Minimalisir Distraksi Belajar, Migo x Bully Wujudkan Kesejahteraan Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di era pendidikan saat ini, teknologi digital telah menjadi media pembelajaran inovatif. Di mana dapat membantu anak didik dalam mencari informasi dan meningkatkan proses belajar mandiri di masa pandemi.
Baca Juga: digital
HT Minta Seluruh Kader Partai Perindo Sukseskan Konvensi Rakyat Berbasis Digital
Menurut penelitian UNICEF pada tahun 2019, sekitar 90% anak dan remaja Indonesia menghabiskan waktu 5 jam per hari pada hari biasa, untuk mengakses media sosial, game online, dan menonton tayangan streaming.
Melihat realitas tersebut, upaya memberikan edukasi lingkungan digital yang aman perlu digencarkan guna melindungi dan memastikan kesejahteraan anak, terutama dalam sekolah dan proses pembelajaran.
Bertepatan dengan Hari Anak Sedunia, Migo bersama Bully.id Indonesia menyelenggarakan webinar edukasi untuk anak dan tenaga pengajar bertema Mewujudkan Kesejahteraan Digital di Lingkungan Sekolah, melibatkan pembicara dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
"Digital wellbeing atau kesejahteraan digital, sangat erat kaitannya dengan intensitas penggunaan internet, yang mana apabila dilakukan berlebihan dapat berdampak pada kesehatan mental dan memicu peluang terjadinya perundungan online hingga mengganggu kesehatan fisik," ungkap Agita Pasaribu, Founder dan Direktur Eksekutif Bullyid Indonesia, Jumat (26/11/2021).
Menurut survei yang dilakukan pihaknya, kebanyakan dari remaja Indonesia sering kali merasa minder dan tidak percaya diri dengan wajah dan fisik mereka ketika melihat public figure /influencers yang mereka ikuti di media sosial.
Agita menambahkan, rasa cemas yang muncul jika dibiarkan dapat berdampak kepada kemampuan anak dalam bersosialisasi, gangguan makan, dan depresi. "Selain itu, penting sekali untuk anak memahami bagaimana cara agar mereka dapat menggunakan teknologi sebagai sarana belajar tanpa terdistraksi," ucapnya.
Kata Agita, menurut riset yang dilakukan oleh Universitas Illinois pada tahun 2020, ketika anak tidak fokus atau mengalami distraksi saat belajar, konsentrasi akan menurun. Lebih dari itu, jika memindahkan program pembelajaran melalui media sosial akan berpotensi membuat anak menunda waktu belajar.
Baca Juga: digital
HT Minta Seluruh Kader Partai Perindo Sukseskan Konvensi Rakyat Berbasis Digital
Menurut penelitian UNICEF pada tahun 2019, sekitar 90% anak dan remaja Indonesia menghabiskan waktu 5 jam per hari pada hari biasa, untuk mengakses media sosial, game online, dan menonton tayangan streaming.
Melihat realitas tersebut, upaya memberikan edukasi lingkungan digital yang aman perlu digencarkan guna melindungi dan memastikan kesejahteraan anak, terutama dalam sekolah dan proses pembelajaran.
Bertepatan dengan Hari Anak Sedunia, Migo bersama Bully.id Indonesia menyelenggarakan webinar edukasi untuk anak dan tenaga pengajar bertema Mewujudkan Kesejahteraan Digital di Lingkungan Sekolah, melibatkan pembicara dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
"Digital wellbeing atau kesejahteraan digital, sangat erat kaitannya dengan intensitas penggunaan internet, yang mana apabila dilakukan berlebihan dapat berdampak pada kesehatan mental dan memicu peluang terjadinya perundungan online hingga mengganggu kesehatan fisik," ungkap Agita Pasaribu, Founder dan Direktur Eksekutif Bullyid Indonesia, Jumat (26/11/2021).
Menurut survei yang dilakukan pihaknya, kebanyakan dari remaja Indonesia sering kali merasa minder dan tidak percaya diri dengan wajah dan fisik mereka ketika melihat public figure /influencers yang mereka ikuti di media sosial.
Agita menambahkan, rasa cemas yang muncul jika dibiarkan dapat berdampak kepada kemampuan anak dalam bersosialisasi, gangguan makan, dan depresi. "Selain itu, penting sekali untuk anak memahami bagaimana cara agar mereka dapat menggunakan teknologi sebagai sarana belajar tanpa terdistraksi," ucapnya.
Kata Agita, menurut riset yang dilakukan oleh Universitas Illinois pada tahun 2020, ketika anak tidak fokus atau mengalami distraksi saat belajar, konsentrasi akan menurun. Lebih dari itu, jika memindahkan program pembelajaran melalui media sosial akan berpotensi membuat anak menunda waktu belajar.