Pendidikan dan Pandemi Covid-19: Alternatif Meningkatkan Soft Skill Siswa

Kamis, 25 Februari 2021 - 12:38 WIB
loading...
Pendidikan dan Pandemi Covid-19: Alternatif Meningkatkan Soft Skill Siswa
Muhammad Afifuddin, Koordinator Trainer MEC Indonesia/Content Creator BocahPantura.id. Foto/Dok. Pribadi
A A A
Muhammad Afifuddin
Koordinator Trainer MEC Indonesia
Content Creator BocahPantura.id

Pendidikan merupakan dasar pengembangan sumber daya manusia.Tingkat kualitas seseorang tergantung dari pendidikan dan pengetahuannya.

Dari zaman ke zaman pendidikan selalu menjadi isu penting untuk dikaji dalam segala aspek. Pendidikan menyangkut masa depan sebuah negara termasuk Indonesia.

Dalam ruang pendidikan, seorang anak mendapatkan kesempatan untuk bermimpi dan mencapai sebuah cita-cita di masa depan. Lingkungan pendidikan yang positif akan membuat seorang anak berkembang dan memiliki kualitas yang sempurna dalam pengetahuan, contohnya sekolah.

Sekolah merupakan tempat untuk setiap anak mendapatkan ilmu pengetahuan dan lingkungan positif untuk meningkatkan kualitas diri serta sarana dan prasarana yang mendukung membuat siswa semakin berkembang. Bahkan setiap orang tua selalu percaya dan pasrah kepada sekolah untuk mendidik anaknya agar menjadi anak yang sukses dikemudian hari. Lalu, bagaimana dengan kondisi Pendidikan dan sekolah yang ada di Indonesia saat ini?

Desain Ulang Sistem Pendidikan (?)
Sistem pendidikan merupakan sebuah grand design yang diatur oleh pemerintah dan pejabat sekolah untuk menciptakan kualitas seorang siswa. Jika siswa pendidikannya bagus, maka akan berdampak bagus bagi semua siswa. Namun jika sistem pendidikan yang diterapkan masih tidak stabil dan banyak ketimpangan, maka itu juga akan berdampak buruk bagi seluruh siswa.

Sistem pendidikan di Indonesia, praktiknya seorang siswa masih menjadi objek pembelajaran untuk duduk diam mendengarkan guru menjelaskan lalu menghafalkannya. Selain itu, masih banyak sekolah terpencil di berbagai daerah yang sama sekali belum mendapatkan fasilitas yang layak untuk proses belajar mengajar.

Belum lagi dengan penerapan sistem hafalan dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang seorang guru hanya mencari di internetlalu menerapkannya tanpa dipelajari terlebih dahulu. Hal tersebut berdampak pada kenyamanan siswa dalam belajar disekolah. Sekolah yang awalnya menjadi sebuah tempat belajar yang nyaman dan menarik namun akan menjadi tempat yang membosankan untuk siswa dalam proses belajar.

Pendidikan yang menjadi ujung tombak perkembangan sumber daya manusia, saat ini belum menemukan sebuah solusi dari segala persoalan yang ada mulai dari sistem Pendidikan, prosedur, metode dan strategi pembelajaran, hingga sarana dan fasilitas yang belum memadai karena kurangnya kejujuran bagi oknum yang menyalahgunakan anggaran pendidikan, belum lagi Indonesia saat ini menghadapi pandemi Covid-19 yang sangat berdampak terhadap proses belajar mengajar.

Potret di Lapangan
Sudah hampir satu tahun pemerintah menerapkan pembelajaran daring karena pandemi Covid-19. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah penyebaran virus tersebut.

Namun yang disayangkan pemerintah juga tidak memberikan solusi agar siswa tetap mendapatkan pembelajaran sebagaimana mestinya. Tentu kita akui bersama, banyak sekolah yang kualahan dalam proses pembelajaran daring.

Sebut misalnya, di Desa Bucor Wetan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo. Penulis bertemu dengan salah satu orang tua murid didesa tersebut. Semenjak pemerintah menerapkan pembelajaran di rumah, anaknya lebih intensif mengoperasikan gadget untuk bermain games dari pada belajar.

Bahkan banyak orang tua yang mengeluh dan berharap pembelajaran kembali tatap muka disekolah.Tidak jadi soal untuk siswa yang berasa di perkotaan sangat mudah untuk mengontrol anaknya dalam belajar di rumah.

Namun berbeda dengan anak yang lama di perdesaan. Mereka harus beradaptasi dengan rutinitas baru belajar menggunakan gadget dan bahkan sering tetanggu karena koneksi jaringannya.

