Sumbang Plasma, Selamatkan Jiwa Sesama
loading...
A
A
A
JAKARTA - "Di masa-masa sulit ini sebisa mungkin kita bisa berguna buat yang lain. Jika punya kemampuan membantu orang, misalnya melalui donor plasma , mengapa tidak, saya kira itu okeuntuk kita lakukan saat ini."
Kalimat tersebut diungkapkan Felix, 31 tahun, salah seorang penyintas Covid-19 . Warga Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ini mengungkap alasan ketika ditanya mengapa ia tergerak melakukan donor plasma konvalesen.
Dia menyumbangkan plasma darahnya kepada seorang pasien Covid-19 yang saat ini tengah dirawat di salah satu rumah sakit di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Felix pmendapatkan info ada pasien Covid-19 yang membutuhkan plasma konvalesen dengan jenis darah O dari salah satu teman SMA-nya di grup WhatsApp.
"Saya lalu datang ke PMI DKI di Jalan Kramat Raya,di sana bertemu dengan istri pasien yang membutuhkan plasma saya. Senang akhirnya bisa membantu," ujar pria yang sembuh dari Covid-19 pada April 2021 ini, saat dihubungi kemarin.
Felix hanya satu dari sekian banyak penyintas Covid-19 yang tergerak menyumbangkan plasma darahnya untuk kesembuhan orang lain. Kebutuhan plasma konvalesen memang meningkat tajam dalam sebulan terakhir seiring terus melonjaknya jumlah penderita Covid-19. Permintaan banyak datang dari masyarakat yang berdomisili di Jabodetabek, salah satu kawasan episentrum Covid-19 di Tanah Air.
Donor plasma konvalesen merupakan salah satu metode imunisasi pasif yang dilakukan dengan cara memberikan plasma darah orang yang telah sembuh dari Covid-19, kepada pasien Covid-19 yang sedang dirawat. Plasma dari penyintas yang memiliki antibodi tersebut diyakini banyak orang efektif dan ampuh membantu pasien untuk sembuh. Terapi plasma konvalesen (TPK) umumnya diberikan kepada pasien komorbid atau yang bergejala berat serta kritis atas rekomendasi dari dokter.
Kepala Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta Niken Ritchie mengakui terjadi peningkatan permintaan darah di PMI DKI Jakarta dalam beberapa pekan terakhir, yakni sejak gelombang kedua pandemi melanda pada sekitar awal Juni 2021. Sebelumnya jumlah pendonor setiap harinya hanya 10-15 orang saja, dan plasma yang dikirim ke rumah sakit hanya sekitar 30 kantong. Namun, terjadi lonjakan permintaan, hingga kebutuhan saat ini mencapai ratusan kantong tiap hari.
Jika diintegrasikan dengan data 2 juta penyintas Covid-19 yang sembuh hingga saat ini, sudah semestinya kebutuhan plasma tersebut bisa dioptimalkan. Selain manajemen yang tak terkelola baik, Dedi menduga persoalan tersebut disinyalir karena belum banyak masyarakat yang paham tentang plasma konvalesen dan seberapa besar manfaatnya bagi pasien Covid-19.
Kalimat tersebut diungkapkan Felix, 31 tahun, salah seorang penyintas Covid-19 . Warga Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ini mengungkap alasan ketika ditanya mengapa ia tergerak melakukan donor plasma konvalesen.
Dia menyumbangkan plasma darahnya kepada seorang pasien Covid-19 yang saat ini tengah dirawat di salah satu rumah sakit di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Felix pmendapatkan info ada pasien Covid-19 yang membutuhkan plasma konvalesen dengan jenis darah O dari salah satu teman SMA-nya di grup WhatsApp.
"Saya lalu datang ke PMI DKI di Jalan Kramat Raya,di sana bertemu dengan istri pasien yang membutuhkan plasma saya. Senang akhirnya bisa membantu," ujar pria yang sembuh dari Covid-19 pada April 2021 ini, saat dihubungi kemarin.
Felix hanya satu dari sekian banyak penyintas Covid-19 yang tergerak menyumbangkan plasma darahnya untuk kesembuhan orang lain. Kebutuhan plasma konvalesen memang meningkat tajam dalam sebulan terakhir seiring terus melonjaknya jumlah penderita Covid-19. Permintaan banyak datang dari masyarakat yang berdomisili di Jabodetabek, salah satu kawasan episentrum Covid-19 di Tanah Air.
Donor plasma konvalesen merupakan salah satu metode imunisasi pasif yang dilakukan dengan cara memberikan plasma darah orang yang telah sembuh dari Covid-19, kepada pasien Covid-19 yang sedang dirawat. Plasma dari penyintas yang memiliki antibodi tersebut diyakini banyak orang efektif dan ampuh membantu pasien untuk sembuh. Terapi plasma konvalesen (TPK) umumnya diberikan kepada pasien komorbid atau yang bergejala berat serta kritis atas rekomendasi dari dokter.
Kepala Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta Niken Ritchie mengakui terjadi peningkatan permintaan darah di PMI DKI Jakarta dalam beberapa pekan terakhir, yakni sejak gelombang kedua pandemi melanda pada sekitar awal Juni 2021. Sebelumnya jumlah pendonor setiap harinya hanya 10-15 orang saja, dan plasma yang dikirim ke rumah sakit hanya sekitar 30 kantong. Namun, terjadi lonjakan permintaan, hingga kebutuhan saat ini mencapai ratusan kantong tiap hari.
Jika diintegrasikan dengan data 2 juta penyintas Covid-19 yang sembuh hingga saat ini, sudah semestinya kebutuhan plasma tersebut bisa dioptimalkan. Selain manajemen yang tak terkelola baik, Dedi menduga persoalan tersebut disinyalir karena belum banyak masyarakat yang paham tentang plasma konvalesen dan seberapa besar manfaatnya bagi pasien Covid-19.