Seabad Rosihan Anwar (1922-2022): Wartawan yang Tidak Bisa Dikalahkan
loading...
A
A
A
Saya menulis Obituari ketika Ibu Zuraida dan Pak Rosihan Wafat. Peran Zuraida tidak bisa dilepaskan dalam perjalanan hidup Rosihan. Kisah pasangan belahan jiwa ini memang mengawetkan pandangan "dibalik sukses tokoh besar terdapat peran istri yang besar". Inilah kilas balik kenangan di hari wafat pasangan Rosihan
Di hari wafat Rosihan
Seorang gadis bernama Alma Fannia, Kamis (14/4/2011) pagi sebelas tahun lalu mengirim berita lewat BBM (Black Berry Messanger). Terus terang, beberapa saat kemudian saya baru "ngeh", pengirim berita adalah cucu Rosihan Anwar.
Isi berita yang dikirimnya pukul 08.23 WIB luar biasa mengguncang dada, dada seluruh bangsa Indonesia : Kakek tercinta, meninggal dunia pukul 08.15 WIB di RS MMC.
Dari dr Noni, putri Pak Ros demikian kami kerap menyapa Rosihan Anwar, saya memeroleh konfirmasi. Setelah menjalani operasi bypass jantung, Kamis, 24 Maret di RS Harapan Kita, dan menjalani proses pemulihan, Pak Ros diperbolehkan pulang, Rabu (13/4).
Namun, Kamis (14/4) pagi saat menikmati sarapan pagi sambil berjemur matahari, Pak Ros tiba-tiba anfal. Keluarga segera melarikannya ke RS, tapi jiwanya tak tertolong. "Kemungkinan beliau menghembuskan napas terakhir dalam perjalanan ke RS," kata dr Noni.
Sebaik-baik wartawan
Pak Rosihan adalah sebaik-baik wartawan Indonesia. Setia menekuni profesi dan konsisten bersikap kritis sesuai amanat profesi hingga akhir hayat. Ia tak pernah diam menghadapi berbagai ketimpangan.
Dia salah satu dari sedikit tokoh pers Indonesia amat penting. Pak Ros mengawali karier sebagai wartawan pada 1942 dan tak pernah berhenti menulis hingga ajal menjemput. Produktivitasnya tiada tanding.
Tidak banyak yang tahu Rosihan masuk RS MMC, 7 Maret lalu, lantaran bergadang sampai pagi merampungkan memoar kisah cintanya dengan istri tercinta, Hj Zuraida Sanawi, yang wafat pada 5 September 2010.
Di hari wafat Rosihan
Seorang gadis bernama Alma Fannia, Kamis (14/4/2011) pagi sebelas tahun lalu mengirim berita lewat BBM (Black Berry Messanger). Terus terang, beberapa saat kemudian saya baru "ngeh", pengirim berita adalah cucu Rosihan Anwar.
Isi berita yang dikirimnya pukul 08.23 WIB luar biasa mengguncang dada, dada seluruh bangsa Indonesia : Kakek tercinta, meninggal dunia pukul 08.15 WIB di RS MMC.
Dari dr Noni, putri Pak Ros demikian kami kerap menyapa Rosihan Anwar, saya memeroleh konfirmasi. Setelah menjalani operasi bypass jantung, Kamis, 24 Maret di RS Harapan Kita, dan menjalani proses pemulihan, Pak Ros diperbolehkan pulang, Rabu (13/4).
Namun, Kamis (14/4) pagi saat menikmati sarapan pagi sambil berjemur matahari, Pak Ros tiba-tiba anfal. Keluarga segera melarikannya ke RS, tapi jiwanya tak tertolong. "Kemungkinan beliau menghembuskan napas terakhir dalam perjalanan ke RS," kata dr Noni.
Sebaik-baik wartawan
Pak Rosihan adalah sebaik-baik wartawan Indonesia. Setia menekuni profesi dan konsisten bersikap kritis sesuai amanat profesi hingga akhir hayat. Ia tak pernah diam menghadapi berbagai ketimpangan.
Dia salah satu dari sedikit tokoh pers Indonesia amat penting. Pak Ros mengawali karier sebagai wartawan pada 1942 dan tak pernah berhenti menulis hingga ajal menjemput. Produktivitasnya tiada tanding.
Tidak banyak yang tahu Rosihan masuk RS MMC, 7 Maret lalu, lantaran bergadang sampai pagi merampungkan memoar kisah cintanya dengan istri tercinta, Hj Zuraida Sanawi, yang wafat pada 5 September 2010.