APBN dan Janji Politik
loading...
A
A
A
Negara-negara seperti China, Vietnam, dan Bangladesh telah menjadi kompetitor utama dalam industri TPT global. Negara-negara tersebut mampu menawarkan produk dengan harga yang lebih kompetitif, didukung oleh biaya produksi yang rendah, efisiensi operasional yang lebih baik, serta kebijakan pemerintah yang mendukung industri tersebut.
Sementara itu, industri pengolahan tembakau pun menghadapi tantangan yang tidak kalah berat. Peningkatan biaya produksi, termasuk biaya bahan baku dan tenaga kerja, telah menekan margin keuntungan para produsen tembakau. Kebijakan pemerintah yang semakin ketat, seperti peningkatan cukai tembakau dan pembatasan iklan, menambah beban bagi industri ini.
Pada akhirnya, penurunan aktivitas di sektor pengolahan berdampak langsung pada penerimaan negara. Penurunan aktivitas di sektor mutlak akan berdampak langsung pada penerimaan negara, di mana pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan cukai mengalami penurunan signifikan.
Pajak penghasilan yang biasanya menjadi salah satu kontributor terbesar pendapatan negara mengalami penurunan seiring dengan menurunnya keuntungan perusahaan. Selain itu, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikumpulkan dari penjualan produk pun berkurang karena volume transaksi menurun.
Tak hanya itu, cukai dari produk-produk tertentu yang dihasilkan oleh industri pengolahan pun kini mengalami penurunan. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, penerimaan pajak dari industri pengolahan mencapai Rp85,29 triliun hingga 15 Maret 2024. Setoran pajak dari industri pengolahan tersebut menjadi kontribusi terbesar pertama sebesar 25,64% terhadap total penerimaan pajak.
Sayangnya, setoran pajak dari industri pengolahan tersebut turun 12,3%. Hal itu dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas sejalan dengan peningkatan restitusi dan penurunan angsuran PPh Badan.
Selain itu, data Kementerian Keuangan juga mencatat bahwa penerimaan cukai turun 6,9% hingga Maret 2024. Adapun penurunan tersebut terjadi lantaran terjadi penurunan produksi barang kena cukai, terutama hasil tembakau.
Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan, penurunan penerimaan pajak dan cukai tersebut memengaruhi anggaran negara, mengurangi kemampuan pemerintah untuk mendanai program-program pembangunan dan layanan publik. Alhasil, tekanan fiskal tersebut menambah tantangan yang dihadapi oleh pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi di tengah situasi ekonomi dunia yang penuh ketidakpastian.
Langkah Menjaga APBN
Berbagai tekanan yang ada dan berujung pada tekanan penerimaan APBN, menuntut pemerintah dalam mengelola belanja lebih fokus dengan tetap memperhatikan dorongan pada pertumbuhan. Pemerintah akan terus berupaya meningkatkan intensifikasi pada penerimaan negara, termasuk juga belanja negara yang ketat dan efisien.
Dalam mengatasi tantangan ini, pemerintah harus mempertimbangkan berbagai strategi yang efektif, salah satunya adalah pemerintah perlu mencari sumber penerimaan baru yang dapat mengimbangi anggaran negara. Pentingnya menemukan sumber penerimaan tambahan tidak hanya untuk mengatasi defisit anggaran yang mungkin terjadi, tetapi juga untuk memastikan kelangsungan dan keberlanjutan keuangan nasional dalam jangka panjang.
Sementara itu, industri pengolahan tembakau pun menghadapi tantangan yang tidak kalah berat. Peningkatan biaya produksi, termasuk biaya bahan baku dan tenaga kerja, telah menekan margin keuntungan para produsen tembakau. Kebijakan pemerintah yang semakin ketat, seperti peningkatan cukai tembakau dan pembatasan iklan, menambah beban bagi industri ini.
Pada akhirnya, penurunan aktivitas di sektor pengolahan berdampak langsung pada penerimaan negara. Penurunan aktivitas di sektor mutlak akan berdampak langsung pada penerimaan negara, di mana pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan cukai mengalami penurunan signifikan.
Pajak penghasilan yang biasanya menjadi salah satu kontributor terbesar pendapatan negara mengalami penurunan seiring dengan menurunnya keuntungan perusahaan. Selain itu, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikumpulkan dari penjualan produk pun berkurang karena volume transaksi menurun.
Tak hanya itu, cukai dari produk-produk tertentu yang dihasilkan oleh industri pengolahan pun kini mengalami penurunan. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, penerimaan pajak dari industri pengolahan mencapai Rp85,29 triliun hingga 15 Maret 2024. Setoran pajak dari industri pengolahan tersebut menjadi kontribusi terbesar pertama sebesar 25,64% terhadap total penerimaan pajak.
Sayangnya, setoran pajak dari industri pengolahan tersebut turun 12,3%. Hal itu dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas sejalan dengan peningkatan restitusi dan penurunan angsuran PPh Badan.
Selain itu, data Kementerian Keuangan juga mencatat bahwa penerimaan cukai turun 6,9% hingga Maret 2024. Adapun penurunan tersebut terjadi lantaran terjadi penurunan produksi barang kena cukai, terutama hasil tembakau.
Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan, penurunan penerimaan pajak dan cukai tersebut memengaruhi anggaran negara, mengurangi kemampuan pemerintah untuk mendanai program-program pembangunan dan layanan publik. Alhasil, tekanan fiskal tersebut menambah tantangan yang dihadapi oleh pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi di tengah situasi ekonomi dunia yang penuh ketidakpastian.
Langkah Menjaga APBN
Berbagai tekanan yang ada dan berujung pada tekanan penerimaan APBN, menuntut pemerintah dalam mengelola belanja lebih fokus dengan tetap memperhatikan dorongan pada pertumbuhan. Pemerintah akan terus berupaya meningkatkan intensifikasi pada penerimaan negara, termasuk juga belanja negara yang ketat dan efisien.
Dalam mengatasi tantangan ini, pemerintah harus mempertimbangkan berbagai strategi yang efektif, salah satunya adalah pemerintah perlu mencari sumber penerimaan baru yang dapat mengimbangi anggaran negara. Pentingnya menemukan sumber penerimaan tambahan tidak hanya untuk mengatasi defisit anggaran yang mungkin terjadi, tetapi juga untuk memastikan kelangsungan dan keberlanjutan keuangan nasional dalam jangka panjang.