Ramadan dan Optimalisasi Zakat, Infak, dan Sedekah

Jum'at, 15 Maret 2024 - 13:27 WIB
loading...
A A A
Ada keyakinan bahwa apabila orang orang kaya Indonesia mentasyarufkan hak-hak duafa, maka lingkungan kecil akan lebih baik keadaannya. Bila literasi atau pengetahuan tentang zakat tinggi, maka ada kesadaran. Kemiskinan akan terkurangi secara otomatis. Kesenjangan ekonomi yang menganga akan terkurangi.

Apa yang dibutuhkan dalam manajemen zakat secara nasional antara lain lima hal penting. Pertama, perlunya tata kelola ZIS yang lebih baik, SDM Baznas dan lembaga lembaga ZIS yang mumpuni. Dalam kaitan ini diperlukan pengetahuan, literasi ZIS dan digitalisasi dan ketepatan sasaran ZIS.

Selama ini secara konvensional zakat hanya untuk 8 Asnaf. Namun dalam perkembangan fikih sosial, dimungkikan zakat dipergunakan untuk biaya pendidikan atau beasiswa, menolong orang untuk keperluan kesehatan dan pengembangan ekonomi masyarakat dhuafa. ZIS juga bisa untuk pembiayaan dakwah Islamiyah.



Apabila para muzakki (pembayar zakat) se-Indonesia serempak membayar zakatnya, membayar pajaknya, meningkatkan infak dan sedekahnya, maka seribuan triliun. Secara sosial ekonomi in adalah grand tools untuk Indonesia lebih baik. Apalagi ada ketaatan zakat pertanian, peternakan, tabungan deposito, zakat badan atau perusahaan, zakat ASN, zakat penghasilan.

Dalam Al-Qur’an surat Al Hadid ayat 18 dikatakan bahwa “Sesungguhnya orang orang yang bersedekah, baik laki laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakannya kepada mereka, dan bagi mereka pahala yang mulia".

Melalui bulan puasa, Allah Swt. memberi kesempatan kita kaum muslimin untuk meningkatkan solidaritas sosial, memberikan bantuan kepada mereka yang lebih membutuhkan secara sukarela dilandasi oleh rasa kemanusiaan dengan tanpa pamrih dengan pahala yang berlipat ganda.



Ramadan dengan demikian mestinya bisa menciptakan kultur gotong royong dan keceriaan dalam berbagi. Ramadan adalah tarbiyah untuk bersedekah, sekolahan yang efektif untuk menyapa mereka yang tidak berpunya.

Apabila ekosistem sosial dan dan kultur giving, loving and caring yaitu kebiasaan memberi, mencintai dan kepedulian sosial menguat maka sesungguhnya beban bansos bisa dikurangi. Apabila stakeholders dan struktur keuangan perbankan dan industri besar jujur membayar CSR-nya, dapat dipastikan Indonesia lebih sejahtera, Indonesia lebih baik.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1946 seconds (0.1#10.140)