The Art of Online Class Through Communication

Senin, 13 Desember 2021 - 18:56 WIB
loading...
The Art of Online Class Through Communication
Ilustrasi/Dok SINDOnews
A A A
Dianingtyas Putri
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie

Pembelajaran online merupakan pilihan yang mau tidak mau harus dijalani dan menjadi salah satu solusi terbaik saat menghadapi situasi pandemi COVID-19 saat ini. Hal yang menjadi pertanyaan bagaimana hasil pembelajaran daring ini baik dari sudut pandang pengajar serta peserta didik yang mengikutinya? Hal ini menjadi suatu tantangan yang tak mudah selama proses belajar mengajar berlangsung, yakni faktor jaringan internet, metode dalam mengajar terbatas, sulitnya dilakukan komunikasi dua arah dengan efektif antara dosen dengan mahasiswanya maupun sebaliknya, serta membutuhkan fokus saat proses dilakukan ketika kondisi di rumah kurang kondusif.

Mengutip dari hasil penelitian terkait efektivitas pembelajaran daring menggunakan media online selama pandemi COVID-19, menunjukkan bahwa adanya beberapa keluhan yang dirasakan oleh peserta didik selama melakukan pembelajaran daring yakni keluhan fisik dan keluhan psikis (Mustakin, 2020:4). Tidak hanya itu, 46,6% memilih pembelajaran yang dilakukan adalah secara tatap muka, bukan online maupun hybrid (pembelajaran dengan sistem kombinasi metode pembelajaran antara online dengan tatap muka). Dengan kata lain, bukan saja dirasakan oleh peserta didik namun pendidik juga memiliki tantangan tersendiri ketika pembelajaran daring dilakukan yaitu pendidik dituntut untuk membuat proses pembelajaran tersebut menyenangkan dan interaktif.

Pernyataan serupa juga disampaikan dalam artikel dengan judul “Mendorong Kemandirian Generasi Z Melalui Komunikasi Antarpribadi Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Saat Pandemi COVID-19”, disampaikan efek yang ditimbulkan dalam proses pembelajaran daring adalah efek secara psikologis sehingga membuat peserta didik menjadi kurang optimal dalam menyerap materi yang disampaikan (Putri & Dyah, 2021:9). Intensitas pembelajaran daring dan lamanya pembelajaran yang berlangsung menimbulkan rasa ingin segera berakhir sesi kelasnya, cemas apabila tugas yang di-submit tidak tersubmit pada wadah yang diberikan karena gangguan sinyal yang dialami, dan sebagainya. Mengetahui hal ini, maka peran komunikasi diperlukan untuk mengatasi efek secara psikologis, serta mendorong motivasi diri yang bersifat konstruktif dan positif bagi peserta didik.



Perlu diingat bahwa karakteristik generasi Z rentan dengan stres. Faktor eksternal dan internal yang dihadapi dapat memicu risiko tersebut. Maka, menciptakan iklim komunikasi menjadi sangat penting dilakukan. Artinya, peran keluarga sebagai supporting system utama ketika pembelajaran daring berlangsung. Lalu, faktor lingkungan ialah elemen yang dapat memberikan pengaruh pada rasa, pikiran dan tindakan. Jika kondisi dalam rumah bersih dan rapi, ruangan tempat belajar terpisah dengan ruangan lainnya maka menjadi faktor pendukung lainnya yang baik. Di sisi lain, terciptanya faktor lingkungan yang baik maka akan membentuk mood personal yang positif.

Dengan demikian, berlangsungnya pembelajaran kelas daring ini bukan semata nilai akademik yang dikejar. Akan tetapi, pembelajaran kelas daring merupakan suatu seni dalam proses belajar mengajar.

Beberapa pendekatan komunikasi yang bisa diterapkan yakni:
1. I-Language,
Mengidentifikasi pikiran dan perasaan pembicara atau penerima. Dalam arti, keluarga dapat menanyakan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh peserta didik ketika menjalani kelas daring, terkait dengan kendala yang dihadapi juga memberikan ruang diskusi bagi mereka.
2. You-Attitude,
Mengidentifikasi perilaku pembicara atau penerima, dengan tidak terpusat pada diri sendiri. Dengan maksud, keluarga tidak menekan dengan memberikan banyak tekanan pada peserta didik dengan pertanyaan dan pernyataan yang menyudutkan pada peserta didik.
3. Create a Climate Communication,
Ciptakan iklim yang kondusif bersifat endorsement, yakni ikut menerima rasa dan pikiran terhadap moment yang sedang dihadapi. Telah disampaikan bahwa peserta didik generasi Z memerlukan wadah yang dapat memahami mereka. Keluarga merupakan supporting system utama untuk menciptakan iklim komunikasi yang baik, agar para peserta didik dapat membuka diri serta sebagai rujukan utama yang mereka percayai.
(zik)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2126 seconds (0.1#10.140)