Mengapa Batas Maksimal Usia Capres Penting Diberlakukan?
loading...
A
A
A
Faktor usia kepala negara tak boleh dianggap remeh. Rich Lowry, kolumnis untuk surat kabar New York Post, menjelaskan tidak sepantasnya kepala negara berusia terlalu tua yang rentan memiliki masalah kesehatan yang serius.
Dia mencontohkan senator Partai Republik, Mitch McConnell, yang berusia 81 tahun. McConnell sempat jatuh dan menderita gegar otak beserta keretakan tulang.
Rich Lowry berpendapat faktor usia kepala negara sangat memengaruhi kinerjanya mengambil keputusan yang sensitif maupun memimpin bangsa apalagi jika di masa krisis seperti saat ini dengan tantangan geopolitik global dan ekonomi yang serba penuh ketidakpastian.
Dan faktor usia kepala negara di Amerika Serikat mendapat tanggapan yang serius di masyarakat. Jajak pendapat terbaru yang dilakukan Pew Research Center menunjukkan mayoritas warga Amerika Serikat tidak setuju negara mereka dipimpin presiden lanjut usia. Tercatat hanya 3% yang menginginkan seseorang berusia 70-an atau lebih untuk menjadi orang nomor satu di Gedung Putih.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research pada bulan Agustus 2023 juga menemukan sekitar 77% warga Amerika Serikat meyakini Presiden Joe Biden, dianggap sudah terlalu tua untuk menjalankan tugas-tugas kepresidenan jika terpilih lagi menjadi orang nomor satu di Negeri Paman Sam dalam pemilu tahun depan.
Riset ini juga menemukan sekitar dua pertiga responden menyerukan agar ada batas usia untuk mereka yang ingin menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat dan anggota Kongres.
Alasan sejumlah responden dalam riset Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research tidak menyetujui kepala negara yang berusia lanjut karena politikus yang sudah lanjut usia punya dua sisi.
Pertama, mereka mewakili nilai-nilai, yaitu mereka mewakili nila-nilai dan pemikiran lama (konservatif) yang dalam banyak kasus sudah tak lagi relevan untuk menjawab tantangan dunia yang tengah berubah dan sangat berbeda dengan situasi zaman dimana mereka hidup. Kedua, pandangan mereka sudah tidak akurat lagi. Hal ini berkaitan secara medis usia lanjut banyak mengalami penurunan kognitif.
Dalam sejumlah penelitian neuroscience, penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat meliputi berbagai aspek yaitu orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, memori dan juga kecepatan berpikir. Bukan sekadar penurunan kognitif, lanjut usia juga rentan terhadap penyakit kronis.
Menurut survei Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI), sebanyak 24,6% penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia memiliki riwayat penyakit kronis. Dari kelompok lansia dengan riwayat tersebut, mayoritasnya atau 37,8% memiliki penyakit hipertensi. Kemudian 22,9% memiliki penyakit diabetes, 11,9% penyakit rematik, dan 11,4% penyakit jantung.
Dia mencontohkan senator Partai Republik, Mitch McConnell, yang berusia 81 tahun. McConnell sempat jatuh dan menderita gegar otak beserta keretakan tulang.
Rich Lowry berpendapat faktor usia kepala negara sangat memengaruhi kinerjanya mengambil keputusan yang sensitif maupun memimpin bangsa apalagi jika di masa krisis seperti saat ini dengan tantangan geopolitik global dan ekonomi yang serba penuh ketidakpastian.
Dan faktor usia kepala negara di Amerika Serikat mendapat tanggapan yang serius di masyarakat. Jajak pendapat terbaru yang dilakukan Pew Research Center menunjukkan mayoritas warga Amerika Serikat tidak setuju negara mereka dipimpin presiden lanjut usia. Tercatat hanya 3% yang menginginkan seseorang berusia 70-an atau lebih untuk menjadi orang nomor satu di Gedung Putih.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research pada bulan Agustus 2023 juga menemukan sekitar 77% warga Amerika Serikat meyakini Presiden Joe Biden, dianggap sudah terlalu tua untuk menjalankan tugas-tugas kepresidenan jika terpilih lagi menjadi orang nomor satu di Negeri Paman Sam dalam pemilu tahun depan.
Riset ini juga menemukan sekitar dua pertiga responden menyerukan agar ada batas usia untuk mereka yang ingin menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat dan anggota Kongres.
Alasan sejumlah responden dalam riset Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research tidak menyetujui kepala negara yang berusia lanjut karena politikus yang sudah lanjut usia punya dua sisi.
Pertama, mereka mewakili nilai-nilai, yaitu mereka mewakili nila-nilai dan pemikiran lama (konservatif) yang dalam banyak kasus sudah tak lagi relevan untuk menjawab tantangan dunia yang tengah berubah dan sangat berbeda dengan situasi zaman dimana mereka hidup. Kedua, pandangan mereka sudah tidak akurat lagi. Hal ini berkaitan secara medis usia lanjut banyak mengalami penurunan kognitif.
Dalam sejumlah penelitian neuroscience, penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat meliputi berbagai aspek yaitu orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, memori dan juga kecepatan berpikir. Bukan sekadar penurunan kognitif, lanjut usia juga rentan terhadap penyakit kronis.
Menurut survei Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI), sebanyak 24,6% penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia memiliki riwayat penyakit kronis. Dari kelompok lansia dengan riwayat tersebut, mayoritasnya atau 37,8% memiliki penyakit hipertensi. Kemudian 22,9% memiliki penyakit diabetes, 11,9% penyakit rematik, dan 11,4% penyakit jantung.