Akses internet yang masih belum merata di setiap daerah juga berdampak pada proses pembelaran di masa pandemi terganggu. Pak Adi Santoso, seorang guru MI SYafi’iyah Bucor Wetan yang sempat penulis ajak diskusi menjelaskan bahwa perlu kesabaran yang lebih ekstra saat melakukan proses pembelajaran daring. Pasalnya, selain cara menjelaskannya kepada siswa yang harus gamblangketika menggunakan aplikasi digital, terkadang jaringan internet jadi masalah yang sering ditemui.

Karena hal demikian, maka beberapa guru di sekolah tersebut melakukan cara lain agar siswanya tetap mendapatkan ilmu pengetahuan setiap harinya. Pak Adi Santoso dan beberapa guru yang lain bertindak langsung datang ke rumah muridnya untuk memberikan selebaran materi lengkap dengan soal latihannya agar siswa dapat belajar dirumah. Setiap pagi mereka berjalan keliling kebeberapa pemukiman desa untuk mengantarkan materi tersebut yang terkadang melewati jalan sawah sepetak karena beberapa murid yang rumahnya terletak di pemukiman tengah sawah.

Selain kasus di atas, tentu masih banyak permasalahan yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia. Keputusan pemerintah dalam menerapkan proses belajar dari rumah (BDR) tidaklah salah sepenuhnya karena hal demikian bermaksud untuk memutus penyebaran virus corona.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merespons Covid-19 dengan menerbitkan Surat Edaran Mendikbud No 3/2020 tentang pencegarah Covid-19 disatuan Pendidikan pada 9 Maret 2020. Lalu, selepas itu mengikuti perkembangan pandemi yang sangat cepat, pada tanggal 17 Maret 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan surat edaran bernomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang pembelajaran secara Daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19.

Surat tersebut ditujukan kepada semua kepala dinas Pendidikan dasar, menengah, hingga tinggi.Didalamnya disampaikan imbauan untuk mengikuti protokol pencegahan Covid-19 yang dikeluarkan oleh Kantor Staf Presiden. Tidak lama setelah itu, pada tanggal 24 Maret 2020, Mendikbud kembali mengeluarkan Surat Edaran, yakni SE Mendikbud 4/2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.

Di dalamnya diatur proses belajar dari rumah, aktivitas dan tugas pembelajaran selama belajar di rumah serta peran guru dalam memberikan umpan balik. Proses pembelajaran daring tersebut menjadi salah satu alternatif untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.

BDR tidak selamanya negatif, namun hal tersebut juga akan memberikan dampak positif pada murid, guru dan orang tua untuk bagaimana bisa beradaptasi dengan cara kehidupan yang baru. Dengan adanya penerapan tersebut, siswa dan guru yang awalnya selalu menerapkan proses belajar konvensional, saat ini mereka mulai perlahan mengenal dunia digital dan berbagai macam platform dan aplikasi untuk mempermudah proses belajarnya.

Tahun 2021 ada wacana pemerintah untuk kembali melakukan pembelajaran tatap muka namun hal tersebut masih menjadi misteri dan belum ada keputusan finalnya. Hal demikian menjadi beban tambahan bagi orang tua untuk perkembangan pengetahuan anaknya.

Indonesia yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani dan nelayan akan kesusahan untuk membagikan waktunya sebagai petani/nelayan dan menjadi guru buat anaknya karena mereka terlalu sibuk bekerja untuk mendapatkan upah yang akan mereka belanjakan untuk kebutuhan sehari-hari. Selain dari pada itu, banyak orang tua yang buta huruf dan minim pengetahuan yang membuat orang tua tidak bisa membantu mengajarkan materi yang diberikan oleh sekolah.

Selain dari pada kasus tersebut, tentu ada beberapa orang tua juga yang tidak menginginkan untuk penerapan proses belajar tatap muka di kondisi saat ini. Mereka akan sangat takut protokol kesehatan dan keamanan disekolah tidak sesuai denganapa yang diharapkan oleh orang tua.

Di balik pandemi Covid-19 masih banyak lagi problematika yang terjadi di dunia Pendidikan di Indonesia, salah satunya tentang transparansi anggaran yang belum sepenuhnya terdistribusi kepada sekolah, guru dan murid. Indonesia Corruption watch (ICW) menilai, praktik korupsi di sektor perguruan tinggi bukan hal yang baru. Sejak 2015-2019 terdapat 202 kasus korupsi yang melibatkan 465 orang.

ICW juga mencatat modus korupsi yang sering trjadi di sektor pendidikan, yakni penggelembungan harga dengan 40 kasus. Selain itu, penggelapan merupakan modus yang banyak kedua dengan total 37 kasus dan modus lainnya penyalahgunaan anggaran sebanyak 36 kasus. Kemudian objek anggaran pendidikan yang rentan ada dana bantuan operasional (BOS), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan dana Hibah.

Dari sedikit catatan di atas, tidak heran jika masih banyak penerapan sistem Pendidikan di Indonesia yang tidak stabil. Hal demikian bukan semata-mata karena kebijakan pemerintah, melainkan dari beberapa oknum yang menyalahgunakan anggaran yang seharusnya menjadi hak dalam Pendidikan.

