Santri dalam Ekonomi Indonesia

Selasa, 26 Oktober 2021 - 13:12 WIB
loading...
Santri dalam Ekonomi Indonesia
Prof Candra Fajri Ananda Ph.D. Foto/IST
A A A
JAKARTA - Prof Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Kementerian Keuangan RI

HARI Santri yang diperingati pada 22 Oktober menjadi momentum renungan atas kehidupan sosial ekonomi dan budaya saat ini. Seberapa besar nilai-nilai santri sudah diterapkan dalam kehidupan bernegara, berekonomi maupun berinteraksi sosial dan budaya. Inti sari kehidupan santri, bisa didapatkan dari derap napas kehidupan pondok pesantren dalam mencetak santri.

Peran pesantren terhadap kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi tidak dapat dielakkan. Pesantren memiliki keunikan yang tidak dimiliki lembaga pendidikan lain, terutama lembaga pendidikan yang berasal dari Barat. Hadirnya pesantren bukan sebatas sebagai tempat menuntut ilmu bagi para pemuda muslim, tetapi telah ikut dan terlibat memberikan warna sejarah berdirinya republik ini dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Dalam hal Pendidikan, pesantren telah membuktikan dalam menghasilkan SDM unggul yang menjadi pejuang, pemikir bahkan tokoh pergerakan Indonesia, baik sebelum kemerdekaan bahkan sampai pada era reformasi. Saat ini, pesantren dituntut lebih dalam menyiapkan pengembangan teknologi, mempertahankan lingkungan hidup dan pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat sekitarnya. Sehingga, fungsi pesantren seharusnya menjadi pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama, pemikir budaya, pemikir ekonomi (centre of excellence), ingat bahwa Adam Smith pun adalah seorang filsuf dan pendeta, sekaligus menjadi pusat perubahan masyarakat sekitarnya (agent of development).

Baca juga: Banyak Lulusan Pesantren Duduki Jabatan Strategis, Mahfud MD: Kaum Santri Sudah Maju

Bisa dikatakan bahwa pesantren dan santri merupakan arus utama dalam sistem pembangunan manusia, yang berkarakter, mandiri dan inovatif. Dengan kekuatan modal sosial tersebut tentu tidak sulit bagi pesantren dan santri untuk bisa menjadi pionir dalam memajukan perekonomian rakyat Indonesia, apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini.

Pandemi Terkendali, Ekonomi Recovery
Kini, ekonomi Indonesia pun mulai bergerak membaik, dari sisi konsumsi maupun produksi, seiring dengan terkendalinya pandemi. Pengendalian pandemi telah berhasil mendorong peningkatan kinerja industri manufaktur dengan cepat. Terkendalinya pandemi terbukti telah berhasil mendorong aktivitas konsumsi di Indonesia.

Hasil survei konsumen oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2021 berada di level 95,5, naik dari posisi bulan sebelumnya 77,3. Kenaikan keyakinan tersebut seiring dengan relaksasi bertahap atas Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Konsumen lebih optimistis dengan kondisi ekonomi mendatang, terutama perbaikan pada kegiatan usaha di enam bulan ke depan. Hal ini ditandai dengan kenaikan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari level 95,3 pada Agustus 2021 menjadi 118,2.

Selain itu, di sisi produksi, data juga menunjukkan bahwa Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia pada September 2021 telah mencapai level 52,2 atau kembali ke level ekspansif di atas 50, setelah pada Agustus 2021 berada di level 43,7 dan Juli sebesar 40,1. Tak hanya itu, pencapaian kinerja PMI Indonesia kini juga menjadi salah satu yang terbaik di ASEAN.

Baca juga: Perindo Siap Beri Akses Permodalan Kewirausahaan untuk Santri dan Pesantren

Imunitas dan pemulihan ekonomi adalah dua hal yang saling bertaut. Keberhasilan program vaksinasi adalah kunci bagi pemulihan ekonomi, di daerah maupun nasional. Keberhasilan pemulihan ekonomi di daerah akan menunjang pemulihan ekonomi nasional (PEN). Oleh sebab itu, pemerataan program vaksinasi menjadi krusial karena perbedaan stok vaksin dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan pemulihan ekonomi antar daerah di Indonesia.

