Strategi Perang Asimetris ala Hamas Menggempur Israel
loading...
A
A
A
Untuk melawan kekuatan IDF yang begitu perkasa, Hamas hanya menggunakan taktik gerilya melalui terowongan ofensif untuk melakukan serangan lintas perbatasan ke Israel; membuat roket seri Qassam guna mengancam Israel di kota-kota selatan seperti Ashkelon, Sderot, mengincar enam pangkalan militer dan depo minyak di lepas pantai.
Selanjutnya, saat itu Hamas telah melengkapi sayap militer pasukan Al-Qassam dengan drone, yakni drone kamikaze Shihab, yang dibuat sendiri dengan meniru drone Adabil HESA Iran. Dengan kekuatan alutsista seadanya dan strategi memanfaatkan celah kekuatan Israel yang bisa tembus, Hamas disebut sukses mencapai tujuan terbatas. Apa itu?
Hamas berhasil membangun opini publik, menggalang dukungan massa, memproyeksikan dirinya sebagai pemimpin Palestina, menunjukkan diri sebagai pelindung Yerusalem dan Palestina, dan menekankan posisinya sebagai pemangku kepentingan penting dalam proses perdamaian Palestina.
baca juga: Serangan Roket Hamas Tewaskan 22 Warga Israel
Tak kalah pentingnya, Hamas berhasil meningkatkan dilema keamanan dan faktor ancaman Israel. Pada serangan terbaru ini, Hamas memahami betul strategi perang ala Sun Tzu, yakni kenali siapa musuhmu, atur rencanamu dan hadapi segala risiko.
Dengan pemahaman ini Hamas kembali memilih strategi perang asimetris seperti pada 2021, namun dengan spektrum lebih kompleks dan massif. Walaupun perang masih berlangsung, pada gebrakan pertama (first strike) Hamas berhasil meruntuhkan reputasi militer Israel yang telah terbangun selama 50.
Mossad yang selama ini begitu agung namanya di dunia intelijen, gagal total mengantisipasi rencana serangan Hamas, hingga ada yang menyebut serangan Sabtu pagi itu sebagai peristiwa 9/11 di Israel. Bagaimana perang asimetris berlangsung pada 2023 melalui Operasi Badai Al Aqsa ini dan seperti apa implementasinya?
1.Kekuatan Tak Seimbang
Seperti diketahui, Hamas merupakan bagian kelompok Ikhwanul Muslimin Palestina yang didirikan di Gaza pada 1987. Pada 2006, Hamas memenangkan pemilihan Dewan Legislatif Palestina dan memperkuat posisinya melalui Intifadah pertama dan kedua.Sebagai kelompok militan, kekuatan Hamas sudah pasti jomplang dibanding Israel. Betapa tidak, berdasar sejumlah laporan Hamas saat ini diduga hanya memiliki 4.000-pasukan.
baca juga: Intip Perbandingan Paramotor Versi Hamas dengan TNI
Selanjutnya, saat itu Hamas telah melengkapi sayap militer pasukan Al-Qassam dengan drone, yakni drone kamikaze Shihab, yang dibuat sendiri dengan meniru drone Adabil HESA Iran. Dengan kekuatan alutsista seadanya dan strategi memanfaatkan celah kekuatan Israel yang bisa tembus, Hamas disebut sukses mencapai tujuan terbatas. Apa itu?
Hamas berhasil membangun opini publik, menggalang dukungan massa, memproyeksikan dirinya sebagai pemimpin Palestina, menunjukkan diri sebagai pelindung Yerusalem dan Palestina, dan menekankan posisinya sebagai pemangku kepentingan penting dalam proses perdamaian Palestina.
baca juga: Serangan Roket Hamas Tewaskan 22 Warga Israel
Tak kalah pentingnya, Hamas berhasil meningkatkan dilema keamanan dan faktor ancaman Israel. Pada serangan terbaru ini, Hamas memahami betul strategi perang ala Sun Tzu, yakni kenali siapa musuhmu, atur rencanamu dan hadapi segala risiko.
Dengan pemahaman ini Hamas kembali memilih strategi perang asimetris seperti pada 2021, namun dengan spektrum lebih kompleks dan massif. Walaupun perang masih berlangsung, pada gebrakan pertama (first strike) Hamas berhasil meruntuhkan reputasi militer Israel yang telah terbangun selama 50.
Mossad yang selama ini begitu agung namanya di dunia intelijen, gagal total mengantisipasi rencana serangan Hamas, hingga ada yang menyebut serangan Sabtu pagi itu sebagai peristiwa 9/11 di Israel. Bagaimana perang asimetris berlangsung pada 2023 melalui Operasi Badai Al Aqsa ini dan seperti apa implementasinya?
1.Kekuatan Tak Seimbang
Seperti diketahui, Hamas merupakan bagian kelompok Ikhwanul Muslimin Palestina yang didirikan di Gaza pada 1987. Pada 2006, Hamas memenangkan pemilihan Dewan Legislatif Palestina dan memperkuat posisinya melalui Intifadah pertama dan kedua.Sebagai kelompok militan, kekuatan Hamas sudah pasti jomplang dibanding Israel. Betapa tidak, berdasar sejumlah laporan Hamas saat ini diduga hanya memiliki 4.000-pasukan.
baca juga: Intip Perbandingan Paramotor Versi Hamas dengan TNI