Tantangan dan Peluang Media Komunitas dalam Digitalisasi Ruang Publik
Jum'at, 17 Mei 2024 - 14:07 WIB
Merujuk pada regulasi yang berlaku, maka media komunitas dapat menetapkan pada fokus pelayanan informasi di bidang pendidikan, kesehatan, kewirausahaan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), lingkungan, pertanian, budaya, agama, dan sebagainya . Sebagai contoh media komunitas di wilayah perbatasan Republik Indonesia dengan negara tetangga dapat berkolaborasi dan mendukung program Radio Republik Indonesia dalam penguatan identitas bangsa.
Berdasarkan hasil riset Yuliasari (2023) tentang media komunitas di wilayah perdesaan diperoleh temuan bahwa radio komunitas dapat mempertahankan eksistensi dengan beberapa dukungan yakni legalitas media komunitas, kebijakan pemerintah di tingkat daerah hingga tingkat kecamatan dan kelurahan, partisipasi masyarakat sebagai pengelola, pembaruan strategi publikasi media komunitas dan kemitraan. Jejaring lembaga dalam operasionalisasi media komunitas memberikan kemudahan bagi pengelola media komunitas untuk merancang dan distribusi informasi, meningkatkan manajemen media komunitas dan mengembangkan program pemberdayaan masyarakat. Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) adalah organisasi nasional media komunitas yang menaungi lembaga radio komunitas di Indonesia.
Terkait pendanaan radio komunitas, pengelola media komunitas dapat memanfaatkan dana hibah, sponsor, kontribusi pihak mitra dan iklan layanan masyarakat. Pembatasan sumber dana dalam operasionalisasi media komunitas merupakan upaya pengelola media komunitas untuk menjaga independensi . Selaras fenomena komunikasi digital dewasa ini, sebagian besar pengelola media komunitas melakukan inovasi dan kreasi dalam penyiaran dengan konvergensi media yakni radio streaming, YouTube, Website, Instagram, dan Facebook .Kreativitas pengelola media komunitas dalam digitalisasi ruang publik merupakan upaya dalam meningkatkan kualitas siaran dan menjangkau target khalayak yang lebih luas.
Pergeseran budaya komunikasi di era digital menimbulkan fenomena kompetisi di antara media komunikasi. Tantangan media komunitas berada di kancah pergulatan media televisi digital, media radio digital, media sosial, dan media komunikasi berbasis internet lainnya. Beragam wacana media diproduksi dan menjadi daya tarik publik sesuai segmentasi media yang bersifat komersial. Kondisi tersebut berbeda dengan media komunitas yang tidak mengejar profit dan berfokus pada kebutuhan informasi masyarakat lokal. Eksistensi media komunitas benar-benar diuji dalam digitalisasi ruang publik terutama pada aspek manajemen media.
Realitas yang terjadi adalah media komunitas berkembang pada ruang lingkup lebih kecil dari media komunikasi komersial dan lembaga penyiaran publik namun tetap bertumbuh sesuai aspirasi masyarakat. Keterbatasan frekuensi, jangkauan geografis, dan pembiayaan terbatas merupakan kendala yang dihadapi pengelola media komunitas. Kondisi tersebut membutuhkan pemikiran ulang secara empiris untuk menjamin keberlangsungan media komunitas .
Fenomena realitas media komunitas seperti radio komunitas atau televisi komunitas yang dilematis tetap memiliki optimisme dan peluang untuk berkembang. Strategi untuk bertahan dalam gempuran arus media utama dapat diimplementasikan dengan integrasi beberapa peluang pengembangan media komunitas di Indonesia sebagai berikut:
Pertama, media komunitas memiliki dasar regulasi yang mengatur batas frekuensi, area geografis dan jangkauan distribusi informasi. Masyarakat yang tinggal di wilayah terisolir dan sulit mengakses internet dapat memanfaatkan media komunitas. Sebagai contoh, biaya pengadaan peralatan radio komunitas cukup terjangkau dan ruang siaran dapat diselenggarakan di kantor desa atau kediaman masyarakat. Meskipun jangkauan siaran tidak luas namun pegiat atau pengelola media komunitas dapat memanfaatkan teknologi informasi. Siaran media komunitas ditransformasikan secara konvergen dengan media baru seperti live streaming, YouTube, Instagram, Facebook, TikTok, dan sebagainya. Konsekuensi dari pemanfaatan konvergensi media adalah semakin luasnya jangkauan khalayak sehingga informasi dapat diakses oleh warganet global.
Kedua, media komunitas didirikan oleh kelompok masyarakat secara mandiri. Apabila sudah memiliki izin operasional, maka media komunitas membentuk ruang publik dengan segmen khusus dengan minat dan kebutuhan informasi sama. Keterkaitan tersebut menciptakan kesinambungan karena terbentuk ketergantungan media dan masyarakat. Pola dependensi media dan masyarakat menunjukkan bahwa khalayak memiliki ketergantungan terhadap informasi media komunitas. Kepuasan pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat merupakan indikator keberhasilan dalam operasionalisasi media komunitas.
Beberapa faktor yang menjadi pendukung kepuasan informasi masyarakat adalah kebaruan informasi, struktur informasi, teknik penyampaian informasi, atmosfer komunikasi, proses dialog interaktif dan ketepatan penentuan segmen khalayak. Sebagai contoh adalah radio komunitas di wilayah pertanian yang memiliki segmen pendengar kalangan petani milenial menerapkan teknik siaran kekinian agar petani milenial tertarik dan rutin mengakses informasi. Informasi yang menarik tentang produktivitas hasil bumi, pengolahan tanah, masa panen, pengemasan dan pemasaran produk tani dapat dikemas dengan konvergensi teknologi komunikasi. Keterlibatan tokoh publik, pakar, opinion leader, dan influencer mendukung teknik pengemasan informasi dan menjaring partisipasi khalayak dalam berinteraksi.