Sayangnya, capaian vaksinasi di Indonesia masih timpang. Beberapa daerah telah memiliki cakupan vaksinasi yang sangat tinggi, di antaranya adalah DKI Jakarta yang cakupan vaksinasi sudah lebih dari 100% dari target dan Provinsi Bali yang hampir mencapai 100% untuk vaksinasi dosis pertama.

Di sisi lain, ironisnya masih terdapat daerah di Indonesia yang masih memiliki angka cakupan vaksinasi yang sangat rendah. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan masih terdapat 9 daerah yang memiliki capaian vaksinasi di bawah 30% untuk dosis pertama, di antaranya adalah Papua (23,3%), Sumatera Barat (24,88%), Aceh (26,75%), Lampung (27,05%), Sulawaesi Barat (28,05%), Maluku Utara (28,19%), Sulawesi Tengah (28,33%), Bengkulu (28,51%), dan Maluku (28,78%).

Tidak akan ada pemulihan ekonomi tanpa ada pemulihan pandemi. Vaksinasi sebagai alat untuk mencapai target herd immunity mutlak mengharuskan pemerintah untuk mampu menjaga speed vaksinasi di setiap wilayah di Indonesia demi terciptanya pemulihan ekonomi yang merata di Indonesia.
Percepatan vaksin mulai dari distribusi vaksin hingga kesiapan logistik di puskesmas, harus dapat segera diatasi untuk memastikan vaksinasi merata di seluruh Indonesia. Dengan demikian, target herd immunity yang dibuat oleh pemerintah dapat dicapai dengan lebih cepat dan pemulihan ekonomi pun akan turut mengikuti.

Pengusaha Muslim dan Percepatan Pemulihan Ekonomi
Selain percepatan program vaksinasi, percepatan ekonomi juga dapat dicapai dengan memanfaatkan pemberdayaan ekonomi pesantren untuk menciptakan pengusaha muslim di Indonesia. Potensi pemberdayaan ekonomi pesantren bisa lebih dikembangkan untuk memajukan perekonomian masyarakat sekitar.

Model pemberdayaan ekonomi pesantren dikembangkan dan dijalankan secara luas dalam suatu wilayah, misalnya kota atau provinsi, maka bisa dipastikan akan mengurangi jumlah kemiskinan di wilayah tersebut, karena pesantren akan memberikan factor penarik (pull factor) untuk datangnya investasi dan usaha pendukung lainnya. Pada akhirnya, kesejahteraan di daerah tersebut akan meningkat.

Kewirausahaan saat ini menjadi barang yang biasa dikenal dan dilakukan di pesantren. Gubernur Jawa Timur, Bu Khofifah, mengenalkan one pesantren one product (OPOP) sebagai strategi pengembangan dan penguatan ekonomi masyarakat Jawa Timur, mengingat jumlah pesantren yang sangat banyak dan menyebar di wilayah Jawa Timur.

Optimalisasi semua sumber daya yang dimiliki pesantren dapat membantu pemerintah dalam memajukan perekonomian. Para santri, setelah lulus diharapkan bisa menjadi pioneer dalam berwirausaha, tentu dengan modal kegigihan, kemandirian, kebersihan hati dan niat yang kuat sebagai dasar utama dalam berwirausaha. Guna memfasilitasi semangat berwirausaha bagi para santri, pemerintah telah menyiapkan berbagai skema dari sisi keuangan, di antaranya melalui Program Mekaar, KUR, hingga Bank Wakaf Mikro.

Pemerintah memiliki harapan besar agar pesantren dan santri melalui program tersebut kian berperan dalam memperkuat ekonomi umat. Pemerintah juga terus mendorong program-program yang mendukung pesantren dan santri agar dapat berkembang di dunia wirausaha syariah nasional melalui program International Halal Fair, pembagian sertifikasi halal gratis bagi UMKM, webinar Nasional Wakaf Produktif, dan kerja sama MES Lembaga lain yang mampu mendorong akselerasi pengembangan usaha.

Hari santri mampu menggugah kita kembali untuk mendorong para pemuda muslim agar dapat terus belajar dan membangun budaya bisnis dan berinovasi bukan hanya mencari kejayaan duniawi tetapi lebih mulia untuk keadilan yang hakiki dan kemanusiaan (fil ardhi). Semoga.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2119 seconds (0.1#10.140)