Seabad Rosihan Anwar (1922-2022): Wartawan yang Tidak Bisa Dikalahkan

Minggu, 08 Mei 2022 - 13:02 WIB
loading...
A A A
Rosihan Anwar dan Siti Zuraida bertemu pada masa pendudukan Jepang. Pasangan itu menikah, 25 April 1947, di masa revolusi kemerdekaan. Mereka merupakan satu dari sedikit pasangan yang merasakan pahit getir perjuangan bangsa Indonesia sejak zaman penjajahan, kemerdekaan, Orde Lama (Orla), Orde Baru (Orba) hingga era Reformasi. Maka, ketika pagi itu Tuhan menjemput Ibu Siti Zuraida niscaya itu kehilangan amat besar dan berat bagi Pak Ros.

Lebih 63 tahun pasangan itu mengarungi bahtera perkawinan. Mereka dikaruniai tiga anak, Aida Fatia, Omar Lutfi, dan Naila, serta ada enam cucu. Perjuangan dan cinta seolah ikut berperan dalam perjalanan hidup mereka.

Hubungan cinta kasih pasangan itu memang bersemai di masa revolusi kemerdekaan. Ibu Zuraida masa itu tinggal di Yogyakarta. Pak Ros pernah membuka rahasia, mengapa dulu sering sekali meliput perjalanan Perdana Menteri (PM) Syahrir bolak balik Jakarta-Yogyakarta. Itu karena separuh panggilan tugas, separuh lagi sebab panggilan cinta, guraunya.

Cinta pasangan ini tak pernah luntur. Kebetulan saya ikut mengamati. Setidak-tidaknya tigapuluh tahun terakhir dalam perjalanan ke mana pun dalam rangka tugas apapun, mereka selalu pergi berdua. Puluhan kali saya bertemu dalam perjalanan mengikuti kegiatan festival film di dalam maupun di luar negeri.

Begitu juga dengan perjalanan dalam rangka kegiatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), mereka tak terpisahkan. Di dunia film sekian belas tahun Pak Ros duduk sebagai anggota Dewan Film Nasional, dan juga sebagai anggota Dewan Juri. Begitu halnya di PWI, puluhan tahun Pak Ros menjadi pengurus di organisasi wartawan yang ikut dia dirikan pada tahun 1946.

Saya beruntung karena kaitan tugas di bidang sama, sehingga sering bertemu pasangan ini. Pak Ros dan Ibu Zuraida adalah simbol sebaik-baik pasangan rumah tangga. Kami bersepakat dengan banyak teman menjadikan mereka sebagai pasangan idola. Pasangan itu merupakan nomor bukti dari ungkapan ibarat mangkuk dan tutupnya.

Soulmate

Menarik mengulas rumah tangga Ayatollah wartawan Indonesia ini. Sebagai wartawan, Rosihan dikenal garang, tapi sebagai suami ia terbilang lelaki penurut. Beberapa peristiwa penting dalam hidupnya ditentukan oleh kendali Zuraida. Ambil contoh pada 1970 ketika Rosihan ditawari jabatan duta besar Indonesia untuk Vietnam oleh Presiden Soeharto. Begitu tahu, Zuraida langsung bilang tidak. Rosihan tak bisa membantah.

Ia pun mengirim surat penolakan kepada Presiden Soeharto. "Mau bilang apa lagi, putusan ibu seperti itu," ujar Pak Ros.

Gegara mematuhi istri, Pak Harto kabarnya sempat memendam rasa kecewa kepada Pak Ros. Itu diungkap Ibu Tien kepada Pak Ros dalam suatu kesempatan. Malah, santer jadi bahan pembicaraan di kalangan terbatas wartawan, penolakan tersebut diramalkan peluang wartawan jadi duta besar akan tertutup. Syukurlah itu tidak terbukti.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1046 seconds (0.1#10.140)