Tantangan Memperkuat Pembangunan SDM
Jum'at, 15 November 2024 - 10:22 WIB
Menurut Baron dan Armstrong (2007: 20), HCM berkaitan dengan mendapatkan, menganalisis dan melaporkan data yang menginformasikan arah dalam menambah nilai strategis, investasi dan keputusan manajemen operasional SDM pada tingkat korporasi dan manajemen garis depan. HCM berkaitan dengan pengukuran tujuan.
Katareristik HCM adalah penggunaan metrik untuk membimbing pendekatan untuk mengelola SDM yang memandang mereka sebagai aset dan menekankan bahwa keunggulan kompetitif dicapai oleh investasi strategis aset tersebut melalui keterkaitan pekerja dan retensi, manajemen talenta dan pembelajaran serta program pengembangan.
Pakar lain Chatzkel (2004) menyatakan HCM merupakan usaha terintegrasi untuk mengelola dan mengembangkan kapabilitas manusia untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi secara signifikan.
Sementara, Kearns (2005) menjelaskan HCM sebagai pengembangan total potensi manusia yang dinyatakan sebagai nilai organisasi. HCM adalah tentang menciptakan nilai melalui orang dan merupakan filosofi pengembangan orang tetapi hanya pengembangan yang berarti bahwa semua diterjemahkan ke dalam nilai.
Lebih lanjut, Kearns menyatakan HCM menjaga keuntungan bisnis untuk ditingkatkan dan dilanjutkan ketika perusahaan menyediakan produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan lebih baik daripada yang dilakukan pesaing, dengan kata lain, ketika perusahaan mempunyai daya saing.
Orang sering mengatakan SDM merupakan aset yang paling penting dalam suatu organisasi. Tetapi masalahnya, orang secara langsung tidak sesuai dengan definisi finansial suatu aset. Kontribusi mereka lebih bersifat individual dan bervariasi tergantung pada motivasi dan lingkungan. Mereka tidak dapat dinilai menurut prinsip finansial tradisional.
Kini, organisasi lebih berkepentingan dengan perang untuk mendapatkan talenta (war for talent) sebagai masalah bisnis. Penilaian terhadap organisasi atau perusahaan telah berubah secara progresif dengan memberikan nilai yang lebih tinggi pada aset yang tidak berwujud (intangible assets). Sebut saja, pengetahuan, kompetensi, merk dan sistem. Aset itu juga dikenal sebaga modal intelektual (intellectual capital) suatu organisasi. Orangnya sendiri sebagai SDM yang membangun nilai.
Dalam bisnis, terdapat tiga ukuran penting: kepuasan pelanggan, kepuasan pegawai dan arus kas. Akhir-akhir ini berkembang bahwa pegawai menjadi urutan pertama. Karena pada akhirnya, semua hal tergantung pada orang: kapabilitas, motivasi, kreativitas, keterampilan organisasi dan kepemimpinan. Orang mengelola aset berwujud dan mereka juga memelihara dan menumbuhkan aset tidak berwujud (Mayo, 2001:2).
Katareristik HCM adalah penggunaan metrik untuk membimbing pendekatan untuk mengelola SDM yang memandang mereka sebagai aset dan menekankan bahwa keunggulan kompetitif dicapai oleh investasi strategis aset tersebut melalui keterkaitan pekerja dan retensi, manajemen talenta dan pembelajaran serta program pengembangan.
Pakar lain Chatzkel (2004) menyatakan HCM merupakan usaha terintegrasi untuk mengelola dan mengembangkan kapabilitas manusia untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi secara signifikan.
Sementara, Kearns (2005) menjelaskan HCM sebagai pengembangan total potensi manusia yang dinyatakan sebagai nilai organisasi. HCM adalah tentang menciptakan nilai melalui orang dan merupakan filosofi pengembangan orang tetapi hanya pengembangan yang berarti bahwa semua diterjemahkan ke dalam nilai.
Lebih lanjut, Kearns menyatakan HCM menjaga keuntungan bisnis untuk ditingkatkan dan dilanjutkan ketika perusahaan menyediakan produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan lebih baik daripada yang dilakukan pesaing, dengan kata lain, ketika perusahaan mempunyai daya saing.
Orang sering mengatakan SDM merupakan aset yang paling penting dalam suatu organisasi. Tetapi masalahnya, orang secara langsung tidak sesuai dengan definisi finansial suatu aset. Kontribusi mereka lebih bersifat individual dan bervariasi tergantung pada motivasi dan lingkungan. Mereka tidak dapat dinilai menurut prinsip finansial tradisional.
Kini, organisasi lebih berkepentingan dengan perang untuk mendapatkan talenta (war for talent) sebagai masalah bisnis. Penilaian terhadap organisasi atau perusahaan telah berubah secara progresif dengan memberikan nilai yang lebih tinggi pada aset yang tidak berwujud (intangible assets). Sebut saja, pengetahuan, kompetensi, merk dan sistem. Aset itu juga dikenal sebaga modal intelektual (intellectual capital) suatu organisasi. Orangnya sendiri sebagai SDM yang membangun nilai.
Dalam bisnis, terdapat tiga ukuran penting: kepuasan pelanggan, kepuasan pegawai dan arus kas. Akhir-akhir ini berkembang bahwa pegawai menjadi urutan pertama. Karena pada akhirnya, semua hal tergantung pada orang: kapabilitas, motivasi, kreativitas, keterampilan organisasi dan kepemimpinan. Orang mengelola aset berwujud dan mereka juga memelihara dan menumbuhkan aset tidak berwujud (Mayo, 2001:2).
Tujuan
tulis komentar anda