Creative Destruction
loading...
A
A
A
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan Republik Indonesia
EPIDEMI coronavirus (Covid-19) yang secara resmi telah dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai pandemi telah memaksa masyarakat untuk berubah dalam beraktivitas sosial, ekonomi bahkan berorganisasi di seluruh dunia. Kesadaran bahwa hidup kita akan berubah sebagai dampak covid-19, bahkan untuk beberapa waktu ke depan mulai mengakar.
Covid-19 ini menyebabkan banyak orang menjadi lebih berhati-hati dalam kehidupan. Sejumlah negara telah mulai melakukan langkah radikal dalam bentuk pembatasan sosial untuk meminimalisasi persebaran dari Covid-19. Berawal dari paksaan atas keterbatasan kondisi tersebut, kini mulai memberikan kebiasaan baru bagi masyarakat di sejumlah negara.
Tak sedikit dari masyarakat yang pada awalnya menduga bahwa langkah-langkah melawan Covid-19 melalui pembatasan sosial hanya sementara, bahwa Covid-19 ini hanya beberapa minggu atau bahkan bulan saja. Ternyata ini akan bisa berlangsung lumayan lama, terutama melihat kasus di Wuhan, yang ternyata gejala kemunculan pasien baru juga muncul kembali.
Kita semua tentu sangat berharap, bahwa dengan segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, covid-19 ini akan menghilang di Bumi Indonesia. Semoga.
Hal yang pasti terjadi adalah kondisi yang terjadi saat ini, memaksa kita semua untuk berinovasi untuk tetap bertahan baik dalam kegiatan ekonomi, dalam pemberian layanan pada masyarakat, termasuk didalam menjalankan urusan-urusan bisnis. Kemampuan kita untuk dapat segera beradaptasi dengan segala keterbatasan yang ada, termasuk dalam dunia bisnis adalah kunci kita untuk bertahan dalam situasi seperti ini.
Kreativitas dan Inovasi untuk Bertahan
Munculnya Covid-19 membawa kejutan tersendiri bagi dunia bisnis. Perubahan aktivitas dan pola hidup masyarakat akibat pembatasan sosial memberikan dampak signifikan bagi kelangsungan dunia usaha. Kondisi ini menyebabkan munculnya supply and demand shock secara bersamaan.
Berdasarkan kajian yang sudah dilakuan, pandemi ini tidak hanya menghambat persediaan barang, namun juga melemahkan permintaan masyarakat. Covid-19 membuat pergerakan konsumen semakin jarang untuk keluar rumah, sehingga frekuensi transaksi akan relatif lebih rendah, akhirnya mendorong tingkat konsumsi menurun drastis.
Secara psikologis, Covid-19 membuat para pelaku ekonomi menghadapi ketidakpastian, sehingga konsumen dan perusahaan akan cenderung melakukan “wait and see” dalam keputusan ekonominya, atau dengan kata lain menahan kegiatan konsumsi, produksi dan bahkan investasinya.
Sebelum banyak perusahaan tutup atau merugi akibat perubahan pola dan saluran konsumsi masyarakat yang terjadi saat ini, ternyata jauh di awal abad 20 hal ini telah sejak lama diramalkan oleh seorang ekonom kebangsaan Austria yang kemudian menjadi guru besar di Harvard, Joseph Alois Schumpeter.
Menurut Schumpeter, terdapat dua hal yang akan memantik revolusi ekonomi yakni kreativitas dan inovasi, di mana Schumpeter menyebutnya sebagai “Creative Destruction”. Hanya kreativitas dan inovasilah yang akan merubah struktur ekonomi dari dalam, menghancurkan model lama secara instan, dan secara instan pula menciptakan model ekonomi baru (Schumpeter, 1950).
Saat ini yang diperlukan Indonesia adalah kreativitas dan inovasi, baik dalam produksi maupun perdagangan dan distribusi. Produk baru, metode produksi baru, sumber bahan baku baru, eksploitasi pasar baru, cara bisnis baru merupakan tipe inovasi yang dapat dilakukan oleh pemilik bisnis untuk melakukan transformasi pada bisnisnya. Bila kelima cara ini terus dilakukan, maka bisnis akan menjadi lebih dinamis dan lebih mungkin untuk sustain.
