Strategi Perang Asimetris ala Hamas Menggempur Israel

Selasa, 17 Oktober 2023 - 05:10 WIB
loading...
A A A
Karena itulah, pada perang Mei 2021, Israel menargetkan jaringan terowongan dan mengklaim 160 pesawat Israel menyerang lebih dari 150 target bawah tanah di Gaza utara sekitar Beit Lahiya. Bahkan untuk operasi terowongan, IDF secara khusus membentuk unit perang bawah tanah yang dibekali teknologi militer untuk mendeteksi terowongan.

Pada serangan Sabtu tersebut, Hamas tampaknya juga mempelajari aspek pancagatra, termasuk di dalamnya aspek sosial dan ideologi. Seperti diketahui, pada tanggal 7 Oktober tersebut tepat hari raya Sabat. Perayaan itu banyak dimanfaatkan warga Israel untuk menghabiskan waktu bersama di rumah atau di sinagog. Sebagian lainnya bertemu dengan kawan-kawan mereka.

Di sisi lain banyak juga warga Israel yang memanfaatkan untuk hiburan, seperti hadir di festival musk dekat Re’im, yang kemudian menjadi sasaran empuk serangan. Beberapa laporan menyebut,serangan yang dilakukan di pagi hari itu juga membawa keuntungan karena tentara IDF masih tertidur lelap.

Akan Terapkan Strategi Sama

Bila Israel tetap melampiaskan balan dendam dengan menyerang Hamas lewat Operasi Pedang Besi, meski dibekali berbagai alutsista canggih dan kendaraan lapis baja,IDF dipastikan tidak akan bisa dengan mudah melumpuhkan Hamas. Melihat positioning kekuatan Hamas versus IDF, maka strategi perang asimetris tetap akan jadi pedoman.

baca juga: Profil Hamas, Gerakan Perlawanan Islam Bermakna Semangat

Bila ditelusuri, strategi perang asimetris sudah menjadi nature strategic yang diterapkan Hamas maupun pejuang Palestina, karena itulah pilihan tepat dan paling memungkinkan. Hanya saja, semakin kuat alutsista yang dimiliki, penerapan strategi ini kian dinamis dan kompleks sesuai dengan kebutuhan.

Misalnya, bila intifadah yang sebelumnya menggunakan ketapel dan batu, maka dengan kuatnya dukungan kekuatan –terutama bantuan teknis dan pendanaan jutaandolar Iran- maka militan akan menggunakan bahan peledak, mortir, berbagai jenis roket, drone kamikaze dan lainnya.

Dan,bila serangan darat dilakukan Israel dengan medan perang di wilayah Palestina yang tentu saja menjadi wilayah kekuasaan Hamas dengan medan yang sangat dipahami, maka aspek astagatra dan pancagatra akan menjadi titik tekan. Di Indonesia, implementasi konsep demikian mengarah pada perang semesta, yang melibatkan semua spektrum kekuatan yang dimiliki rakyat Palestina.

Pertanyaannya, walaupun dibekali lengkap dan tercanggih, siapkah fisik dan mental IDF melakukan perang di medan yang tidak dikuasainya vis a vis Hamas dan beragam unsur kekuatan militan yang didukung rakyat Palestina dengan skala lebih luas dan tempo panjang? Pengalaman sebelumnya, dalam empat putaran pertempuran Israel-Hamas sepanjang 2008-2021, Israel tidak pernah meraih hasil maksimal karena Hamas masih memegang kendali atas wilayah dimaksud.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1376 seconds (0.1#10.140)