Etika Pancasila
Kamis, 22 Juli 2021 - 13:20 WIB
Prestasi siswa di berbagai bidang sastra, sains, teknologi, komunikasi, dan lain-lain, tertuju pada persaingan bagaimana memenangkan perlombaan. Namun, sikap, laku, dan tindak tanduk tidak dibicarakan. Etika belum menjadi titik tekan. Apa yang membentuk dan laku utama, tampaknya masih dianggap sampingan, bukan utama.
Etika Pancasila bisa mengisi kekosongan ini. Etika pembentukan pribadi, seperti kejujuran, dan sikap adil dalam berfikir dan bertindak perlu digarap secara Pancasilais dan serius. Sumber etika bisa berupa realitas kehidupan, lewat perenungan dan penelitian, serta kesepakatan-kesepakatan dari berbagai wacana dan pergulatan (Sila ke dua berupa kemanusiaan, dan Sila ke empat yaitu permufakatan bersama).
Menurut hemat para komentator, cendikia, dan para guru bangsa yang masih menyertai kita, para pemimpin generasi kini masih jauh dari ideal dalam hal etika. Tidak perlu diungkap seberapa persen dari kita yang benar-benar berpegang pada nilai-nilai kejujuran.
Berita di koran dan indeks penyelewengan dan penyimpangan kita tidak perlu diulang-ulang. Bahkan sentimen keagamaan dijadikan bahan untuk memperkuat posisi, sudah bukan rahasia lagi.
Etika Pancasila perlu disederhanakan lagi agar menjadi bahan pengajaran, rambu laku, perilaku, sikap, dan aturan yang rasional berdasar kehidupan nyata. Etika Pancasila juga menjadi sumber kebahagiaan, bukan idealisme utopis berdasar ketakutan atau ancaman.
Etika Pancasila bisa mengisi kekosongan ini. Etika pembentukan pribadi, seperti kejujuran, dan sikap adil dalam berfikir dan bertindak perlu digarap secara Pancasilais dan serius. Sumber etika bisa berupa realitas kehidupan, lewat perenungan dan penelitian, serta kesepakatan-kesepakatan dari berbagai wacana dan pergulatan (Sila ke dua berupa kemanusiaan, dan Sila ke empat yaitu permufakatan bersama).
Menurut hemat para komentator, cendikia, dan para guru bangsa yang masih menyertai kita, para pemimpin generasi kini masih jauh dari ideal dalam hal etika. Tidak perlu diungkap seberapa persen dari kita yang benar-benar berpegang pada nilai-nilai kejujuran.
Berita di koran dan indeks penyelewengan dan penyimpangan kita tidak perlu diulang-ulang. Bahkan sentimen keagamaan dijadikan bahan untuk memperkuat posisi, sudah bukan rahasia lagi.
Etika Pancasila perlu disederhanakan lagi agar menjadi bahan pengajaran, rambu laku, perilaku, sikap, dan aturan yang rasional berdasar kehidupan nyata. Etika Pancasila juga menjadi sumber kebahagiaan, bukan idealisme utopis berdasar ketakutan atau ancaman.
(poe)
Lihat Juga :
tulis komentar anda