Tantangan Pendidikan 2021
loading...
A
A
A
Seperti bangsa-bangsa lain di dunia, Indonesia menyelenggarakan pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Bahkan, kini pendidikan anak usia dini juga mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Adalah suatu langkah positif ketika pemerintah menggratiskan pendidikan dasar 9 tahun secara nasional, yang akan diikuti pendidikan gratis 12 tahun tergantung kekuatan anggaran provinsi masing-masing. Saat ini paling tidak ada tiga provinsi yang menggratiskan pendidikan SMA/SMK, yaitu Jawa Timur, Banten, dan Sumatra Selatan. Akses pendidikan yang semakin mudah akan menjadikan bangsa Indonesia yang semakin terdidik.
Tantangan lain pada 2021 adalah kenyataan bahwa anak-anak usia sekolah semakin melek teknologi. Ini harus diarahkan sehingga kegemaran menggunakan gadget bukan sekadar untuk bermedsos atau main games. Gadget bisa menjadi sumber informasi dan teknologi. Hal ini akan menuntun anak-anak kita untuk menjadi lebih terampil. Dengan kemudahan akses internet, maka siswa tidak perlu lagi mengandalkan sistem hafalan untuk menguasai informasi. Dunia pendidikan justru harus mendorong agar anak-anak bisa lebih berani mengemukakan pendapat dan meningkatkan kemampuan analisis mereka. Seperti halnya sistem pendidikan Barat yang selalu merangsang curiousity atau keingintahuan seorang siswa.
Situasi pandemi dan sistem pembelajaran daring jangan sampai mengurangi kehidupan sosial anak. Dunia yang semakin kompetitif menuntut individu-individu dengan emotional quotient (EQ) yang tinggi. EQ (bukan IQ) dalam kehidupan modern saat ini dianggap lebih dapat memprediksi kesuksesan seseorang.
Tantangan pendidikan pada 2021 adalah menghasilkan anak Indonesia yang memiliki kemampuan bekerja sama (teamwork), mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, dapat berkomunikasi dengan baik, berpikir kreatif, memiliki jiwa kepemimpinan, serta motivasi yang tinggi.
Pendidikan bukan hanya menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang siap menjadi pekerja, tetapi SDM yang memiliki jiwa entrepreneurship, berpikir efektif dan efisien, serta lebih dari itu semua adalah adanya karakter positif (disiplin, kerja keras, jujur) yang melekat kuat dalam dirinya.
Tantangan lain pada 2021 adalah kenyataan bahwa anak-anak usia sekolah semakin melek teknologi. Ini harus diarahkan sehingga kegemaran menggunakan gadget bukan sekadar untuk bermedsos atau main games. Gadget bisa menjadi sumber informasi dan teknologi. Hal ini akan menuntun anak-anak kita untuk menjadi lebih terampil. Dengan kemudahan akses internet, maka siswa tidak perlu lagi mengandalkan sistem hafalan untuk menguasai informasi. Dunia pendidikan justru harus mendorong agar anak-anak bisa lebih berani mengemukakan pendapat dan meningkatkan kemampuan analisis mereka. Seperti halnya sistem pendidikan Barat yang selalu merangsang curiousity atau keingintahuan seorang siswa.
Situasi pandemi dan sistem pembelajaran daring jangan sampai mengurangi kehidupan sosial anak. Dunia yang semakin kompetitif menuntut individu-individu dengan emotional quotient (EQ) yang tinggi. EQ (bukan IQ) dalam kehidupan modern saat ini dianggap lebih dapat memprediksi kesuksesan seseorang.
Tantangan pendidikan pada 2021 adalah menghasilkan anak Indonesia yang memiliki kemampuan bekerja sama (teamwork), mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, dapat berkomunikasi dengan baik, berpikir kreatif, memiliki jiwa kepemimpinan, serta motivasi yang tinggi.
Pendidikan bukan hanya menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang siap menjadi pekerja, tetapi SDM yang memiliki jiwa entrepreneurship, berpikir efektif dan efisien, serta lebih dari itu semua adalah adanya karakter positif (disiplin, kerja keras, jujur) yang melekat kuat dalam dirinya.
(bmm)