memiliki potensi ekonomi tinggi memiliki potensi zakat terpendam sekitar Rp7,851 triliun. Kota Malang potensi perolehan zakatnya sekitar Rp1,1 triliun, Kabupaten Malang yang memiliki 33 kecamatan bisa menyumbang sejumlah Rp1,68 triliun. Menurut data Baznas, dari sebanyak potensi itu rata-rata per tahun tergali sekitar 10 persen. Secara kontekstual ZIS bisa sebagai tools nasional penurunan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan ekonomi antar penduduk.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pendukuk miskin di Jawa Timur tahun 2023 sejumlah 4.236.510 orang yaitu 10,49% dari 40,1 juta penduduk. Beruntung, Indonesia adalah negara paling dermawan di dunia pada 2023 sehingga pengaruh social unrest atau kerawanan sosial tidak tampak di permukaan.



Hasil penelitian CAF menunjukkan lebih dari 8 (delapan) dari 10 orang Indonesia menyumbangkan uang pada tahun ini, sementara tingkat kerelawanan di Indonesia tiga kali lipat lebih besar dari rata-rata tingkat kerelawanan dunia. Dengan puasa, maka diharapkan maka tingkat kesalehan sosial lebih ditingkatkan. Karakter sebagai manusia “loman” atau dermawan ini mempermudah menggalinya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2749 seconds (0.1#10.140)