Inspirasi dari Global Tourism Forum Summit 2020

Jum'at, 04 Desember 2020 - 06:44 WIB
loading...
Inspirasi dari Global Tourism Forum Summit 2020
Sapta Nirwandar. Foto/SINDOnews
A A A
Sapta Nirwandar
Chairman of Indonesia Tourism Forum/Regional Representative Indonesia World Tourism Forum Institute

Pada 27 November lalu Indonesia Tourism Forum mendapatkan kepercayaan menyelenggarakan Global Tourism Forum (GTF) 2020 secara hybrid in tours conference (secara maya dan nyata) di Jakarta, Istanbul, dan Washington.

GTF adalah bagian dari World Tourism Forum Institute (WTFI) bermarkas di London yang merupakan organisasi think-thank dunia pariwisata global. Presiden WTFI Bulut Bagci berasal dari Turki, sedangkan CEO GTF Mrs Sumaira Issacs berkedudukan di Toronto, Kanada. (Baca: Penerapan Protokol Kesehatan Dorong Peningkatan Okupansi Hotel)

Dalam konferensi virtual dan offline tersebut, hadir sejumlah pembicara mulai dari pejabat pemerintah, pelaku pariwisata dari ASEAN, International Congress and Convention Association (ICCA) hingga Malaysian Association of Tour and Travel (MATTA).

Pada acara yang dibuka oleh Presiden WTFI Bulut Bagci itu, para pembicara dan peserta menyadari bahwa pandemi corona (Covid-19) hingga saat ini dirasakan dampaknya bagi kehidupan ekonomi sosial hampir semua negara. Dari jumlah penduduk dunia sekitar 7,8 miliar orang, sedikitnya 64 juta jiwa terinfeksi dengan angka pasien sembuh 44 juta.

Adapun jumlah yang meninggal dunia mencapai 1,5 juta jiwa. Menurut United Nations World Tourism Organization (UNWTO), tahun ini diperkirakan jumlah wisatawan internasional akan turun 60–80% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selain itu lembaga tersebut juga memperkirakan sekitar 100 juta–120 juta orang kehilangan pekerjaan dan berimbas pada berkurangnya pendapatan sektor pariwisata sekitar USD1,2 triliun.

Khusus di Indonesia, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per Januari–September 2020, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) turun 70% bila dibandingkan dengan Januari–September 2019. Sektor penerbangan juga terkena imbasnya, yaitu terjadi penurunan 97,3%. Sementara itu rata-rata tingkat okupansi hotel hanya sekitar 32%. (Baca juga: Sekolah Tatap Muka, Perlu Patroli Khusus Awasi Mobilisasi Siswa)

Pariwisata termasuk yang paling terkena dampak Covid-19 daripada sektor lain seperti perbankan, manufaktur, farmasi, industri garmen, informasi teknologi. Melihat kondisi seperti itu, pada forum tersebut juga dibahas upaya yang harus dilakukan untuk membangkitkan kembali pariwisata. Kerja sama dengan negara lain pun, baik secara regional maupun global, menjadi salah satu solusi, paling tidak untuk saling memberikan informasi dan pengalaman masing-masing dalam menangani dampak pandemi.

Bertumpu pada Wisatawan Domestik

Dengan masih tingginya kasus Covid-19, pada forum itu diungkapkan bahwa fokus perbaikan industri pariwisata lebih diutamakan pada wisatawan domestik sebelum membuka pintu untuk wisman. Ini sejalan dengan laporan UNWTO, World Travel And Tourism Council (WTTC), dan DinarStandard bahwa pertumbuhan sektor pariwisata akan lambat jika dibandingkan dengan sebelum masa Covid-19. Bahkan sektor pariwisata diperkirakan baru akan tumbuh pada 2023 mendatang.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1480 seconds (0.1#10.140)