Seabad Rosihan Anwar (1922-2022): Wartawan yang Tidak Bisa Dikalahkan

Minggu, 08 Mei 2022 - 13:02 WIB
loading...
Seabad Rosihan Anwar (1922-2022): Wartawan yang Tidak Bisa Dikalahkan
Rosihan Anwar lahir di kampung Kubang Nan Dua, Sumatera Barat, 10 Mei 1922. Hari kelahiran Begawan Pers Nasional itu akan digelar Seabad Rosihan Anwar. Foto/Ist
A A A
Catatan Ilham Bintang

Rosihan Anwar lahir di kampung Kubang Nan Dua, Sumatera Barat, 10 Mei 1922. Pas di hari kelahiran Begawan Pers Nasional itu tahun ini keluarga akan menggelar peringatan 'Seabad Rosihan Anwar'.

Putri bungsu almarhum, Dr Naila Karima Anwar beberapa hari lalu mengontak saya. Dokter Naila memberitahu acara digelar dua hari. Hari pertama, Senin 9 Mei Ziarah Makam di Taman Pahlawan Kalibata.

Hari kedua, Selasa malam, 10 Mei diselenggarakan Doa dan Kenangan Kerabat Sahabat Rosihan Anwar melalui aplikasi Zoom. Saya diminta ikut menyampaikan kenangan.

Peringatan Seabad Rosihan Anwar Anwar hal semestinya, mengingat jasa-jasanya beliau kepada bangsa dan negara. Rosihan memulai karier sebagai wartawan pada usia 20 tahun di masa pendudukan Jepang.

Praktis semenjak itu gejolak perjuangannya dimulai untuk membebaskan bangsa Indonesia dari segala bentuk penjajahan dan penindasan bangsa asing maupun bangsa sendiri. Kiprahnya sebagai wartawan melekat dalam banyak momen sejarah bangsa Indonesia.

Seperti ketika berboncengan sepeda dengan Letkol Soeharto menemui Jendral Soedirman menyiapkan Serangan Oemoem 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Dalam sejarah pers Nasional, Rosihan ikut mendirikan PWI di Solo 9 Februari 1946. Kariernya melesat pesat hingga dikenal sebagai begawan pers dan Ayatollah Wartawan Indonesia.

Tidak ada yang bisa menghentikan Rosihan menulis kecuali Tuhan. Dia sempat merasakan kurungan besi di zaman Jepang karena perjuangan itu. Rezim pemerintahan Soekarno maupun Soeharto hanya berhasil membunuh surat kabarnya, 'Harian Pedoman', namun kedua pemimpin besar Indonesia itu tak bisa "mengalahkannya".

Dia tetap melakoni pekerjaannya sebagai wartawan mengkritisi rezim siapapun yang menjalankan pemerintahan di Indonesia. Rosihan baru bisa dihentikan pada hari Kamis (14/4/11) pukul 08.23 pagi, karena dipanggil "pulang" menghadap Allah SWT.

Rosihan meninggal dunia kurang dari sebulan menjelang ulang tahunnya ke 89. Padahal, Pak Rosihan berharap sekali bisa melewati usia 90 tahun. Pak Rosihan menghadap Ilahi Rabbi 7 bulan setelah ditinggal Ibu Zuraida pada hari Minggu 5 September 2010 pukul 09.30 WIB.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0880 seconds (0.1#10.140)