Pada beberapa tahun terakhir, inovasi dan kreativitas dalam dunia usaha ditunjukkan secara nyata oleh Gojek dan Grab. Inovasi tersebut berpotensi mendisrupsi bisnis transportasi konvensional. Tak hanya itu, berbagai media online berbasis internet telah menggerus bisnis media cetak (surat kabar dan majalah) bahkan mengancam bisnis televisi, bahkan kini juga toko online telah berhasil mengubah cara orang berbelanja.
Meski inovasi dan kreativitas tersebut mendisrupsi bisnis konvensional yang telah ada, namun tak dapat dipungkiri bahwa kehadiran teknologi bersamaan dengan inovasi dan kreativitas mampu menghasilkan lapangan kerja baru dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian.
Kretifitas yang diperlukan saat ini tentu mereformulasi cara bisnis menjadi lebih efisien dan terbuka dalam menerima nilai-nilai baru. Inovasi dan kreativitas adalah komponen penting dalam menciptakan sebuah peluang usaha mencapai efisiensi. Semua bisnis atau usaha yang maju dan berkembang menerapkan upaya kreatif dan inovatif. Tanpa itu, Indonesia akan menjalani kehidupan yang sama seperti periode sebelumnya
New Normal?
Teknologi informasi telah mengubah manusia dari peradaban time series menjadi real time. Wabah Covid-19 memaksa masyarakat dari berbagai usia dan golongan untuk mulai “melek” dan beradaptasi dengan teknologi. Pembatasan sosial memaksa kegiatan pendidikan dari mulai jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi melaksakan kegiatan belajar mengajar dari rumah masing-masing secara daring.
Beberapa perusahaan swasta menerapkan pola bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH). Langkah mengejutkan pun dilakukan oleh instansi pemerintah yang juga pola WFH. Kebijakan WFH di instansi pemerintah bisa jadi merupakan terobosan yang unik, bahkan mungkin baru pertama kali dilakukan di sektor publik.
Berawal dari keterbatasan kondisi, nyatanya segala kesibukan yang tidak pernah terbayang dapat dilakukan melalui daring secara berkesinambungan, bahkan kini mampu menghasilkan output yang rata-rata tetap tercapai sesuai target dengan standar yang baik.
Hanya dalam hitungan bulan, virus corona telah mengubah cara hidup dan kondisi masyarakat dunia. Aktivitas ekonomi dan transportasi yang dibatasi juga juga turut berdampak pada lingkungan.
Di China, emisi turun 25% pada awal tahun karena orang diperintahkan untuk tinggal di rumah dan banyak pabrik yang tutup. Penggunaan batu bara di negara ini juga turun 40% pada enam pembangkit listrik terbesar China sejak kuartal terakhir di 2019.
Pandemi global Covid-19 juga telah mengubah lingkungan sosial masyarakat. Adanya wabah ini membuat semua elemen bekerja sama mengatasi virus corona. Di Indonesia sendiri telah banyak bantuan atau donasi yang digalakkan oleh berbagai kalangan.
Dukungan dan gerakan physical distancing juga turut mengubah kebiasaan hidup masyarakat. Dengan menjaga jarak antarindividu, kita dibentuk untuk lebih menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri serta orang lain. Wabah ini juga telah mengubah pola pikir masyarakat untuk hidup sehat.
Tidak ada yang mampu memprediksi secara pasti kapan wabah ini akan berakhir. Kini, masyarakat tidak perlu terlalu fokus pada kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan. Hanya perlu memastikan bahwa diri kita untuk selalu tenang dan waspada dengan melakukan tindakan-tindakan pencegahan terhadap segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Hal yang terpenting ialah hadapi, jalani dan tetap waspada dalam kondisi apapun. Mari kita coba untuk melihat peluang dari segala situasi dan kondisi yang saat ini kita hadapi, karena hal tersebut akan mengubah sudut pandang dan cara kita berpikir. It’s time to change, be more efficient and effective.