Berdasarkan hasil riset Yuliasari (2023) tentang media komunitas di wilayah perdesaan diperoleh temuan bahwa radio komunitas dapat mempertahankan eksistensi dengan beberapa dukungan yakni legalitas media komunitas, kebijakan pemerintah di tingkat daerah hingga tingkat kecamatan dan kelurahan, partisipasi masyarakat sebagai pengelola, pembaruan strategi publikasi media komunitas dan kemitraan. Jejaring lembaga dalam operasionalisasi media komunitas memberikan kemudahan bagi pengelola media komunitas untuk merancang dan distribusi informasi, meningkatkan manajemen media komunitas dan mengembangkan program pemberdayaan masyarakat. Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) adalah organisasi nasional media komunitas yang menaungi lembaga radio komunitas di Indonesia.
Terkait pendanaan radio komunitas, pengelola media komunitas dapat memanfaatkan dana hibah, sponsor, kontribusi pihak mitra dan iklan layanan masyarakat. Pembatasan sumber dana dalam operasionalisasi media komunitas merupakan upaya pengelola media komunitas untuk menjaga independensi . Selaras fenomena komunikasi digital dewasa ini, sebagian besar pengelola media komunitas melakukan inovasi dan kreasi dalam penyiaran dengan konvergensi media yakni radio streaming, YouTube, Website, Instagram, dan Facebook .Kreativitas pengelola media komunitas dalam digitalisasi ruang publik merupakan upaya dalam meningkatkan kualitas siaran dan menjangkau target khalayak yang lebih luas.
Pergeseran budaya komunikasi di era digital menimbulkan fenomena kompetisi di antara media komunikasi. Tantangan media komunitas berada di kancah pergulatan media televisi digital, media radio digital, media sosial, dan media komunikasi berbasis internet lainnya. Beragam wacana media diproduksi dan menjadi daya tarik publik sesuai segmentasi media yang bersifat komersial. Kondisi tersebut berbeda dengan media komunitas yang tidak mengejar profit dan berfokus pada kebutuhan informasi masyarakat lokal. Eksistensi media komunitas benar-benar diuji dalam digitalisasi ruang publik terutama pada aspek manajemen media.
Realitas yang terjadi adalah media komunitas berkembang pada ruang lingkup lebih kecil dari media komunikasi komersial dan lembaga penyiaran publik namun tetap bertumbuh sesuai aspirasi masyarakat. Keterbatasan frekuensi, jangkauan geografis, dan pembiayaan terbatas merupakan kendala yang dihadapi pengelola media komunitas. Kondisi tersebut membutuhkan pemikiran ulang secara empiris untuk menjamin keberlangsungan media komunitas .
Baca Juga
Fenomena realitas media komunitas seperti radio komunitas atau televisi komunitas yang dilematis tetap memiliki optimisme dan peluang untuk berkembang. Strategi untuk bertahan dalam gempuran arus media utama dapat diimplementasikan dengan integrasi beberapa peluang pengembangan media komunitas di Indonesia sebagai berikut:
Pertama, media komunitas memiliki dasar regulasi yang mengatur batas frekuensi, area geografis dan jangkauan distribusi informasi. Masyarakat yang tinggal di wilayah terisolir dan sulit mengakses internet dapat memanfaatkan media komunitas. Sebagai contoh, biaya pengadaan peralatan radio komunitas cukup terjangkau dan ruang siaran dapat diselenggarakan di kantor desa atau kediaman masyarakat. Meskipun jangkauan siaran tidak luas namun pegiat atau pengelola media komunitas dapat memanfaatkan teknologi informasi. Siaran media komunitas ditransformasikan secara konvergen dengan media baru seperti live streaming, YouTube, Instagram, Facebook, TikTok, dan sebagainya. Konsekuensi dari pemanfaatan konvergensi media adalah semakin luasnya jangkauan khalayak sehingga informasi dapat diakses oleh warganet global.
Kedua, media komunitas didirikan oleh kelompok masyarakat secara mandiri. Apabila sudah memiliki izin operasional, maka media komunitas membentuk ruang publik dengan segmen khusus dengan minat dan kebutuhan informasi sama. Keterkaitan tersebut menciptakan kesinambungan karena terbentuk ketergantungan media dan masyarakat. Pola dependensi media dan masyarakat menunjukkan bahwa khalayak memiliki ketergantungan terhadap informasi media komunitas. Kepuasan pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat merupakan indikator keberhasilan dalam operasionalisasi media komunitas.
Beberapa faktor yang menjadi pendukung kepuasan informasi masyarakat adalah kebaruan informasi, struktur informasi, teknik penyampaian informasi, atmosfer komunikasi, proses dialog interaktif dan ketepatan penentuan segmen khalayak. Sebagai contoh adalah radio komunitas di wilayah pertanian yang memiliki segmen pendengar kalangan petani milenial menerapkan teknik siaran kekinian agar petani milenial tertarik dan rutin mengakses informasi. Informasi yang menarik tentang produktivitas hasil bumi, pengolahan tanah, masa panen, pengemasan dan pemasaran produk tani dapat dikemas dengan konvergensi teknologi komunikasi. Keterlibatan tokoh publik, pakar, opinion leader, dan influencer mendukung teknik pengemasan informasi dan menjaring partisipasi khalayak dalam berinteraksi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda