Kominfo Catat Ada 103.000 Konten Hoaks Pemilu 2024
loading...
A
A
A
Tahun ini penggunaan AI dalam konten pemilih untuk pertama kalinya sangat masif, sedangkan di pemilu sebelumnya bahkan AI belum digunakan sebagai alat peraga kampanye. Karena itu, atribut kampanye yang diwarnai konten AI menjadi sesuatu yang baru pada kampanye 2024.
"Meski TikTok, merupakan platform media sosial dengan fokus pada konten hiburan. Namun, pengguna TikTok memiliki antusiasme tinggi pada topik politik," jelasnya.
Public Policy and Government Relations, TikTok Indonesia Faris Mufid mengatakan TikTok telah membangun kerja sama dengan dua lembaga besar penyelenggara pemilu di Indonesia, yaitu Bawaslu dan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan peluncuran Pusat Panduan Pemilu pada aplikasi agar pengguna terinfo dengan baik terkait pilihan pada pemilu nanti.
”Sebelum memilih kita tahu nih siapa yang harus dipilih. Kalau misalkan hak pilih kita harus dipastikan dulu nih, kita pilih di mana, kalau terdaftar apa yang harus dilakukan. Hal-hal seperti ini kami juga encourage pada pengguna kami,” papar Faris.
Sebagaimana pengalaman Komika, Dian Iyoy dalam menggunakan media sosial selama masa pemilu. Pada masa pemilu, apa pun konteks konten yang diunggah, hampir dipastikan akan ada unsur politik.
Sehingga, seringkali penempatan komentar tidak tepat dan menimbulkan konflik. Padahal perbedaan atau ketidaksepakatan pada sebuah pilihan adalah hal yang wajar sehingga pemilu dapat menjadi momen yang menyenangkan.
”Prinsip saling menghargai walau beda pilihan harus dijaga. Kalau kita menghargai perbedaan pilihan, pemilu akan berjalan damai. Kemudian, untuk menyikapi berita hoaks jangan telan mentah-mentah informasi atau berita yang kita dapat. Apalagi zaman sekarang kita sudah dipermudah dengan internet, jadi tidak ada alasan untuk tidak mencari kebenaran informasi,” ujar Dian.
Karena itu, dalam menanggapi suatu berita sebaiknya tidak mudah terpancing dan tetap menggunakan akal sehat.
"Meski TikTok, merupakan platform media sosial dengan fokus pada konten hiburan. Namun, pengguna TikTok memiliki antusiasme tinggi pada topik politik," jelasnya.
Public Policy and Government Relations, TikTok Indonesia Faris Mufid mengatakan TikTok telah membangun kerja sama dengan dua lembaga besar penyelenggara pemilu di Indonesia, yaitu Bawaslu dan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan peluncuran Pusat Panduan Pemilu pada aplikasi agar pengguna terinfo dengan baik terkait pilihan pada pemilu nanti.
”Sebelum memilih kita tahu nih siapa yang harus dipilih. Kalau misalkan hak pilih kita harus dipastikan dulu nih, kita pilih di mana, kalau terdaftar apa yang harus dilakukan. Hal-hal seperti ini kami juga encourage pada pengguna kami,” papar Faris.
Sebagaimana pengalaman Komika, Dian Iyoy dalam menggunakan media sosial selama masa pemilu. Pada masa pemilu, apa pun konteks konten yang diunggah, hampir dipastikan akan ada unsur politik.
Sehingga, seringkali penempatan komentar tidak tepat dan menimbulkan konflik. Padahal perbedaan atau ketidaksepakatan pada sebuah pilihan adalah hal yang wajar sehingga pemilu dapat menjadi momen yang menyenangkan.
”Prinsip saling menghargai walau beda pilihan harus dijaga. Kalau kita menghargai perbedaan pilihan, pemilu akan berjalan damai. Kemudian, untuk menyikapi berita hoaks jangan telan mentah-mentah informasi atau berita yang kita dapat. Apalagi zaman sekarang kita sudah dipermudah dengan internet, jadi tidak ada alasan untuk tidak mencari kebenaran informasi,” ujar Dian.
Karena itu, dalam menanggapi suatu berita sebaiknya tidak mudah terpancing dan tetap menggunakan akal sehat.