Staf Khusus Menteri Keuangan Republik Indonesia
EPIDEMI coronavirus (Covid-19) yang secara resmi telah dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai pandemi telah memaksa masyarakat untuk berubah dalam beraktivitas sosial, ekonomi bahkan berorganisasi di seluruh dunia. Kesadaran bahwa hidup kita akan berubah sebagai dampak covid-19, bahkan untuk beberapa waktu ke depan mulai mengakar.
Covid-19 ini menyebabkan banyak orang menjadi lebih berhati-hati dalam kehidupan. Sejumlah negara telah mulai melakukan langkah radikal dalam bentuk pembatasan sosial untuk meminimalisasi persebaran dari Covid-19. Berawal dari paksaan atas keterbatasan kondisi tersebut, kini mulai memberikan kebiasaan baru bagi masyarakat di sejumlah negara.
Tak sedikit dari masyarakat yang pada awalnya menduga bahwa langkah-langkah melawan Covid-19 melalui pembatasan sosial hanya sementara, bahwa Covid-19 ini hanya beberapa minggu atau bahkan bulan saja. Ternyata ini akan bisa berlangsung lumayan lama, terutama melihat kasus di Wuhan, yang ternyata gejala kemunculan pasien baru juga muncul kembali.
Kita semua tentu sangat berharap, bahwa dengan segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, covid-19 ini akan menghilang di Bumi Indonesia. Semoga.
Hal yang pasti terjadi adalah kondisi yang terjadi saat ini, memaksa kita semua untuk berinovasi untuk tetap bertahan baik dalam kegiatan ekonomi, dalam pemberian layanan pada masyarakat, termasuk didalam menjalankan urusan-urusan bisnis. Kemampuan kita untuk dapat segera beradaptasi dengan segala keterbatasan yang ada, termasuk dalam dunia bisnis adalah kunci kita untuk bertahan dalam situasi seperti ini.
Kreativitas dan Inovasi untuk Bertahan
Munculnya Covid-19 membawa kejutan tersendiri bagi dunia bisnis. Perubahan aktivitas dan pola hidup masyarakat akibat pembatasan sosial memberikan dampak signifikan bagi kelangsungan dunia usaha. Kondisi ini menyebabkan munculnya supply and demand shock secara bersamaan.
Berdasarkan kajian yang sudah dilakuan, pandemi ini tidak hanya menghambat persediaan barang, namun juga melemahkan permintaan masyarakat. Covid-19 membuat pergerakan konsumen semakin jarang untuk keluar rumah, sehingga frekuensi transaksi akan relatif lebih rendah, akhirnya mendorong tingkat konsumsi menurun drastis.
Secara psikologis, Covid-19 membuat para pelaku ekonomi menghadapi ketidakpastian, sehingga konsumen dan perusahaan akan cenderung melakukan “wait and see” dalam keputusan ekonominya, atau dengan kata lain menahan kegiatan konsumsi, produksi dan bahkan investasinya.
Sebelum banyak perusahaan tutup atau merugi akibat perubahan pola dan saluran konsumsi masyarakat yang terjadi saat ini, ternyata jauh di awal abad 20 hal ini telah sejak lama diramalkan oleh seorang ekonom kebangsaan Austria yang kemudian menjadi guru besar di Harvard, Joseph Alois Schumpeter.
Menurut Schumpeter, terdapat dua hal yang akan memantik revolusi ekonomi yakni kreativitas dan inovasi, di mana Schumpeter menyebutnya sebagai “Creative Destruction”. Hanya kreativitas dan inovasilah yang akan merubah struktur ekonomi dari dalam, menghancurkan model lama secara instan, dan secara instan pula menciptakan model ekonomi baru (Schumpeter, 1950).
Saat ini yang diperlukan Indonesia adalah kreativitas dan inovasi, baik dalam produksi maupun perdagangan dan distribusi. Produk baru, metode produksi baru, sumber bahan baku baru, eksploitasi pasar baru, cara bisnis baru merupakan tipe inovasi yang dapat dilakukan oleh pemilik bisnis untuk melakukan transformasi pada bisnisnya. Bila kelima cara ini terus dilakukan, maka bisnis akan menjadi lebih dinamis dan lebih mungkin untuk sustain.
