Spirit Memperkuat Ekonomi Domestik

Senin, 02 Januari 2023 - 08:08 WIB
loading...
A A A
Maka, pemerintah perlu mendorong sektor-sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah lebih dengan basis bahan baku lokal yang kuat, mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, hingga memiliki pangsa pasar domestik yang tinggi. Kita melihat bahwa industri pengolahan yang padat karya dan banyak menggunakan input dalam negeri hingga Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dapat menjadi penopang utama roda perekonomian nasional untuk terus berputar meski tekanan resesi semakin kuat.

Perekonomian Indonesia sebagian besar didorong oleh konsumsi rumah tangga dan salah satu industri yang berkembang pesat adalah industri makanan dan minuman. Capaian kinerjanya selama ini tercatat konsisten terus positif.

Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor penting yang menunjang kinerja industri pengolahan nonmigas. Pada kuartal I/2022, industri mamin menyumbang lebih dari sepertiga atau 37,77% dari PDB industri pengolahan nonmigas.

Selain itu, industri pengolahan lainnya yang juga sejatinya perlu didorong pemerintah untuk mampu menjadi penyelamat ekonomi negara tatkala ancaman resesi global menghampiri adalah industri hasil tembakau (IHT). Industri hasil tembakau merupakan salah satu industri yang sejatinya dapat menyelamatkan Indonesia dari ancaman resesi global mengingat kontribusinya yang sangat besar terhadap ekonomi Indonesia.

Ini karena Industri pengolahan tembakau merupakan satu-satunya industri nasional yang terintegrasi dari hulu sampai hilir dalam jumlah yang besar. Industri hasil tembakau dengan kontribusinya terhadap PDB sebesar 2,5% mampu memberikan output multiplier index sebesar 1,51 dan income multiplier index sebesar 1,55. Kedua nilai multiplier index tersebut lebih besar dari sektor trading, financial services, dan transportasi equipment.

Di luar sektor industri ini, UMKM juga merupakan sektor usaha yang mempunyai resiliensi kuat dalam menghadapi ancaman resesi global. UMKM Indonesia berperan strategis dalam membentuk fondasi kokoh perekonomian Indonesia dan telah terbukti mampu bertahan dari berbagai guncangan ekonomi.

Melihat jumlah UMKM di Indonesia yang mencapai ±65 juta unit atau sekitar 99% dari jumlah usaha yang ada di Indonesia, maka tak heran bila UMKM mampu menyerap hingga 97% tenaga kerja dan memberi sumbangsih sebesar 60,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Dinamika Logistik Indonesia
Penguatan dan pengembangan pada industri pengolahan maupun UMKM sejatinya juga perlu diawali dengan penguatan daya saing ekonomi di Indonesia. Ironisnya, saat ini peringkat daya saing Indonesia mengalami tren penurunan, terutama di 2022. Laporan Institute for Management Development (IMD) World Competitive Year Book 2022 menyebutkan, daya saing Indonesia saat ini berada di posisi ke-44, turun dibanding tahun 2021 yang ada di posisi 37.

Peringkat tersebut menjadi yang terendah sejak lima tahun terakhir atau tahun 2018.
Peringkat tersebut diukur dari beberapa indikator yaitu performa ekonomi, efisiensi pemerintahan, efisiensi bisnis, dan infrastruktur. Selain itu, dalam indikator efisiensi pemerintahan, urutan Indonesia juga menurun ke posisi 35 pada 2022 dari peringkat ke-26 pada 2021. Tak hanya itu, peringkat efisiensi bisnis pun mengalami penurunan ke posisi 31 dari sebelumnya ke-25 pada 2021.

Biaya logistik merupakan faktor yang sangat memengaruhi daya saing perusahaan dan negara. Sektor ini di Indonesia terbilang mahal yakni masih di kisaran 23,5% PDB. Negara Asia lainnya yang memiliki biaya logistik tinggi adalah Vietnam (20%), Thailand 15%, dan China (14%). Sementara itu, biaya logistik di Malaysia, Filipina, dan India sebesar 13% terhadap PDB. Sedangkan Taiwan dan Korea Selatan masing-masing 9%. Adapun di Singapura dan Jepang 8% terhadap PDB.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1806 seconds (0.1#10.140)