Menuju Tatanan Baru New Normal
Senin, 08 Juni 2020 - 07:29 WIB
New normal juga meniscayakan pengiriman dan penerimaan transaksi yang dilakukan dari rumah. Sehingga banyak bisnis ritel dan distributor produk akan beralih ke pengiriman dan atau remote pertama. Publik tentu saja berharap, ada solusi pengiriman barang atau produk yang lebih aman dan higienis. Rantai pasokan barang atau produk pun mengalami kemajuan tanpa perlu melakukan kontak fisik terlalu banyak.
Analis Teknologi Ben Evans menuturkan, bahwa pandemi yang terus berlanjut kian membalikan dunia, kesadaran baru mulai muncul pada kehidupan manusia. Bahwa hari ini, siapa pun akan melakukan apa saja secara online. Perubahan sedang terjadi dalam skala yang belum pernah kita duga sebelumnya.
Perubahan ini juga menyasar sektor bisnis. Perubahan perilaku konsumen dengan membatasi interaksi fisik dan mengurangi aktivitas di luar rumah terbukti memberi peluang lebih besar bagi sektor yang telah terintegrasi dengan ekosistem digital. Diperkirakan beberapa bisnis yang akan berkembang dan booming di masa depan adalah seperti life insurance, e-comerce, remote working, logistic, online schooling, online training, telemedicine, dan online transportation.
Sementara, sektor bisnis yang diprediksi akan mengalami keterpurukan adalah hotel, travel, bioskop, mall, retail, hiburan, properti, restoran, dan persewaan kantor.
Paradigma Baru
New Normal juga membuat orang lebih peduli terhadap kebersihan. Masker akan selalu dikenakan untuk menutup mulut dan hidung saat bepergian, begitu juga dengan kebiasaan cuci tangan, akan menjadi rutinitas yang baru. (Baca juga: Ini Rincian Protokol New Normal di Lingkungan Bandara)
Banyak orang juga menjadi lebih peduli terhadap kesehatan dengan menjaga kekebalan tubuh melalui olahraga teratur, makan makanan bergizi, dan mengonsumsi suplemen dan vitamin terutama herbal.
Perubahan di sektor bisnis ini di satu sisi menjadi keuntungan bagi pelaku usaha. Dimana tercipta work life balance atau keseimbangan kehidupan kerja pasca pandemi. Selain itu, produktivitas juga akan meningkat.
Pada akhirnya, orang yang bisa bertahan pasca pandemi bukanlah yang paling besar, kuat, atau kaya, melainkan yang paling bisa beradaptasi seperti kata teori Darwin. Karena itu, hadapi dan sabar menerima keadaan. (Lihat Videonya: Pelaku Usaha Sambut Baik Masa Transisi PSBB di Jakarta)
Hanya saja, karena kesabaran dalam terminologi agama juga tidak pasif namun aktif, maka kita pun dituntut untuk progresif menjemput masa depan.
Analis Teknologi Ben Evans menuturkan, bahwa pandemi yang terus berlanjut kian membalikan dunia, kesadaran baru mulai muncul pada kehidupan manusia. Bahwa hari ini, siapa pun akan melakukan apa saja secara online. Perubahan sedang terjadi dalam skala yang belum pernah kita duga sebelumnya.
Perubahan ini juga menyasar sektor bisnis. Perubahan perilaku konsumen dengan membatasi interaksi fisik dan mengurangi aktivitas di luar rumah terbukti memberi peluang lebih besar bagi sektor yang telah terintegrasi dengan ekosistem digital. Diperkirakan beberapa bisnis yang akan berkembang dan booming di masa depan adalah seperti life insurance, e-comerce, remote working, logistic, online schooling, online training, telemedicine, dan online transportation.
Sementara, sektor bisnis yang diprediksi akan mengalami keterpurukan adalah hotel, travel, bioskop, mall, retail, hiburan, properti, restoran, dan persewaan kantor.
Paradigma Baru
New Normal juga membuat orang lebih peduli terhadap kebersihan. Masker akan selalu dikenakan untuk menutup mulut dan hidung saat bepergian, begitu juga dengan kebiasaan cuci tangan, akan menjadi rutinitas yang baru. (Baca juga: Ini Rincian Protokol New Normal di Lingkungan Bandara)
Banyak orang juga menjadi lebih peduli terhadap kesehatan dengan menjaga kekebalan tubuh melalui olahraga teratur, makan makanan bergizi, dan mengonsumsi suplemen dan vitamin terutama herbal.
Perubahan di sektor bisnis ini di satu sisi menjadi keuntungan bagi pelaku usaha. Dimana tercipta work life balance atau keseimbangan kehidupan kerja pasca pandemi. Selain itu, produktivitas juga akan meningkat.
Pada akhirnya, orang yang bisa bertahan pasca pandemi bukanlah yang paling besar, kuat, atau kaya, melainkan yang paling bisa beradaptasi seperti kata teori Darwin. Karena itu, hadapi dan sabar menerima keadaan. (Lihat Videonya: Pelaku Usaha Sambut Baik Masa Transisi PSBB di Jakarta)
Hanya saja, karena kesabaran dalam terminologi agama juga tidak pasif namun aktif, maka kita pun dituntut untuk progresif menjemput masa depan.
tulis komentar anda