Pendidikan dan Pandemi Covid-19: Alternatif Meningkatkan Soft Skill Siswa

Kamis, 25 Februari 2021 - 12:38 WIB
ICW juga mencatat modus korupsi yang sering trjadi di sektor pendidikan, yakni penggelembungan harga dengan 40 kasus. Selain itu, penggelapan merupakan modus yang banyak kedua dengan total 37 kasus dan modus lainnya penyalahgunaan anggaran sebanyak 36 kasus. Kemudian objek anggaran pendidikan yang rentan ada dana bantuan operasional (BOS), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan dana Hibah.

Dari sedikit catatan di atas, tidak heran jika masih banyak penerapan sistem Pendidikan di Indonesia yang tidak stabil. Hal demikian bukan semata-mata karena kebijakan pemerintah, melainkan dari beberapa oknum yang menyalahgunakan anggaran yang seharusnya menjadi hak dalam Pendidikan.

Solusi?

Penulis berharap pemerintah berkoordinasi secara aktif dengan kepala sekolah dan guru disetiap daerah untuk mencari solusi nyata atas berbagai permasalahan yang sedang dihadapi bersama yaitu perkembangan dan proses belajar mengajar yang progresif dan penyaluran dana untuk perkembangan pendidikan di masa pandemi Covid-19. Tentu selama 1 tahun proses BDR yang diterapkan pasti banyak sekali masalah yang dihadapi guru, orang tua dan siswa.

Hal demikian bisa menjadi bahan evaluasi bersama. Harapannya agar mampu memunculkan sebuah grand design baru untuk kelanjutan proses belajar agar mampu menciptakan peserta didik yang progresif visioner.

Di era saat ini, bisa dikatakan sekolah bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, bahkan tanpa materi yang diberikan guru secara langsung, seorang siswa mampu mendapatkan ilmu tersebut melalui gadget yang mereka genggam setiap harinya.

Sudah saatnya pemerintah mempunyai konsep pendidikan yang progresif visioner dengan memberikan fasilitas skill dan kemampuan yang tujuannya untuk mempersiapkan siswa menghadapi kehidupan yang seasungguhnya. Penulis berharap sekolah mampu menjadi ruang kreativitas siswa dalam meningkatkan kemampuan dirinya dengan metode basic needed dan basic interested.

Basic needed dan basic interested artinya seorang guru harus mengetahui kebutuhan siswa sesuai dengan kemampuan dirinya dan membuat siswa tertarik untuk mendalami materi/pelajaran tersebut. Hal demikian akan membuat siswa menemukan jati diri dan kemampuannya secara langsung dengan bimbingan dari guru.

Tentu setiap siswa memiliki kemampuan dan keahlian yang berbeda-beda. Dengan penerapan metode tersebut akan membuat guru dan siswa tentunya lebih mudah untuk mengkelompokkan siswa sesuai dengan keinginan dan kemampuannya masing-masing.

Sudah saatnya pendidikan di Indonesia mengedepankan sebuah kemerdekaan individu untuk setiap siswa agar memilih skill dan pengetahuan yang mereka inginkan. Tentu sudah menjadi rahasia umum bahwa tidak semua siswa mampu memahami belasan mata pelajaran dalam 1 tahun dan menjadi ahli dibidangnya. Jika akhirnya siswa memilih untuk menjadi menekuni bidang tertentu saat dibangku kuliah, lalu mengapa hal demikian tidak diberikan pada saat di sekolah menengah atas.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More