Satu Tahun Jadi Jubir Covid-19, Reisa Broto Asmoro: Ini Bukan Tentang Angka
loading...
A
A
A
Oleh karena itu, di pekan yang menjadi tahun pertama pengabdiannya sebagai Juru Bicara Penanganan dan Vaksinasi Covid-19 untuk pemerintah ini, Reisa ingin menyegarkan ingatan mengenai perjalanan yang menempatkannya di tempat ini, bermula dari dua kasus positif ibu dan anak, tahun lalu di Depok.
Kasus pertama dan kedua Covid-19 di Indonesia ini memicu perdebatan tentang bagaimana masyarakat harus menanggapi kejujuran dan keberanian orang yang secara terbuka menyatakan status kesehatan mereka. Covid-19 telah mengubah hidup masyarakat, terutama bagaimana privasi mereka direnggut demi konten media sosial yang sensasional.
Namun, stigmatisasi terhadap pasien Covid-19 tidak berumur lama. "Hari ini, kita malah melihat banyak orang malah saling membantu dan mendukung tetangga mereka. Bahkan, menyemangati orang-orang yang mereka tidak kenal sebelumnya, yang sedang melalui masa isolasi untuk sembuh dari infeksi," tutur Reisa.
Saat ini, telah banyak inisiatif berdasarkan solidaritas tinggi yang menulari berbagai kelompok di seluruh Indonesia. Mereka saling membantu dengan orang lain yang bukan hanya pasien Covid-19, tetapi juga mereka yang terkena dampak krisis ekonomi.
Inisiatif'Desa Tangguh dan Jogo Tonggo'adalah contoh hal baik yang menular. Gerakan yang secara harfiah berarti 'menjaga tetangga Anda' ini merupakan inspirasi Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat berskala Mikro (PPKM Mikro)
Meski dengan sebutan yang bervariasi di 34 provinsi, tapi semangat yang sama untuk saling peduli dan mengawasi, atau bahkan saling merawat anggota masyarakat membutuhkan telah meluas di seluruh pelosok negeri. Tentunya, pemerintah terus mencari cara untuk mencegah lebih banyak kematian dan memastikan masyarakat semakin aman dari ancaman virus Corona ini.
Kapasitas pengujian sampel (testing) telah meningkat dari 10 ribu menjadi lebih dari 50.000 sampel setiap hari. Jumlah laboratorium telah berkembang menjadi sekitar 800 laboratorium di seluruh negeri.
"Ini adalah komitmen meningkatkan 3T (Testing,Tracing and Treatment) atau tes, telusur dan terapi yang ditekankan Presiden Joko Widodo sejak awal pandemi," ucapnya.
Peningkatan ini dimungkinkan dengan dukungan dari puluhan ributracersatau petugas pelacak kasus yang merupakan gabungan dari tenaga Kesehatan, dan polisi dan prajurit TNI. Ribuan relawan juga direkrut dan dilatih untuk mendukungtracing, dan berbagai tugas yang biasa diemban tenaga kesehatan.
Mereka bertugas mulai dari penyedia layanan kesehatan tingkat terendah, seperti puskesmas sampai dengan di rumah-rumah sakit rujukan. Pandemi telah mengambil alih hampir 90 persen dari layanan yang disediakan oleh fasilitas kesehatan tingkat mana pun.
Kasus pertama dan kedua Covid-19 di Indonesia ini memicu perdebatan tentang bagaimana masyarakat harus menanggapi kejujuran dan keberanian orang yang secara terbuka menyatakan status kesehatan mereka. Covid-19 telah mengubah hidup masyarakat, terutama bagaimana privasi mereka direnggut demi konten media sosial yang sensasional.
Namun, stigmatisasi terhadap pasien Covid-19 tidak berumur lama. "Hari ini, kita malah melihat banyak orang malah saling membantu dan mendukung tetangga mereka. Bahkan, menyemangati orang-orang yang mereka tidak kenal sebelumnya, yang sedang melalui masa isolasi untuk sembuh dari infeksi," tutur Reisa.
Saat ini, telah banyak inisiatif berdasarkan solidaritas tinggi yang menulari berbagai kelompok di seluruh Indonesia. Mereka saling membantu dengan orang lain yang bukan hanya pasien Covid-19, tetapi juga mereka yang terkena dampak krisis ekonomi.
Inisiatif'Desa Tangguh dan Jogo Tonggo'adalah contoh hal baik yang menular. Gerakan yang secara harfiah berarti 'menjaga tetangga Anda' ini merupakan inspirasi Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat berskala Mikro (PPKM Mikro)
Meski dengan sebutan yang bervariasi di 34 provinsi, tapi semangat yang sama untuk saling peduli dan mengawasi, atau bahkan saling merawat anggota masyarakat membutuhkan telah meluas di seluruh pelosok negeri. Tentunya, pemerintah terus mencari cara untuk mencegah lebih banyak kematian dan memastikan masyarakat semakin aman dari ancaman virus Corona ini.
Kapasitas pengujian sampel (testing) telah meningkat dari 10 ribu menjadi lebih dari 50.000 sampel setiap hari. Jumlah laboratorium telah berkembang menjadi sekitar 800 laboratorium di seluruh negeri.
"Ini adalah komitmen meningkatkan 3T (Testing,Tracing and Treatment) atau tes, telusur dan terapi yang ditekankan Presiden Joko Widodo sejak awal pandemi," ucapnya.
Peningkatan ini dimungkinkan dengan dukungan dari puluhan ributracersatau petugas pelacak kasus yang merupakan gabungan dari tenaga Kesehatan, dan polisi dan prajurit TNI. Ribuan relawan juga direkrut dan dilatih untuk mendukungtracing, dan berbagai tugas yang biasa diemban tenaga kesehatan.
Mereka bertugas mulai dari penyedia layanan kesehatan tingkat terendah, seperti puskesmas sampai dengan di rumah-rumah sakit rujukan. Pandemi telah mengambil alih hampir 90 persen dari layanan yang disediakan oleh fasilitas kesehatan tingkat mana pun.