Solusi?
Penulis berharap pemerintah berkoordinasi secara aktif dengan kepala sekolah dan guru disetiap daerah untuk mencari solusi nyata atas berbagai permasalahan yang sedang dihadapi bersama yaitu perkembangan dan proses belajar mengajar yang progresif dan penyaluran dana untuk perkembangan pendidikan di masa pandemi Covid-19. Tentu selama 1 tahun proses BDR yang diterapkan pasti banyak sekali masalah yang dihadapi guru, orang tua dan siswa.

Hal demikian bisa menjadi bahan evaluasi bersama. Harapannya agar mampu memunculkan sebuah grand design baru untuk kelanjutan proses belajar agar mampu menciptakan peserta didik yang progresif visioner.

Di era saat ini, bisa dikatakan sekolah bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, bahkan tanpa materi yang diberikan guru secara langsung, seorang siswa mampu mendapatkan ilmu tersebut melalui gadget yang mereka genggam setiap harinya.

Sudah saatnya pemerintah mempunyai konsep pendidikan yang progresif visioner dengan memberikan fasilitas skill dan kemampuan yang tujuannya untuk mempersiapkan siswa menghadapi kehidupan yang seasungguhnya. Penulis berharap sekolah mampu menjadi ruang kreativitas siswa dalam meningkatkan kemampuan dirinya dengan metode basic needed dan basic interested.

Basic needed dan basic interested artinya seorang guru harus mengetahui kebutuhan siswa sesuai dengan kemampuan dirinya dan membuat siswa tertarik untuk mendalami materi/pelajaran tersebut. Hal demikian akan membuat siswa menemukan jati diri dan kemampuannya secara langsung dengan bimbingan dari guru.

Tentu setiap siswa memiliki kemampuan dan keahlian yang berbeda-beda. Dengan penerapan metode tersebut akan membuat guru dan siswa tentunya lebih mudah untuk mengkelompokkan siswa sesuai dengan keinginan dan kemampuannya masing-masing.

Sudah saatnya pendidikan di Indonesia mengedepankan sebuah kemerdekaan individu untuk setiap siswa agar memilih skill dan pengetahuan yang mereka inginkan. Tentu sudah menjadi rahasia umum bahwa tidak semua siswa mampu memahami belasan mata pelajaran dalam 1 tahun dan menjadi ahli dibidangnya. Jika akhirnya siswa memilih untuk menjadi menekuni bidang tertentu saat dibangku kuliah, lalu mengapa hal demikian tidak diberikan pada saat di sekolah menengah atas.

Penerapan pembelajaran yang konvensional dengan menghafal semua materi pelajaran akan membuat siswa semakin kebingungan dalam menentukan keahlian dan meningkatkan kemampuan dirinya. Tentu semua mata pelajaran merupakan hal yang penting, namun sebutuh-butuhnya siswa jika proses pembelajaran tidak menarik dan tidak dibenturkan dengan realita kehidupan maka siswa akan selalu beranggapan bahwa pembelajaran dikelas hanya sebuah khayalan yang tidak akan pernah bisa diterapkan dikehidupan nyata.

Dengan metode basic needed dan basic interested yang akan diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran daring, maka akan membentuk karakter siswa dan meningkatkan skill kemampuan siswa sesuai dengan keinginan dan harapannya. Guru tetap menjadi pemantau dan pembimbing yang masif kepada siswa agar tidak salah arah serta guru membantu siswa jika menghadapi kesulitan dalam proses belajarnya.

Namun guru sudah tidak perlu lagi mendikte siswa untuk menghafal materi yang diberikan setiap harinya. Guru hanya memberikan kesempatan pada siswa untuk berkreasi dan berlatih skill dan kemampuannya seperti melukis, bernyanyi, olahraga, desain, dan lain sebagainya.

Tentu adanya proses belajar dari rumah akan mempermudah siswa untuk melakukannya dan guru cukup meminta laporan berupa bukti dengan video atau dokumentasi yang dibantu oleh orang tuanya dirumah.

Semoga catatan diatas dapat menjadi satu pandangan bagi para guru dan pemerintah dalam menerapkan metode pembelajarannya. Ada 2 poin yang akan didapatkan ketika penerapan ini bisa berjalan dengan baik.

Pertama, siswa akan memiliki kesempatan untuk meningkatkan potensi dirinya dengan kreativitas yang tinggi dengan langsung diawasi oleh guru sehingga mampu menentukan jati diri dan profesinya untuk masa depan. Kedua, penerapan ini sangat mudah diterapkan di masa pandemi karena siswa mendapatkan kesempatan untuk dibantu oleh orang tua dan jaringan internet dalam menciptakan sebuah karya yang kreatif.
(poe)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2236 seconds (0.1#10.140)