Pada beberapa tahun terakhir, inovasi dan kreativitas dalam dunia usaha ditunjukkan secara nyata oleh Gojek dan Grab. Inovasi tersebut berpotensi mendisrupsi bisnis transportasi konvensional. Tak hanya itu, berbagai media online berbasis internet telah menggerus bisnis media cetak (surat kabar dan majalah) bahkan mengancam bisnis televisi, bahkan kini juga toko online telah berhasil mengubah cara orang berbelanja.
Meski inovasi dan kreativitas tersebut mendisrupsi bisnis konvensional yang telah ada, namun tak dapat dipungkiri bahwa kehadiran teknologi bersamaan dengan inovasi dan kreativitas mampu menghasilkan lapangan kerja baru dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian.
Kretifitas yang diperlukan saat ini tentu mereformulasi cara bisnis menjadi lebih efisien dan terbuka dalam menerima nilai-nilai baru. Inovasi dan kreativitas adalah komponen penting dalam menciptakan sebuah peluang usaha mencapai efisiensi. Semua bisnis atau usaha yang maju dan berkembang menerapkan upaya kreatif dan inovatif. Tanpa itu, Indonesia akan menjalani kehidupan yang sama seperti periode sebelumnya
New Normal?
Teknologi informasi telah mengubah manusia dari peradaban time series menjadi real time. Wabah Covid-19 memaksa masyarakat dari berbagai usia dan golongan untuk mulai “melek” dan beradaptasi dengan teknologi. Pembatasan sosial memaksa kegiatan pendidikan dari mulai jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi melaksakan kegiatan belajar mengajar dari rumah masing-masing secara daring.
Beberapa perusahaan swasta menerapkan pola bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH). Langkah mengejutkan pun dilakukan oleh instansi pemerintah yang juga pola WFH. Kebijakan WFH di instansi pemerintah bisa jadi merupakan terobosan yang unik, bahkan mungkin baru pertama kali dilakukan di sektor publik.
Berawal dari keterbatasan kondisi, nyatanya segala kesibukan yang tidak pernah terbayang dapat dilakukan melalui daring secara berkesinambungan, bahkan kini mampu menghasilkan output yang rata-rata tetap tercapai sesuai target dengan standar yang baik.
Hanya dalam hitungan bulan, virus corona telah mengubah cara hidup dan kondisi masyarakat dunia. Aktivitas ekonomi dan transportasi yang dibatasi juga juga turut berdampak pada lingkungan.
Di China, emisi turun 25% pada awal tahun karena orang diperintahkan untuk tinggal di rumah dan banyak pabrik yang tutup. Penggunaan batu bara di negara ini juga turun 40% pada enam pembangkit listrik terbesar China sejak kuartal terakhir di 2019.
Pandemi global Covid-19 juga telah mengubah lingkungan sosial masyarakat. Adanya wabah ini membuat semua elemen bekerja sama mengatasi virus corona. Di Indonesia sendiri telah banyak bantuan atau donasi yang digalakkan oleh berbagai kalangan.
Dukungan dan gerakan physical distancing juga turut mengubah kebiasaan hidup masyarakat. Dengan menjaga jarak antarindividu, kita dibentuk untuk lebih menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri serta orang lain. Wabah ini juga telah mengubah pola pikir masyarakat untuk hidup sehat.
Tidak ada yang mampu memprediksi secara pasti kapan wabah ini akan berakhir. Kini, masyarakat tidak perlu terlalu fokus pada kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan. Hanya perlu memastikan bahwa diri kita untuk selalu tenang dan waspada dengan melakukan tindakan-tindakan pencegahan terhadap segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Hal yang terpenting ialah hadapi, jalani dan tetap waspada dalam kondisi apapun. Mari kita coba untuk melihat peluang dari segala situasi dan kondisi yang saat ini kita hadapi, karena hal tersebut akan mengubah sudut pandang dan cara kita berpikir. It’s time to change, be more efficient and effective.
(poe)