Terkucil Dikecam Kejam dan Misinformasi

Selasa, 05 Desember 2023 - 09:35 WIB
loading...
Terkucil Dikecam Kejam dan Misinformasi
Hamidin. Foto/Istimewa
A A A
Hamidin
Mantan Direktur Pencegahan dan Deputi Bidang Kerja Sama Internasional BNPT dan Pengamat Terorisme


MUNGKIN banyak yang tidak menyadari bahwa konflik dan perang Hamas -Israel yang saat ini memasuki babak perang baru setelah gencatan senjata, telah melahirkan pro dan kontra yang baru terhadap Israel.

Hal ini terlihat di media saat pertukaran dan pembebasan tawanan Israel oleh Hamas saat proses gencatan senjata ketika suasana keakraban antara tawanan Israel dan prajurit Al-Qassam tampak berbeda dari apa yang mungkin dibayangkan oleh masyarakat dunia. Ada tawanan dan penyandera yang salaman dan saling peluk. Ada tawanan yang memberi hormat kepada prajurit sang penyandera Al-Qassam yang mengantarnya naik ke mobil dengan senyuman. Bahkan, ada yang berkirim surat ucapan "simpati dan terima kasih" atas kebaikan sang penyandera, yang dia katakan sampai anak putri kecilnya merasa diperlakukan bak putri ratu.

Berita itu dimuat hampir di seluruh media mainstream di seluruh dunia. Para akademisi dan kriminolog mengungkap tentang sebuah teori lama hubungan poaitif negatif pelaku dan korban kejahatan "Stockholm Syndrome" yang nyata, yakni korban sandera Hamas justru memberi respons positif pada penyandera karena dia telah diperlakukan dengan sangat manusiawi dan baik. Di sisi lain Israel justru banyak dikecam oleh negara-negara pro Palestina maupun dari internal pemerintahan Benjamin Netanyahu karena telah mengarantina para sandera yang sudah dibebaskan oleh musuh untuk mencegah para eks sandera tersebut bertemu dengan orang lain dan berbicara kepada jurnalis atau media tentang apa yang mereka alami.

Akibatnya, terjadi demo besar-besaran di mana-mana mendukung Palestina dan tuntutan untuk memperpanjang gencatan senjata dan segera membebaskan sandera. Bahkan di Spanyol, di Masjid Masjidil Haram, terjadi peningkatan orang bersyahadat menjadi mualaf karena simpaty pada perilaku Al-Qassam yang walaupun menyandera pihak musuh tapi masih memanusiakan mereka.

Dari aspek hubungan ketatanegaraan, baik bilateral, regional, dan global, juga banyak berdampak terhadap Israel. Beberapa hari yang lalu misalnya, duta besar Israel telah diusir dari negara Kolombia sebagai reaksi atas kecaman kejahatan Israel yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina di Gaza. Padahal selama beberapa dekade Kolombia sangat membutuhkan impor senjata Israel dalam.rangka menghadapi kelompok bersenjata sayap kiri, paramiliter sayap kanan, dan dalam rangka menghadapi kelompok kejahatan gembong narkoba.



Pada saat yang sama, tidak disangka-sangka, Direktur Urusan Publik dan Kongres pada Biro Urusan Politik dan Militer Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, juga mengundurkan diri karena keterlibatan AS dalam penanganan konflik Israel di Gaza oleh Pemerintahan Joe Biden yang ia anggap sebagai "Reaksi Sembrono yang didasarkan pada Kebangkrutan Intelektual".

Negara tetangga, seperti Mesir juga telah dengan lantang menyerukan agar komunitas internasional segera mendesak Israel untuk menghentikan serangan ke Gaza. Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry dalam pertemuan dengan Komisioner Hak Asasi Manusia PBB Volker Türk, menyerukan agar komunitas internasional harus segera menghentikan "Serangan Israel terhadap masyarakat Gaza".

Shoukry dalam pertemuannya dengan Komisaris PBB mengingatkan tentang perlunya dilakukan upaya yang lebih terkoordinasi oleh berbagai pihak, sehingga bantuan kemanusiaan ke Gaza dapat dikirim kembali dalam jenis dan jumlah yang cukup untuk warga secara berkelanjutan. Dia juga menekankan perlunya memotong 'hambatan yang disengaja' yang dilakukan pihak Israel. Dia juga menjelaskan bahwa pemberian bantuan tidak boleh menyurutkan semangat beberapa pihak internasional untuk mendukung gencatan senjata segera.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1755 seconds (0.1#10.140)