Creative Destruction

Selasa, 21 April 2020 - 16:01 WIB
loading...
A A A
Menurut Schumpeter, terdapat dua hal yang akan memantik revolusi ekonomi yakni kreativitas dan inovasi, di mana Schumpeter menyebutnya sebagai “Creative Destruction”. Hanya kreativitas dan inovasilah yang akan merubah struktur ekonomi dari dalam, menghancurkan model lama secara instan, dan secara instan pula menciptakan model ekonomi baru (Schumpeter, 1950).

Saat ini yang diperlukan Indonesia adalah kreativitas dan inovasi, baik dalam produksi maupun perdagangan dan distribusi. Produk baru, metode produksi baru, sumber bahan baku baru, eksploitasi pasar baru, cara bisnis baru merupakan tipe inovasi yang dapat dilakukan oleh pemilik bisnis untuk melakukan transformasi pada bisnisnya. Bila kelima cara ini terus dilakukan, maka bisnis akan menjadi lebih dinamis dan lebih mungkin untuk sustain.

Pada beberapa tahun terakhir, inovasi dan kreativitas dalam dunia usaha ditunjukkan secara nyata oleh Gojek dan Grab. Inovasi tersebut berpotensi mendisrupsi bisnis transportasi konvensional. Tak hanya itu, berbagai media online berbasis internet telah menggerus bisnis media cetak (surat kabar dan majalah) bahkan mengancam bisnis televisi, bahkan kini juga toko online telah berhasil mengubah cara orang berbelanja.

Meski inovasi dan kreativitas tersebut mendisrupsi bisnis konvensional yang telah ada, namun tak dapat dipungkiri bahwa kehadiran teknologi bersamaan dengan inovasi dan kreativitas mampu menghasilkan lapangan kerja baru dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian.

Kretifitas yang diperlukan saat ini tentu mereformulasi cara bisnis menjadi lebih efisien dan terbuka dalam menerima nilai-nilai baru. Inovasi dan kreativitas adalah komponen penting dalam menciptakan sebuah peluang usaha mencapai efisiensi. Semua bisnis atau usaha yang maju dan berkembang menerapkan upaya kreatif dan inovatif. Tanpa itu, Indonesia akan menjalani kehidupan yang sama seperti periode sebelumnya

New Normal?
Teknologi informasi telah mengubah manusia dari peradaban time series menjadi real time. Wabah Covid-19 memaksa masyarakat dari berbagai usia dan golongan untuk mulai “melek” dan beradaptasi dengan teknologi. Pembatasan sosial memaksa kegiatan pendidikan dari mulai jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi melaksakan kegiatan belajar mengajar dari rumah masing-masing secara daring.

Beberapa perusahaan swasta menerapkan pola bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH). Langkah mengejutkan pun dilakukan oleh instansi pemerintah yang juga pola WFH. Kebijakan WFH di instansi pemerintah bisa jadi merupakan terobosan yang unik, bahkan mungkin baru pertama kali dilakukan di sektor publik.

Berawal dari keterbatasan kondisi, nyatanya segala kesibukan yang tidak pernah terbayang dapat dilakukan melalui daring secara berkesinambungan, bahkan kini mampu menghasilkan output yang rata-rata tetap tercapai sesuai target dengan standar yang baik.

Hanya dalam hitungan bulan, virus corona telah mengubah cara hidup dan kondisi masyarakat dunia. Aktivitas ekonomi dan transportasi yang dibatasi juga juga turut berdampak pada lingkungan.

Di China, emisi turun 25% pada awal tahun karena orang diperintahkan untuk tinggal di rumah dan banyak pabrik yang tutup. Penggunaan batu bara di negara ini juga turun 40% pada enam pembangkit listrik terbesar China sejak kuartal terakhir di 2019.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2277 seconds (0.1#10.140)