Satu Tahun Jadi Jubir Covid-19, Reisa Broto Asmoro: Ini Bukan Tentang Angka

Selasa, 15 Juni 2021 - 15:52 WIB
loading...
A A A
Mereka tidak akan membiarkan pemerintah untuk bekerja sendiri. Sebab gotong-royong antar individu dan komunitas adalah senjata rahasia di balik upaya mengatasi pandemi di negeri ini.

Reisa pun mengisahkan beberapa kisah yang terjadi selama pandemi dan seringkali membuat takjub. Salah satunya, seorang siswa sekolah perawat yang mengajukan diri sebagai anggota tim 'Cobra' di Wisma Atlet.

Kemudian, seorangstand-up comicatau komedian yang menggunakan ponselnya untuk membuat para penontonnya tertawa terpingkal-pingkal di rumah atau fasilitas karantina pemerintah saat menjalani isolasi atau perawatan. Tak lupa, seorang warga Surabaya bernama Ika Dewi Maharani yang menjadi supir ambulans perempuan pertama yang mengantar pasien ke Wisma Atlet.

Selain itu, sebuah kisah luar biasa telah diceritakan Reisa tentang dr Andani Eka Putra, seorang Kepala Penelitian Penyakit Menular dan Diagnostik Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.

Didorong oleh mimpi untuk melihat negara dan rakyatnya aman dari pandemi ini, dr Andani menggunakan tabungan pribadinya sebesar Rp850 juta untuk membangun laboratorium pengujian sampel Covid-19. Dia membuka pintu labnya dan menyediakan pengujian sampel secara gratis.

Hingga akhirnya memasuki bulan keenam sejak program vaksinasi digulirkan, masyarakat Indonesia mengantri di pos dan sentra vaksinasi. Tidak hanya mengantri untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk mendampingi lansia, guru, dan tokoh agama divaksinasi. Moda transportasi mobil, bus, ojek online, dan bahkan becak, digunakan untuk mengangkut lansia menemui petugas vaksinasi.

"Beginilah cara orang Indonesia mempersonifikasikan ungkapan, 'no one is safe until everyone is safe' (tidak ada yang aman sampai semua orang aman)," ucap Reisa.

Meski begitu, menurutnya, masyarakat Indonesia adalah salah satu yang beruntung. Sebab lebih dari 90 juta dosis Coronavac dari Sinovac, AstraZeneca dari Covax dan Sinopharm telah mendarat di bandara Soekarno Hatta dan sudah disuntikkan ke lebih dari dua puluh juta orang Indonesia.

Bahkan, berbagai perguruan tinggi berkomitmen mengembangkan Vaksin Merah Putih dalam rangka menguatkan kemandirian. Para ilmuwan dari Lembaga Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Airlangga, Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Padjajaran kini tengah berlomba mengembangkan vaksin produksi Indonesia.

"Pandemi mungkin sedikit melemahkan kita, tetapi juga telah menunjukkan resiliensi dan ketangguhan kita. Itulah hikmah dari serangkaian kegiatan komunikasi saya kepada publik sebagai jubir," tuturnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1376 seconds (0.1#10.140)