Berpuasa Aman dan Sehat di Tengah Wabah
loading...
A
A
A
“Kalau melihat ramainya jalan sekarang bisa jadi. Vaksin ini menciptakan euoforia bahwa masyarakat bisa beraktifitas normal lagi,” ungkapnya.
Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan pelaksanaan ibadah di saat pandemi harus dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat. Masyarakat jangan sampai lengah dalam menjalankan prokes yang berlaku. Jika lengah, maka angka kasus akan bertambah.
Dia menegaskan pemerintah dan masyarakat harus benar jika ingin menekan angka kasus. Dari sisi pemerintah, jangan membuat informasi yang tidak tepat dengan mengatakan saat ini jumlah penderita turun padahal yang sebenarnya terjadi tidak demikian. Pasalnya, hal itu akan berpengaruh pada sikap masyarakat yang menjadi lebih kendor dalam menjaga protokol kesehatan.
“Pemerintah dan masyarakat harus benar. Harus memberi informasi yang benar, menanggulangi dengan benar dan masyarakat akan bersikap benar. Sekarang pemerintah salah informasi kalau kasus sudah turun,” ucapnya.
Miko mengingatkan, jika informasi yang diberikan tidak benar maka sikap masyarakat pun akan berpengaruh. Masyarakat bisa jadi menjadi tidak terlalu ketat menjaga prokes ketika diinformasikan jumlah kasus turun. “Jadi harus diberikan informasi yang benar. Jangan sampai dibilang turun kasusnya sehingga masyarakat jadi kurang menerapkan prokes,” tukasnya.
Baca juga: Mentadabburi dan Mengakrabi Al-Qur'an di Malam-malam Ramadhan
Lebih jauh dia meminga pemerintah tidak memberikan harapan palsu pada masyarakat. Jika hal itu dilakukan maka masyarakat akan lebih ketat lagi menjaga prokes. Dalam melakukan penghitungan pun perlu diperhatikan jumlah orang tanpa gejala (OTG) yang mencapai 80% dari jumlah kasus yang ada.
“Harusnya diinformasikan pada masyakat jadi tahu kasusnya yang seharusnya ada di masyarakat. Jangan biarkan OTG berkeliaran, sekarang oleh pemerintah OTG dibiarkan berkeliaran,” tegasnya.
Perkuat Imunitas
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito meimenilai masyarakat tidak usah khawatir terhadap sistem imunitas tubuh, meskipun harus menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Menurutnya sudah banyak studi yang menyatakan bahwa puasa yang setidaknya dilakukan selama 3 hari akan efektif membantu proses peremajaan sistem imun melalui produksi sel darah putih baru.
Imunitas juga dapat diperkuat dengan upaya lainnya seperti menjaga asupan yang berkualitas. Seperti mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat sebagai sumber kalori, yang dapat berupa nasi, roti, dan lainnya. Makanan lain yang bisa dimakan setiap hari seperti telur, ikan, atau daging harus dimakan dan menjadi sumber protein yang merupakan pembentuk imun dan jaringan tubuh lainnya. Sayur dan buah juga tetap harus dimakan dengan rutin untuk mendapatkan mikronutrien esensial.
Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan pelaksanaan ibadah di saat pandemi harus dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat. Masyarakat jangan sampai lengah dalam menjalankan prokes yang berlaku. Jika lengah, maka angka kasus akan bertambah.
Dia menegaskan pemerintah dan masyarakat harus benar jika ingin menekan angka kasus. Dari sisi pemerintah, jangan membuat informasi yang tidak tepat dengan mengatakan saat ini jumlah penderita turun padahal yang sebenarnya terjadi tidak demikian. Pasalnya, hal itu akan berpengaruh pada sikap masyarakat yang menjadi lebih kendor dalam menjaga protokol kesehatan.
“Pemerintah dan masyarakat harus benar. Harus memberi informasi yang benar, menanggulangi dengan benar dan masyarakat akan bersikap benar. Sekarang pemerintah salah informasi kalau kasus sudah turun,” ucapnya.
Miko mengingatkan, jika informasi yang diberikan tidak benar maka sikap masyarakat pun akan berpengaruh. Masyarakat bisa jadi menjadi tidak terlalu ketat menjaga prokes ketika diinformasikan jumlah kasus turun. “Jadi harus diberikan informasi yang benar. Jangan sampai dibilang turun kasusnya sehingga masyarakat jadi kurang menerapkan prokes,” tukasnya.
Baca juga: Mentadabburi dan Mengakrabi Al-Qur'an di Malam-malam Ramadhan
Lebih jauh dia meminga pemerintah tidak memberikan harapan palsu pada masyarakat. Jika hal itu dilakukan maka masyarakat akan lebih ketat lagi menjaga prokes. Dalam melakukan penghitungan pun perlu diperhatikan jumlah orang tanpa gejala (OTG) yang mencapai 80% dari jumlah kasus yang ada.
“Harusnya diinformasikan pada masyakat jadi tahu kasusnya yang seharusnya ada di masyarakat. Jangan biarkan OTG berkeliaran, sekarang oleh pemerintah OTG dibiarkan berkeliaran,” tegasnya.
Perkuat Imunitas
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito meimenilai masyarakat tidak usah khawatir terhadap sistem imunitas tubuh, meskipun harus menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Menurutnya sudah banyak studi yang menyatakan bahwa puasa yang setidaknya dilakukan selama 3 hari akan efektif membantu proses peremajaan sistem imun melalui produksi sel darah putih baru.
Imunitas juga dapat diperkuat dengan upaya lainnya seperti menjaga asupan yang berkualitas. Seperti mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat sebagai sumber kalori, yang dapat berupa nasi, roti, dan lainnya. Makanan lain yang bisa dimakan setiap hari seperti telur, ikan, atau daging harus dimakan dan menjadi sumber protein yang merupakan pembentuk imun dan jaringan tubuh lainnya. Sayur dan buah juga tetap harus dimakan dengan rutin untuk mendapatkan mikronutrien esensial.